Langsung ke konten utama

Mr. Black

Hari ini kulihat lagi HP jadulku. Itulah HP pertama yang kumiliki. Saya lupa tahun berapa, seingatku sekitaran tahun 2005 atau 2006. Saat itu HP belum sebanyak sekarang dan tidak semurah sekarang. Juga tidak secanggih sekarang. Dulu HP paling banter adalah sony ericson, siemens, dan paling ngebooming adalah nokia. Kalau dah punya HP nokia, sudah masuk dalam kategori HP keren hehehe. HP itu dari hasil keringatku sendiri. Dari ngajar kursus dan juga membantu praktikum di lab kampus. Akhirnya terkumpul urang lebih 400 ribu rupiah. Saat itu, sebanyak itu sudah lumayan. Apalagi versi mahasiswa. Dengan berbekal uang itu, saya pun sendirian pergi ke MTC mencari HP yang bisa dibeli dengan harga segitu, namun karena saya tidak pengalaman jual beli HP dan juga tak tahu harga, juga tak tahu menawar, yah... Cuma dapat hp second nokia. Ternyata saya bisa dapat hp nokia yang baru meski type yang rendah, Cuma saya tidak tahu harga saat itu. Yah.. sudahlah... meski second, tak apa yang penting punya hp baru. Ahaa..... senangnya saat itu. Bisa merasakan kecanggihan komunikasi dan informasi. Dan lebih bangga lagi karena bisa mendapatkannya dengan usaha sendiri. Alhamdulillah.....
Saya sudah lupa apa type HP tersebut. Yang jelas, dikelasnya saat itu adalah HP nokia dengan kelas bawah. Namun bagiku banyak cerita dengannya. Salah satunya adalah kisah Mr. Black. Who is Mr Black?

Entah sejak kapan issu dan cerita Mr. Black itu bergulir. Saya juga tidak tahu wajahnya seperti apa. Namun, sejak kakakku pindah kost bersama para akhwat di Tabaria, mulailah saya mendengar kisahnya. Sampai saat ini, belum jelas siapakah dia? Apa motifnya? Dan apakah dia sebenarnya punya elainan jiwa? Atau punya kelainan sex? Atau punya misi tertentu? Ada banyak kisah yang kdengar tentangnya. Setiap kali mendengar kisah-kisah itu, membuatku merinding dan takut.

Pertama kudengar kisahnya di tempat kost-an kakakku di Tabaria. Saat itu, pondokannya sedang sunyi.. para akhwat bepergian dengan segala aktivitasnya. Kalau tidak salah saat itu ada tabligh akbar. Namun, kakakku tidak pergi bersama dua akhwat lainnya, kak Nurul dan kak Hafidzah. Kak Nurul sedang sakit, sehingga kk Hafidzah diminta untuk menjaganya. Dan kakakku juga lagi tidak enak badan. Pondokan mereka terdiri atas 3 kamar. Dengan satu kamar sebagai ruang kantor, karena pondokan itu dijadikan sekretariat lembaga Dakwah muslimah kampus. Siang menjelang, kakakku masih istirahat di ruang kantor. Sedangkan kak nurul di ruang tengah sedang tidur dan kak hafidzah juga tertidur pulas di kamar belakang. Tak lama ada sosok laki2 mengintai rumah, kemudian membuka kamar dan celingak-celinguk. Pondokan punya 2 pintu sebagai akses masuk rumah. Pintu utma terkunci dari dalam, tapi pintu samping tidak tertutup. Laki2 itu pun masuk lewat pintu samping. Mendengar ada yang ribut membuka pintu, kakakku terjaga dan menutup pintu kantor. Ternyata benar ada orang yang kemudian membuka pintu masuk sebelah samping, kemudian masuk dan menyusur rumah ke kamar belakang. Kakakku yang merasa ada yang aneh akhirnya masuk ke kamar tengah membangunkan kak Nurul. Mereka pun panik, di rumah Cuma ada mereka bertiga. Dan lebh paniknya lagi, di belakang kak hafidzah sedang tidur pulas. Beberapa menit berlalu, si laki2 itu balik dari belakang dan masuk ke ruang tengah. Sontak kakakku dan kak nurul kaget dan bertanya. “siapa?”, ada apa?” kenapa masuk tanpa permisi?” car siapa?”. Yang ditanya bukannya menjawab malah nyengir, dan justru nyengirannya menakutkan. Kembali kak nurul bertanya “bapak cari siapa? Kenapa masuk tanpa permisi?”. Kembali dia nyengir kemudian keluar lewat pintu samping. Kak nurul dan kakaku pun langsung menutup pintu samping kemdian mengintainya. Beberapa menit orang itu tetap celingak-celinguk kemudian berlalu. Setelah pergi barulah kak hafidzah erbangun dan bertanya apa yang terjadi. Setelah dceritakan, wajah kak hafidzah pun memerah.

“saya tidak diapa-apakan kan?”
“tidak tahu, karena balik dari belakang baru dilihat”
“kenapa saya tidak dibangunkan?”
“bagaimana mau dibangunkan, kalau kita tidak tahu kalau dia sudah ke belakang”
“huuhuuu... saya tidak diapa2kan kan?”
“makanya jangan tidur, disuruh jaga orang sakit ehhh... malah dia yang dijaga”
“afwan”

Lain lagi cerita di pondokan yang lain. Entah saat itu pagi atau sore. Tiba-tiba ada seorang lelaki mask ke pondokan akhwat, dan langsung menuju pintu kamar mandi. Seorang akhwat sementara andi di dalamnya. Merasa di luar ada orang, si akhwat pun bertanya, siapa di luar. Tapi dia tidak menyahut. Diam saja. Sambil menunggu di luar. Karen beberapa lama tak ada respon dan gerak lain, si akhwat merasa aman dan tak ada apa-apa. Dia pun keluar dari kamar mandi dengan memakai sarung, dan betapa kagetnya dia melihat seorang laki2 berdiri di luar dengan cengiran khasnya, membuat si akhwat berteriak histeris dan lari tunggang-langgang. Hebohlah pondokan, dan semua pintu spontan ditutup. entah sampai berapa lama, barulah orang itu pergi.

Pernah juga ada kejadian di pondokan akhwat, seorang lelaki masuk saat siang bolong waktu tidur siang. Karena sudah menganggap semuanya saling saudara,, jadi saat tidur pun pintu kamar mereka tidak ditutup supaya kalau ada akhwat yang mau meminjam ata memakai sesuatu bisa langsung masuk kamar. Tetapi apa yang terjadi siang itu, seorang lakai2 masuk ke kamar para akhwat dan mencium mereka satu persatu. Nanti ketahuan, saat entah kamar keberapa, dia mencim seorang akhwat yang kemudian terbnagun dan berteriak. Barulah heboh pondokan, si akhwat lari terbirit2 histeris dan menangis. Orang itupun kelar dari pondokan dan pergi.

Setelah 2 tahun di pondokan pertamaku, saya pun pindah ke Tabaria bersama kakakku. Kli ini pondokan beda dari pondokan sebelumnya yang ditinggali kakakku. Bersama kami ada 2 orang anak SMA. Mereka masih kelas 2 dan kelas 1 SMA. Namanya fitri dan Hera. Setiap pergi ke sekolah, keduanya berjalan kaki keluar lorong dari tabaria menuju Alauddin, karena sekolahnya persis di sudut jalan alauddin. Mereka biasanya menggunakan jalan pintas, agar bisa cepat sampai ke sekolah dengan melewati lorong kecil diantara rumah warga. Saat itu, pagi masih menggelayut, mereka segera berangkat ke sekolah. Sambil bercerita dan bercengkrama mereka menyusuri jalan kecil. Tak lama di pertigaan jalan manuruki sembilang dan manuruki 13, sebuah motor berhenti di depan mereka lalu menggas motor. Merasa aneh keduanya pun memperhatikan pengemdinya, saat melihat tampangnya, langsung mereka berdua lari kencang seperti dikejar anjing. Dan orang tadi kembali mengejar mereka. Saat masuk ke lorong lebih kecil, motor itu terlihat tidak mengikti mereka, tetapi tetap saja keduanya berlari kencang menyusuri jalan kecil. Namun ternyata kembali dipersimpangan jalan lainnya, oarang yang mengejarnya kembali muncul. Maka makin paniklah mereka berdua, sambil berlari keduanya menangis dan terus saja berlari, untunglah pas ujung jalan itu sudah jalan aladdin dan sekolahnya sudah nampak. Barulah keduanya bisa bernafas lega.

Lain lagi kisah kakakku dengan kak hafidzah. Pulang dari acara aqiqah anak temannya, mereka berdua berboncengan. Di jalan perintis, kakakku merasa ada yang selalu mengikti mereka. Dia pun memperhatikan setiap motor yang ada di dekatnya. Benar saja, ada sebuah motor besar yang seolah mengikutinya kemanapun pergi, entah sejak kapan orang itu mengikuti. Kakakku pun memberitahu kak hafidzah. Demi mendengar siapa yang mengikuti mereka, kak hafidha kemudian membalap motornya, sudah banyak cerita yang dia dengar tentang orang itu. Tetapi semakin dia balap, orang tadi juga ikut membalap motornya dan selal megiringinya, bahkan sekali-kali menyenggol motornya. Tentu saja kakakku n kak kak hafidzah semakin takut dan makin membalap motornya, jadilah kebut-kebutan. Berpikir kalau pulang ke pondokan jauh dan keselamatan belum bisa dijaga, maka kak hafidzah berbelok menuju jalan Abdesir menuju kantor pusat WI, ternyata orang tadi masih tetap mengejarnya. Bahkan sampai ke lorong masuk ke kantor pusat WI, orang tersebut masih mengejar. Pas tiba depan kantor WI, meski ada ikhwan dsitu, kak hafidzah menghentikan motor kemudian masuk ke dalam lokasi gedung. Orang tadi ternyata berpikir untuk singgah juga, makanya dia melewatinya sedikit kemudian menghentikan motornya. Entah berapa lama barulah oarng tersebut pergi.

Siang yang terik enaknya tinggal di rumah. Uni, anak pemilik pondokanku sedang asyik mencuci pakaiannya sambil bernyanyi kecil. Sedang di dalam kamar bapaknya mungkin sedang tidur. Sedangkan seorang akhwat, sedang mandi di dalam kamar mandi, karena air tidak mengalir ke atas kalau siang, jadilah mesti ke bawah mandi. Dari belakang, ternyata ada seorang lelaki yang berdiri entah masuk lewat pintu mana. Dia Cuma berdiri sambil memperhatikan pintu kamar mandi yang tertutup. Untung si akhwat lama mandi. Si laki2 ini pun mendekati Uni dan mengusap2 mata dan pipinya dari belakang, sontak saja dia kaget dan berteriak. Dilihatnya seorang lelaki di belakangnya sedang nyengir menjengkelkan. Uni pun berteriak dan menangis, membuat bapaknya bangun. Tetapi orang tadi bergegas pergi lewat pintu belakang. Bapaknya bertanya ada apa, uni dengan menangis sesunggukan mengatakan bahwa ada seorang laki2 yang masuk dan mengusap2 pipinya. Tentu saja bapaknya marah dan berlari keluar mengejar, tetapi orang tersebut sudah tidak ada.

Nah, inilah satu kisahku tentang orang itu. Di pondokan cma ada kami bertiga, saya, fitri dan hera. Saya sedang tidur-tiduran karena capek dari kampus. Sedangkan hera dan fitri sedang asyik makan mangga muda di emperan depan sambil bercengkrama. Sempat keduanya memamnggilku supaya bergabung. Tetapi saat itu rasa ngantukku lebih besar. Keduanya pun keasyikan makan. Siang terasa lengang, mungkin orang2 pada tidur siang atau belum datang kerja. Sebuah motor lewat depan pondokan sambil menoleh. Sekilas hera melihatnya, tetapi tidak peduli. Kemudian orang tadi balik lagi lewat depan pondokan. Hera berpikir mungkin lagi cari alamat atau kena jalan buntu. Ehh.. tak lama dia lewat lagi dan singgah persis depan pondokan kemudan menolah. Hera dan fitri pun melihat orang tersebut, dem melihatnya mereka berdua bagai dikomndoi langsung berdiri dan lari masuk rumah. Mereka kebingungan mau lari kemana, hingga masuk ke kamar pertama kemudian keluar lagi lalu lari dan berteriak: Mr. Black.... saya yang tertidur untunglah tidak tidur nyenyak, mendengar kata Mr. Black, saya langsung berdiri dan berlari kelar kamar berlarian bersama hera dan fitri bingung mau lari dan sembunyi dimana, kamar mana. Sampai kami saling bertabrakan dan menendang gelas yang ada di lantai. Kami masuk ke kamar ketiga, berarian dan bertubrukan. Barulah teringat pintu tidak dikunci. Pintu hanya ditutup biasa tanpa dikunci. Di kamar ketiga, kami tetap saja panik. Merasa kamar itu tidak aman. Lalu kami pun berlari lagi masuk ke kamar terakhir lalu mengunci pintu dengan rapat. Napas kami berburu, panik, takut, mau menangis, semua berkumpul menjadi satu. Apalah daya kami masih sama-sama bocah.

Di dalam kamar, kami tidak tahu harus berbuat apa. Semua wajah seperti tak punya darah lagi, pucat pasi. Kami bertiga bersembunyi di balik lemari dan terdiam, dan seolah menahan nafas. Takut kalau ketahuan kami ada di dalamnya. Hera pun mengambil sebuah kayu kecil yang ada di kamar, kayu itu dipakai untuk menumbuk paku kalau mau dipasang di dinding. Saya yakin, kayu itu dimaksudkan untuk menjaga diri. Ahhh... saya tak punya apa2 untuk dijdikan senjata untuk berindung. Untunglah tadi bangun, saya masih sempat mengambil hp saat berlari, jadi hp itu masih tergenggam erat di tanganku. Yah... itulah hp pertamaku. Dari luar terdengar suara langkah dan seperti ada suara pintu yang dibuka, makin paniklah kami. Dalam kepanikan, tidak dapat berpikir mau minta tolong sama siapa. Akhirnya terpikir pondokan ikhwan yang tidak jauh dari pondokan kami. Ahhh... tidak peduli dulu kalau nelpon ikhwan. Ini darurat, dan demi keselamatan. Dan ikhwan juga sdah pada tahu kalau ada laki2 yang sering mengusik pondokan akhwat, dan mereka juga sudah mengatakan bahwa jika ada apa2 silahkn akhwat menghubungi mereka. Berpikir lgi, mau nelpon siapa..? tak ada ikhwan yang kukenal.. ahh... bagaimana ini.. di kontak pun saya tidak mengetahui satupun ikhwan di pondokan itu... wajahku makin pucat pasi, sedang suara di luar kamar makin menakutkan seperti ada langkah masuk ke dala pondokan.

Saya kemudian teringat seorang kakak, yang sejak SMA kenal waktu masih di palopo. Saat itu, dia pindah ke IAIN alauddin makassar. Dia pernah sms, bertanya tentang teman-temanku yang dia kenal. Dia selain aktif di wahdah, juga aktif di IMM, makanya kenal denganku. Tak menunggu waktu terlal lama, saya pun menelponnya, butt..... yang menyahut bukan dia, tetapi tante veronika hahahaha.... keadaan sangat menakutkan, tante veronika juga masih suka menjawab telpon. Berkali2 ku ulangi, yang jawab tetap tante veronika. Dul kan telpon sering ada kan, mailbox veronika. Ahhhh............ mau bagaimana lagi?? Kulihat hp jadulku. Entah mau nelpon siapa lagi... ahaa.... nelpon ke mesjid ar-rahmah... yup, ide yang bagus. Untung nomor telponnya dihafal, karena di rumah adalah posko pengajar santri disana. Suara deringan disana.. sambil terus berdoa dalam hati dalam kepanikan.. semoga lekas diangkat... ahhhh.. lama juga.... entah deringan ke berapa, barulah terdengar suara di seberang sana.
“haloo.. assalamu’alaikum”
“ya, wa’alaikum salam”
“afwan, ini akhwat pondok qonaa’ah”
“ini siapa? Kenapa?”
“afwan, bisa ke pondok qona’ah sekarang. Penting”
“ada apa? Kenapa? Ini siapa?”

Aduhhh... ini ikhwan kok, nggak ngerti suasana banget kalau kita lagi panik. Dari suaranya kedengaran kalau baru bangun tidur. Kayaknya belum waras nih bangun dari tidur
“afwan, tolong ke pondok qona’ah dulu... ada orang......” tuuut....tuuut...tuuut....
Arrrggghhhhhhhhhhhhhhh................ belum sempat ngomong banyak, hp langsng mati. Itulah hp jadulku, hp second yang kubeli, hanya terpaut beberapa lama, sudah tidak bisa diajak kompromi. Cepat banget lowbet, kalau ada yang nelpon atau menelpon, tunggu saja akan mati sendiri. Hufffftttt........... ingin rasanya marah tapi entah pada siapa. Di luar, langkah semakin nyata terdengar, kami makin meringkuk di pinggir lemari ketakutan.
"kak, coba lagi, siapa tahu masih bisa dinyalakan”
“iya, tunggu dulu”

Saya pun menyalakan hp jadulku. Terlihat batterai masih ada 3 batang. Ahh.. syukurlah. Artinya masih bisa. Langsung saya menelpon ke ar-rahmah lagi. Dan kembali diangkat
“afwan, ini dengan akhwat pondok qona’ah. Tolong ke sisni dulu”
“kenapa? Ada apa? Memangnya kenapa/”

Aduuuhh... nih ikhwan... pengen dijitak kayaknya... gemes rasanay, nggak ngerti2 juga. Terdengar di seberang sana, ada orang lain menghampiri si pemegang telpon.
“ini siapa? Ada yang bisa dibantu?”
“iya. Afwan, ini akhwat pondok qona’ah. Disini ada........tuuut..tuuut..tut.......”
Aghhhh................. hp................ kompromi dong........... ini panik.... kcoba kunyalakan lagi.. tap belum masuk ke sistemnya, mati lag.. kucoba lagi.. tetap saj sama. Arghhh........ hp, kamu menjengkelkan banget.......... apakah karena dirimu second, sampai2 cepat nggak mau kompromi begini. Karena jengkel kulempar hpku. Dan kembali meringkuk di samping lemari. Hera yang makin panik, kemudian menuju jendela.
“hera, mau apa?”
“mau panggil ibu di bawah kak”
“bagamana caranya ke bawah?”
“lewat sini kak”
“apa? Lewat jendela? Hera.. jangan.. berbahaya... tinggi da beresiko kalau mau lompat dari jendela ke bawah menemui ibu”
“tidak ada cara lain kak. Daripada kita ketakuta begini. Saya mau manjat lewat bambu itu”

Setelah berkata begitu hera kemudian naik ke atas jendela, kemudian berusaha meraih bambu yang digunakan untuk memperbaiki rumah ibu kost. Jadi melalui bambu itu, hera turun ke bawah, ke rumah ibu kost. Rumah itu ada dua lantai. Lantai bawah ditinggali ibu kost, sedangkan lantai bawah ditinggali oleh kami. Dan pas di bawah jendela kamar yang kami tempati juga ada jendela kamar ibu kost. Mungkin begitulah kalau dalam keadaan panik, hal yang terpikir tidak bisa menjadi bisa. Begitupula dengan hera, entah kekuatan dari mana, dia bisa turun ke bawah dengan bantuan bambu tadi. Lal langsng masuk ke kamar ibu kost lewat jendela kamar. Tentu ibu kaget dengan adanya hera masuk lewat jendela dengan nafas ngos2an dan wajh pusat pasi. Dengan nafas memburu, dan terbata-bata, hera menceritakan apa yang terjadi dan meminta bantuan ibu. Untung ibu kost sudah tahu cerita tentang Mr. Black, dia pun bergegas menutup pintu depan lalu meraih pisau dapur dan menuju pintu elakang yang menghubungkan jalan ke atas. Hera mengikut dari belakang. Dengan hati2 dan was2, ibu kost menaiki tangga, membuka pintu kostdan mask memeriksa setiap kamar. Sampai kamar terakhir yang kutempati dengan fitri, tak ditemkan siapa2. Alhamdulillah.... sedikit perasaan takut kami hilang. Kami terduduk lemas dan seperti ingin ingin hilang. Hari itu pondokan jadi heboh, dan keamaanan pondokan makin diperketat. Saya, meski tidak melihat wajahnya, tetapi mengalami kejadian tadi dan membayangkan ciri-cirinya saja sudah membuat ngeri.

Dari beberapa cerita di atas, itulah yang masih sempat saya ingat tentang kejadian yang menghubungkan Mr. Black. Mungkin terksan bahwa pondokanku yang selalu jadi sasaran. Tidak. Banyak pondokan akhwat jadi sasaran. Baik pondokan akhwat yang dekat kampus UNM, IAIN, maupun Unhas. Semua dia sambangi. Dan banyak sekali cerita tentanggnya. Dan setiap kali diceritakan ciri-cirinya selalu sama. Orangnya tinggi besar, berkulit hitam, wajahnya sangar, selalu nyengir menjengkelkan, suka mendatangi pondokan akhwat, atau mengikuti akhwat, dan juga pakai motor gede. Cirinya semua sama, maka disimpulkan orangnya sama. Dan sudah menggemparkan. Akhrinya sudah pernah dilaporkan ke polisi dan pernah ditangkap, tapi entah kenapa kembali lepas dan beraksi lagi. Juga tak tahu apa motif sebenarnya, Cuma dari aksinya selama ini, dia sering mendatangi pondokan akhwat. Bukan sembarang akhwat, tapi yang akhwat pakai jilbab besar atau bercadar. Kalau pondokan perempuan awam tidak dijadikan sasaran atau pondokan yang campur ada laki2 dan perempuan. Makanya banyak yang menyimpulkan dia itu seperti missionaris. Ada juga yang mengatakan dia itu kelainan jiwa. Juga ada yang beranggapan dia itu kelainan sex. Mungkin dia akan merasa bahagia, jika sudah mengganggu akhwat. Entahlah.. wallahu’alam.

Yang jelas, Mr. Black itu sudah sering meresahka pondoka akhwat. So, bagi akhwat tetap waspada, dan jangan mudah lengah dengan kondisi pondokan atau kost. Tetap jaga diri ketika bepergian apalagi kala sendiri. Tetap saja berjaga2. Sekarang, saya tidak tahu apakah si Mr. Black itu masih menjalankan aksi busuknya atau tidak. Namun saya berharap tidak ada lagi, korban selanjutnya dan dia diberikan ganjaran yang setimpal atas perilaku2nya.
#memoarpondokqonaah

BDI, 10 Feb 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap