Ia tersenyum. Sebongkah kenangan hadir di pelupuk mata. Tawa riang seorang gadis kecil, isak tangis sang buah hati, dan kemanjaannya yang menggemaskan. Curahan kasihnya yang melimpah, telah membentuk anak kesayangannya itu menjadi gadis manja yang cerdas namun keras kepala. Terbayang saat hujan deras mengguyur bumi, ia berjalan sekian kilo untuk menjemput sang buah hati dari sekolahnya. Jalanan licin tak beraspal, bukan halangannya untuk membawakan sebuah payung untuk si putri kesayangan. Dan ketika sang buah hati datang dengan sebuah senyum dan ciuman di tangan, alangkah bahagia hatinya, terbanglah seketika segala penat yang sempat meraja di tubuhnya yang letih. Dan ia masih tersenyum, meski ketika hari demi hari, sang buah hati ternyata semakin manja. Ia tetap selalu rindu memandang wajah putri tercinta, meski di wajah itu tercoret garis cemberut, meski kata-kata ketus kerap terlontar dari mulut sang buah hati. Ia tahu, buah hatinya tak pendai menyimpan rasa seperti dirinya,