Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Ketidaktahuan itu Perih

Pernahkah merasa seperti tak bisa apa2? Atau merasa tak tahu apa2? Atau merasa buntu mengenai sesuatu? Bagaimana rasanya? Tentu tidak enak kan? Menyesakkan kan? Serasa kesal kan? Serasa gemes kan? Serasa jadi tak bisa apa-apa kan? (mungkin) merasa bodoh kan? Merasa menyesal kan? Merasa ingin kembali memutar waktu kan? Serasa pengen belajar kembali kan? Pernahkah merasakannya? Saya pernah!. Rasanya seperti menyesali diri dan menggerutui diri. Apalagi jika tidak tahu atas sesuatu yang pernah diketahui. Rasanya kesal sendiri, marah sendiri, gemes sendiri. Ingin rasanya memutar waktu untuk kembali belajar dengan baik, mengingatnya dengan baik. Dan rasanya amat sangat menyesal, sebelumnya tidak belajar sungguh-sungguh atau berusaha tahu. Akhirnya jadilah menggerutui diri mengapa bisa melewatkan sebuah hal, informasi, atau ilmu.

Mantra “Jangan terlalu”

Impian selalu berbanding lurus dengan usaha. Dengan sebuah impian yang besar, akan menjadikan sosok individu menjadi seorang pejuang, bahkan petarung. Pejuang bak pendekar, petarung bak pahlawan, untuk menggapai sebuah puncak harapan. Tentu akan terbuka peluang yang besar jika dibarengi dengan usaha yang maksimal pula. Usaha adalah jelmaan hasrat seorang manusia memenuhi keinginannya. Dengan semakin besar besar kenginannya, maka akan semakin berkobar pula hasratnya. Oleh karenanya, wajar jika orang yang punya keinginan besar akan sesuatu terlihat ambisius, (mungkin) arogan, (bahkan) egois. Mengapa? Karena dalam dirinya telah tertanam keinginan yang kuat dan mesti tercapai.

Gaya-ku

Dianggap anak kecil? Ahh.. sudah terlampau sering. Tapi, wajar sih... selain postur tubuh yang kecil mendukung, juga karena sikap yang masih tampak kekanak-kanakan. Wajar jika saya belum naik kelas juga. Masih eksis dilabelkan sebagai anak kecil hahaha.... jadi ingat kata seorang teman, yang lumayan sadis sih tapi lucu juga, karena saya tidak sampai kepikiran seperti itu. Katanya negini: “yaya, tau tidak kenapa laki2 takut/tidak mau dekat-dekat sama kamu? Itu karena mereka takut dikatakan fedofilia”.  Wkwkkwkw... asli ngakak mendengarnya... nggak pernah kepikiran begitu, lucu banget.. tapi sadis juga.. tetapi saya juga mikir, sinca? Alamat nggak ada nih orang yang mau dengan saya hahahhaha... hikzz..hikzzhikzz..... sadis euyyy.........

Fenomena Batu Akik

Akhir-akhir ini, di tengah carut-marut perpolitikan di negara ini, bermunculan sensasi-sensasi baru. Mulai dari sensasi geng motor, pembegalan, dan paling hot yaitu batu akik. Negara ini berubah wujud menjadi negara batu. Saat pemerintahnya seperti batu, tak tergubris dengan jeritan rakyat jelata dengan ketidakstabilan harga, ekonomi, bahkan keamanan. Rakyatnya pun disibukkan dengan semarak batu akik. Ckckckck... dunia batu.. negeri batu.. upzzz.... Lihatlah persimpangan jalan, emperan toko, bahkan mall besar. Akan kita temui aneka rangka cincin plu bongkahan batu, juga jasa pembuatan cincin. Entah semua batu-batu itu dari mana. Rakyat pun mendadak maniak batu (Asal jangan jadi otak batu aja hehehe.... ). Harga pun tidak asal, mulai dari puluhan ribu sampai puluhan juta. Weeetzzz.... banyak yang menjerit karena harga naik, tetapi banyak pula yang nagkring di depan penjaja cincin milih sana-sini. (Mungkin) ada pula yang histeris dengan harga-harga yang melejit, tetapi tidak mengeluh u

Syukran For This Day

Syukran for this day.  Meski cuma sekitar 2 jam, namun saya akan tetap berucap syukran. Rasanya, tidak enak terlalu banyak memberatkan, banyak merepotkan, dan banyak mengganggu. Kali ini, lagi.. saya merepotkan lagi.  Cuma duduk dan bercerita. Entah cerita berawal dari mana sampai kemana. Semua hanya mengalir saja. Dan sempat terpikir, kenapa ya saya bisa banyak bercerita. Seolah saya bertemu orang yang telah bertahun-tahun lamanya berteman dan bersahabat, atau bertemu saudara yang idealnya akan lebih dekat dan akrab. Bahkan dengan saudara dan sahabat pun, terkadang saya tidak bisa seperti ini. bercerita banyak, bercerita lepas, berkisah, tertawa, bahkan pernah menangis. Ahh... jadi malu mengingatnya bahwa saya pernah menangis, dan itu tidak sebentar dan lama. Dan bukan masalah yang mungkin menurut orang perlu ditangisi, tapi bagiku begitu menyedihkan. Nilai kuliahku yang jelek, dapat nilai C-. hahaha..... saat itu, air mataku tak bisa ku-rem. Terus saja mengalir, mnganak sungai

Malamku di Makassar

(Mungkin) Perjalanan malam di makassar paling mencekam yang kurasakan adalah malam ini. Untuk sampai di rumah, mesti naik pete2 dua kali mobil 07 dan daya. Waktu sebentar lagi menunjukkan pukul 7 malam. saya baru melangkahkan kaki meninggalkan kampus. Alhamdulillah hari ini ada agenda yang terselesaikan, ke kantor pos dan juga ke kampus mengesahkan ijazah dan transkrip. Lumayan, serasa kembali ke jaman kuliah, menunggu di kampus. Dan lagi, saya menjadi pengunjung kampus terlama yang pulang #kebiasaan. Hari ini belum semua disahkan, meski sudah menunggu sampai poge', ternyata saya kecolongan Asdir 1. Beliau pulang tanpa kulihat hahaha.. bapak nggak melapor sih ma saya #upzz.... Kembali ke laptop. Di atas pete-pete ada 4 penumpang lain. 1 di depan dan tiga di belakang. perjalanan awalnya lancar dan menyenangkan. Hingga tiba di Abdesir. Belum lama belok ke jalan itu, sudah ada sopir yang menyapa sopir pete2 yang kutumpangi. saya tidak mendengar jelas apa yang di katakan. Cuma sem

Berkuasa Tapi Tak Punya Kuasa

Berkuasa apakah menyenangkan? Kayaknya sih. Karena kedengarannya begitu. Dengan punya kuasa, akan banyak yang bisa dilakukan. Minimal punya wewenang untuk memerintahkan sesuatu. Yah, bisa lebih dari itu, mendapat penghormatan dari banyak orang, disegani, punya banyak hak. Makanya wajar jika banyak orang yang mau jadi penguasa, atau mau menguasai sesuatu atau orang lain.  Menjadi seorang penguasa, tentu punya senjata ampuh yaitu kekuasaan. Jika kekuasaan sudah ada di tangan, maka ibarat seorang pendekar dengan sebuah pedang di tangannya. Mampu berbuat sesuai dengan kuasa yang ada padanya. Mampu membuat skenario seperti yang ada di kepalanya. terlepas dari skenario baik atau buruk. Yang jelas, di tangannya telah ada senjata membuat skenario. tetapi, pernahkah mendengar penguasa yang tidak berkuasa?

Slamat Jalan Guruku..

Hari ini, kembali seorang yang kukenali pergi meninggalkan dunia menuju peristirhatan terakhir. Dia bukan keluargaku, tetapi seakan seperti keluarga sendiri. Bagaikan ibu sendiri ketika bersamanya. Jarang bertemu dengannya, tetapi beliau tetap dikenang dan diingat, kebaikannya pun selalu dirindukan oleh siapa pun. Dialah guruku. Sejak SMA, beliau selalu mengikuti kami setiap kenaikan kelas. Jadi bagiku hanya satu guru bahasa Indonesiaku di SMA, tak pernah berganti. Apa istimewanya beliau? Seingatku, beliau mulai kenal dan akrab ketika kelas 1 SMA, mengetahui bahwa bapakku juga guru bahasa indonesia. Seniornya. Beliau lalu mengisahkan kalau bapakku adalah guru bahasa Idonesia senior di Palopo. Keakraban bertambah ketika roling kelas saat cawu kedua, dan dengan nilai yang kuperoleh, saya akhirnya naik ke kelas 1.2, beliau-lah wali kelasku saat itu. Sebagai wali kelas, beliau tak pernah memarahi kami dengan begitu marahnya, yang kami saksikan bahwa ia selalu saja baik pada siap

Pada siapa harus percaya?

Menyaksikan berita akhir-akhir ini, semakin menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. Ada apa mereka para tuan-tuan di atas sana? mereka sedang apa? lagi membuat leluconkah? atau sedang bersandiwara? atau memang itulah tugas dan tujuan mereka, saling sikut dan menjatuhkan. Serang sana, serang sini, tunjuk sana tunjuk sini. Sedangkan rakyat sipil? hanya gigit jari? mencemooh dan mencibir pun cuma sebatas di depan TV saat menonton adegan mereka. layaknya, sinetron atau drama tak lebih hebat dari aksi mereka. itukah janji para tuan2 untuk menjadi pemimpin dan pengayom rakyat? Teringat Hadist Rasulullah SAW; HR muslim : DariAbdullah bin Amr bin 'ash r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bahawasanya Allah swt. tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah swt. menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebaga

I'm Not Stupid

Apakah anda pernah memuji? apakah anda pernah dipuji? kapankah terakhir anda memuji? kapan terakhir anda dipuji? apa yang salah dengan pujian? kenapa begitu sulit cuma sekedar memberikan pujian kecil pada orang lain? Dalam hal ini bukan berarti kita ingin berbuat karena pujian orang. Bukan.. bukan karena itu. Atau berbuat karena ingin dipuji. Juga bukan karena itu. Dan pula, bukan kita selalu saja ingin berspekulasi dengan kenyataan, memuji padahal tidak layak untuk kita puji. Pujian itu mungkin akan berkonotasi negatif atau positif, namun yang perlu kita perhatikan bahwa pujian itu mampu membawa sebuah atom semangat yang akan berkobar membakar motivasi seseorang. Meski kecil, pujian itu akan bermakna bahwa seseorang dipercaya, dihargai, diperhatikan dan tidak dipandang remeh. Mungkin, yang dihasilkan belumlah sempurna, namun dengan sedikit sentuhan pujian dapat membuat harapan akan semakin meninggi. Coba saja kalau kita mendapatkan hasil yang belum sempurna, terus dicaci-maki, di