Langsung ke konten utama

Jangan Jadi Badut

Katanya... "jangan jadi BADUT". Dengan berusaha menampakkan orang lain bahwa selalu baik-baik saja dan tidak kenapa2. Menampakkan senyum manis dan deraian tawa di balik lembah kesedihan. Jangan mau seperti badut, yang nampak membuat bahagia dengan kelucuannya dan tingkah lakunya. Meski orang sedang menangis, akan berbalik tersenyum bahkan tertawa melihatnya. Begitukah jalan hidup yang engkau mau? ingin selalu berspekulasi dengan mimik? 

Tertawa terbahak-bahak seolah tak ada masalah. tersenyum sangat manis seolah semua baik-baik saja. Dan berjalan dengan santai seolah semua jalan yang di depannya beraspal. Padahal, ekspresinya terbalik dari realta sesungguhnya. Bukan bahagia, bukan kesenangan. Mengapa itu yang nampak? ingin membuat orang merasa nyaman melihatmu? ingin mengatakan kepada orang bahwa engkau kuat? ingin berpidato bahwa hidup memang begitu adanya? Lalu bagaimana dengan hatimu? apakah lebih penting memperhatikan tampilan luar dan omongan orang dengan berusaha tampil baik2 saja? Bukankah sebenarnya hatimu bertolak belakang dengan ekspresimu? mengapa kau ingkari kenyataan bahwa engkau ingin menangis? engkau bersedih? engkau kecewa? atau engkau bahagia? Sudahlah... berhentilah... ekspresikan apa yang engkau rasakan. Biarkan mengalir apa adanya. Janganlah jadi badut!

Ok! Berhenti!
So what?
Ketika jubah badut itu dilepaskan. Mengapa justru mereka semua pergi? apakah karena kembali tak lucu? apakah karena telah nampak semua raut kesedihannya? atau apakah nampak begitu menyedihkan? ohhh.. kemana mereka? kenapa pergi? kenapa menjauh? kenapa hilang? apa yang salah? lebih menarikkah jubah badut itu dibandingkan jubah aslinya? lebih menenangkankah tingkah ala badut daripada ekspresi sesungguhnya? 

Maka, untuk apa badut mengeluarkan jubahnya? akan bermanfaat jika ia tetap memakainya. Akan ada yang bisa tertawa melihatnya. Ada yang bisa tersenyum menyaksikan keluguannya. ada yang bertahan melihat aksinya. Dengan begitu, badut akan tetap menjadi badut.

Begitulah kenyataannya. Terkadang, ekspresi yang tidak sesungguhnya lebih banyak disukai orang dan membuat orang nyaman. Bersedih tapi menampakkan senyum. Kecewa tetapi nampak santai. Putus asa tapi nampak bersemangat. atau biasa2 saja meski bahagia luar biasa. atau marah meski sebenarnya setuju. Kenapa? karena dengan hal yang bertolak belakang itu, justru membuat banyak yang merasa plong, baik-baik saja. Olehnya, jangan langsung menjust ekspresi luaran. tak selamanya yang nampak di depan matamu adalah keadaan sebenarnya. Selidiklah di balik matamu.

Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah.
Saat kita menangis, pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar.
*Novel "RINDU", Tere Liye 

#silent #melawanlupa #melawannegativisme

BDI, 15 feb 15

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap