Aina, Aku Jatuh Cinta
Semester Satu, Saat Kuliah Kalkulus
”Aina, aku lagi jatuh cinta nich !”
Waktu itu ekspresi Aina terlihat kaget banget dan dia beristighfar.
”Dilut...kenapa bisa kena virus merah jambu ? jangan menambah daftar panjang nya dong.”
Waktu itu aku pingin banget ketawa gede....
”aku jatuh cinta sama bunga krisan merah.”
Dan aku pun langsung di hujani cubitan olehnya.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Semester Tiga, saat musim hujan
”Aina, aku jatuh cinta.”
Lagi-lagi dia beristighfar.
”Dilut...jangan buat aku cemas. Siapa namanya ? ikhwan mana? Kuliah di UNIB juga?”
Aku tertawa.
”Aku jatuh cinta bukan sama ikhwan, tapi sama gerimis dan pelangi. Lihat deh, gerimisnya cantik kan ? bentar lagi, pasti ada pelanginya.”
Dia tersenyum lega ke arah ku.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Semester Empat, Saat berkunjung ke rumah mu
”Aina, aku jatuh cinta.”
”Aina, aku jatuh cinta.”
”Dilut....apa lagi yang membuat mu jatuh cinta ? krisan merah ? pangeran berkuda putih ? gerimis ? atau pelangi ?”
Saat itu aku menyebutkan sebuah nama.
Dan dia menunjukkan setumpuk kertas yang merupakan surat-suarat cinta yang di kirim para ’ikhwan pengecut’.
IKHWAN PENGECUT
Ya...itulah istilah Aina untuk mereka yang beraninya hanya berkirim surat tanpa berani datang ke rumah dan bertemu langsung dengan orang tuanya.
Saat itu aku menyebutkan sebuah nama.
Dan dia menunjukkan setumpuk kertas yang merupakan surat-suarat cinta yang di kirim para ’ikhwan pengecut’.
IKHWAN PENGECUT
Ya...itulah istilah Aina untuk mereka yang beraninya hanya berkirim surat tanpa berani datang ke rumah dan bertemu langsung dengan orang tuanya.
Dan aku pun mengerti maksud nya...
Saat itu aku teringat suatu kalimat yang pernah ku baca di sebuah buku dongeng kerajaan.
Hampir terdengar sama makna, walaupun beda kata dengan apa yang disampaikan oleh mbak Nadzila saat mengisi Dauroh Pra Nikah.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Kamarku, saat ku buka album foto kita
Aina, aku jatuh cinta.
Kamu tau aku jatuh cinta pada apa ?
Pada kota ini.....
Kota yang banyak sekali mengajarkan ku arti dari kedalaman cinta....
Dan kamu mau tau aku jatuh cinta pada siapa ?
Aina, aku jatuh cinta....
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Silent City, di akhir hari rabu yang indah
Senandung rindu ku untuk mu Aina, calon bidadari syurga......
Ya Allah…bahagiakanlah dia disana…
Terangi kuburnya, sebagaimana dia memberi cahaya pada hati ku.
Saat itu aku teringat suatu kalimat yang pernah ku baca di sebuah buku dongeng kerajaan.
Hati wanita yang mudah di curi oleh laki-laki lain, tidak pantas untuk seorang pangeran.
Hampir terdengar sama makna, walaupun beda kata dengan apa yang disampaikan oleh mbak Nadzila saat mengisi Dauroh Pra Nikah.
Akhwat yang gak hapal juz 30, gak pantas mengharapkan ikhwan yang hapal 30 juz.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Kamarku, saat ku buka album foto kita
Aina, aku jatuh cinta.
Kamu tau aku jatuh cinta pada apa ?
Pada kota ini.....
Kota yang banyak sekali mengajarkan ku arti dari kedalaman cinta....
Dan kamu mau tau aku jatuh cinta pada siapa ?
Aina, aku jatuh cinta....
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Silent City, di akhir hari rabu yang indah
Senandung rindu ku untuk mu Aina, calon bidadari syurga......
Ya Allah…bahagiakanlah dia disana…
Terangi kuburnya, sebagaimana dia memberi cahaya pada hati ku.
Dari blog redchrycant
……………………………………………………………………………………
Membaca
kembali tulisan ini, hayalku kembali mengingatmu. Saudariku… begitu
banyak kenangan yang telah kita lalui bersama, telah banyak nasehat yang
engkau berikan padaku. Waktu seakan begitu singkat bagi kita tuk
bersama dan bersua. Ku teringat dirimu lagi… bukan diriku tidak menerima
takdirNYA, ku hanya merindukan hadirmu, senyummu dan ketulusanmu……..
Ukhti…
kepergiamu saat itu membuatku tersentak, sore yang melelahkan setelah
aktivitas seharian seakan tergantikan dengan tangisanku. Seakan baru
kemarin kulihat senyummu menyambutku saat menjengukmu di rumah sakit.
Walau wajahmu pucat, tapi senyummu tak hilang dari wajahmu. Saat itu,
hari selasa sepulang sekolah, kami baru sempat menjengukmu. Di ruangan
itu, engkau terbaring dipenuhi selang di kanan dan kirimu. Sepintas
kulirik selang2 itu, alat itu juga.. darah….!!! Yah, saat itu engkau
cuci darah. Beberapa detik, kami hanya memandangmu, larut dalam fikiran
masing-masing, tak mampu berkata-kata. Engkau faham akan fikiran kami,
senyum pun tersungging di bibirmu. Katamu… “ukhti, jangan berfikiran
macam-macam, aq tak apa-apa. Insya Allah aq baik kok….”. saat itu, air
mataku ingin berlarian memenuhi pipiku, namun sekuat tenaga kutahan,
ternyata temanku pun sama…
Aq semakin terharu, begitu sabar dan kuatnya dirimu, di tengah sakit yang menggrogotimu, engkau masih tersenyum, masih menasehati kami untuk bersabar dan berbaik sangka pada Allah. Wajahmu sayu, pucat. Jilbab yang engkau gunakan pun tidak begitu rapi di kepalamu, bagaimana tidak kedua tanganmu dipenuhi selang2 itu. Perlahan kusapu wajahmu dan kuperbaiki jilbabmu. Engkau tetap tersenyum…. Kata perkata mulai keluar dari bibirmu, seakan engkau tidak sakit, bukan hanya itu. Canda pun masih ada mengiringi kata2mu. Kami sangat senang melihat semuanya. Namun detik berlalu, kami harus keluar dari ruangan itu. Dengan berat kami berpamitan padamu, masih sempat kupegang tanganmu. “ukhti.. nanti jika sembuh, kurangilah aktivitasmu, fokuslah dulu pada satu aktivitas. Nanti jika benar2 sembuh barulah beraktivitas seperti dulu lagi. Kesehatan itu penting ukhti….” Kataku saat itu, sekaligus menampar diriku sendiri yang tidak perhatian dengan kondisi kesehatanku, bahkan terkadang mungkin mendzalimi tubuhku sendiri… hufft….. saat itu, kami bertekad untuk menjengukmu lagi di hari yang lain.
Dengan aktivitas yang padat, kami belum juga menjengukmu. Hanya hp-mu saja yang sering kami hubungi tapi selalu dialihkan. Harap kami, engkau baik-baik saja. Seperti info kakak ukhti… dan kami bisa lega dengan itu…..
Kamis malam, kurindu denganmu. Kucoba menghubungi
hp-mu. Alhamdulillah ada dering disana. Telponku diangkat, kudengar
suara tapi amat tidak jelas, suaranya berat, tapi sempat kudengar kata
“halo” terucapkan. Tak lama suara itu berganti. Suara kakak ukhti.. aq
pun bertanya padanya tentang kondisimu, katanya engkau baik2 saja dan
sekarang sudah ada di kampung. Katanya engkau yang meminta pulang.
Alhamdulillah fikirku saat itu. Namun tetap saja kuulang pertanyaanku
“apakah ukhti baik2 saja?”. Jawaban sama tetap kuterima “dia baik2
saja”. Aq lega………
Jum’at 7 mei 2010. Ternyata itulah hari terakhirmu di dunia. Engkau meninggalkan kami semua menjelang waktu ashar tiba. Berita itu kuterima saat aq pulang sekolah masih menyantap makan siangku yang terlambat. Tanganku gemetar, seakan tak percaya. Baru semalam kumenelponmu, katanya kau baik2 saja…… air mataku pun mengalir membanjiri wajahku, seakan kata2 tak bisa keluar dari bibirku. Ada penyesalan yang teramat dalam, mengapa kumenjengukmu hanya sekali. Ternyata perjumpaan itu adalah perjumpaan yang terakhir, itulah senyum, canda n nasehatmu yang terakhir. Semua terbayang kembali dan tangisanku pun makin keras. Innalillahi wa Inna Ilaihi raji’un. Laa haula walaa kuwwata illah billah. Rabb mengapa semua terjadi begitu cepat… ah,… astaghfirullahal adzihim…….
Ukhti, sungguh kurindu padamu. Kuingin melihat wajamu lagi, melihat senyummu, membaca nasehat2mu…….. air mata terus saja mengalir.. dengan tangan gemetar kuhubungi teman yang lain, satu persatu pun mereka membalas smsku dan juga menelponku, tangisanku makin tak kuasa kubendung…..ya Rabb… semoga ia mendapatkan jannahMU, terima ia di sisiMU, terima semua amalannya, ampuni semua dosa n kekhilafannya, terangi kuburnya dan semoga kelak nanti kami bisa bertemu dan berkumpul dalam jannahMU. Seperti katamu “aku juga mencintaimu karena Allah, dan semoga kelak kita dikumpulkan kembali dalam kecintaan kepadaNYA”. Masih kuingat dan kusimpan kata2mu itu. Yah, semoga…. Insya Allah engkau mendapat tempat yang terbaik, engkau pergi dalam perjuangan menahan sakit dan engkau pergi di hari mulia, hari jum’at. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa ada beberapa manusia yang tidak mendapat siksaan kubur dan masuk dalam jannahNYA, diantaranya adalah yang meninggal di waktu malam jum’at dan hari jum’at. Insya Allah. Amiiiin………….
Ukhti, ku masih ingat padamu… kuingat nasehat2mu.. kuingat asa kita tuk mengejar mimpi itu.. do’akan kami meneruskan mimpi itu, melanjutkan perjuanganmu. Katamu hidup itu adalah metamorfosa. Harus selalu bergerak dan berubah ke arah yang lebih baik. Sosokmu yang sabar, tekun, dan tak suka mengeluh kan kami kenang…..
…………………………………………………
Rabb, semua adalah ketetapanMU. Kami hanyalah manusia yang tak punya daya apa2. Mungkin kami sedih, namun Maafkan kami yang mungkin berlebihan dalam kesedihan itu. Aq sadar, segala sesautu yang ada di dunia ini hanyalah sementara, tak ada yang abadi, termasuk yang kami cintai sekalipun. Semua titipanMU, dan sewaktu2 Engkau bisa saja mengambil titipan itu. Karena ia bukan milik kami. Yah, kami selalu membaca dan mendengar ayatMU :” kullu nafsin dzaikatul maut, tsumma ilaina turja’un” .”tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, kemudian hanya kepadaKU kamu dikembalikan”. Namun kadang kami lupa tuk memaknainya. Hingga terkesan kami tidak ridha dengan ketetapan itu.
Teringat kata seorang teman: “ukhti, sedih adalah fitrah. Tapi jangan sampai engkau kecewa apalagi marah dengan ketetapan Allah. Yakinlah itu yang terbaik. Karena sesayang2nya engkau padanya, sungguh Allah jauh lebih saying padanya hingga IA telah mengambilnya darimu”.
Insya Allah, semua kan menjadi pelajaran bagi kami tuk mempersiapkan diri menyambut hari bagi kami menghadapMU, semoga kami tidak lengah, hingga kami menghadapMU dengan amalan yang Dirimhampa. Kami sadar tujuan akhir dari semuanya hanyalah bermuara padaMU. Di sini kami hanya mengumpulkan bekal tuk hari yang selalu kami rindukan, yaitu hari perjumpaan denganMU dengan sejuta bahagia yang tiada taranya. Rabb.. bimbing kami menjadi lebih baik…. Amiiin…..
(untuk saudariku Resmi yang telah pergi menghadapNYA)
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.
BalasHapusSaya tersentak membacanya, semoga ukhti yang dimaksd berada dalam JannahNya aamiin.
kkutipan ini :
Teringat kata seorang teman: “ukhti, sedih adalah fitrah. Tapi jangan sampai engkau kecewa apalagi marah dengan ketetapan Allah. Yakinlah itu yang terbaik. Karena sesayang2nya engkau padanya, sungguh Allah jauh lebih saying padanya hingga IA telah mengambilnya darimu”.
membuatku merasa yakin, dia akhwat yang kuat. Kita juga harus kuat.
salam perkenalan Assalaamu'alaikum ukht.
DISANA SIAPA?
semoga jalinan kasih kita dan siapapun yang berjalan dalam jalan cahaya bertemu dalam JannahNya aamiin.
iya ukh, dia adalah teman kuliah dulu. sudah 2 tahun dia pergi. sedih mengingat dia pergi, tetapi, aq yakin Allah jauh lebih sayang padanya. 'aamin....
BalasHapussalam ukhuwah juga.. ana sangat senang bisa nambah kenalan lewat blog ini. ana yaya. bisa lihat di blog ada fb ana... :-)
kunjungan balik ukhti.
BalasHapussalam kenal. salam ukhuwah
semoga sahabatnya ditempatkan di tempat terindah ^^
iya, salam ukhuwah juga... senang bs nambah kenalan...
BalasHapus'aamin.. smoga ia mndapatkan tempat yg indah di sisi-Nya..
Semoga dilapangkan kuburnya dan dimasukkan ke dalam jannahNya
BalasHapusiya. aamiin ya Rabb. makasih dah berkunjung :)
Hapus