Langsung ke konten utama

Mahasiswi Baru dan Dinamika Kampus

Menjadi mahasiswi baru tentu menimbulkan banyak pertanyaan di benak. Bagaimanakah melakoni status mahasiswi dengan baik? Apa yang mesti saya lakukan? Sanggupkah saya bersaing dengan orang lain? Bagaimana seharusnya saya bersikap? Apa yang mesti saya persiapkan?. Sebuah kewajaran apabila merasa was-was saat akan memasuki dunia kampus. Apalagi jika mendengar banyak cerita di sekitar bahwa jadi mahasiswi itu banyak masalahnya. Siap-siap banyak begadang, tugas menumpuk, sibuk sana-sini, materi kuliah yang semakin sulit, banyak saingan, dsb. Tetapi, jangan khawatir. Meski banyak cerita yang hinggap di telingamu, jangan jadikan itu sebagai sandungan untuk tetap optimis merangkai masa depanmu. Kampus tak semenakutkan yang kita sangka. Kita hanya butuh mempersiapkan dan melatih diri memasuki dan melakukan hal yan baru.

Apakah menjadi mahasiswi itu berarti kerjaanya hanya belajar dan belajar?. Menghabiskan waktu terus menekuri buku dan diktat?. Mungkin tuntutan orang tua mengharapkan kita mendapatkan nilai akademik yang baik dengan IPK yang tinggi, lulus dengan predikat cumlaude, dan cepat selesai. Namun, kuliah hanya dengan mengejar akademik itu bagai makanan yang tanpa bumbu penyedap. Tidak Ada keseimbangan antara pikir dan dzikir, akal dan hati. Alangkah lebih baik apabila kita bisa berperstasi dalam akademik, namun juga aktif beraktualisasi diri. Pandai dalam ilmu dunia tetapi tidak ketinggalan dengan ilmu agama. Mahasiswi yang sukses adalah mereka yang bisa mengkolaborasikan segala potensi yang dimiliki agar cerdas secara intelektual, spiritual dan emosional. Bagaimanakah mahasiswi yang cerdas secara intelektual, spiritual dan emosional itu?.

A. Cerdas intelektual
Cerdas secara intelektual maksudnya adalah cerdas dalam bidang akademik. Tentu saja ini menjadi hal yang banyak dikejar dan didambakan oleh para mahasiswi dan orang tua. Cerdas dalam hal ini yaitu bagaimana seorang mahasiswi mampu memenej diri dan waktu agar bisa belajar dengan baik untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Kampus tidak lagi sama dengan ruang lingkup SMA yang baru saja kita tinggalkan. Orang yang kita temui akan berasal dari tempat yang berbeda-beda dan tentu persaingan untuk mendapatkan nilai yang baik pun semakin keras. Jika teman-teman kita banyak belajar dan menghabiskan banyak literature untuk dibaca, maka kita pun mesti melakukan hal yang lebih minimal sama, agar kita tidak telalu tertinggal. Kalau kita punya kesibukan, maka pandailah menyediakan waktu di tengah kesibukan untuk belajar, mengulang pelajaran dan menyelesaikan tugas. Apalagi jika di semester awal masuk perkuliahan, banyak mahasiswi yang kaget dengan aktivitas yang berbeda, jadwal yang padat serta tugas yang menumpuk. Belum lagi kalau ada mata kuliah yang berpraktikum. Oleh karena itu, beberapa hal yang bisa kita lakukan agar sukses dalam akademik yaitu:
    1. Atur schedule dengan baik. Buatlah jadwal harian apa yang harus dilakukan setiap harinya. Berikan target harian, mana hal yang prioritas. Apalagi bagi kamu yang tinggal jauh dari orang tua atau punya segudang kesibukan di luar, jangan sampai setiap masuk kampus keteteran dengan tugas yang numpuk. Apalagi kalau baru menyalin tugas dari teman. 

    2. Buatlah kelompok belajar. Kelompok belajar ini memiliki multifungsi selain untuk motivasi belajar, juga membantu menyelesaikan tugas-tugas kampus dengan berdiskusi, sharing dan juga saling memahamkan jika ada yang kurang paham dengan materi. Namun yang perlu diingat bahwa, jangan sampai kegiatan kumpul kelompok, bukan kumpul belajar tetapi kumpul gossip, atau Cuma makan bersama. Ini kebiasaan para mahasiswi kalau sudah ngumpul dengan teman-temannya. 
     
    3. Bersahabatlah dengan sumber ilmu. Sering-seringlah berkunjung ke perpustakaan kampus. Jangan sampai, selama kuliah hanya bertamu di perpustakaan saat menyusun tugas akhir saja. Selain itu, dengan perkembangan teknologi dan informasi, internet telah menjadi sumber ilmu yang mudah. Sekali searching, kita akan mendapatkan banyak link yang menyediakan banyak informasi. Namun, yang jadi masalah adalah banyak orang yang keenakan internetan, tetapi yang dilakukan adalah chating atau game, lupa tujuan awal berselancar di dunia maya. Hal lain lagi adalah dekat dengan senior dan dosen. Bukan untuk cari muka, tetapi untuk bertanya apa yang belum dipahami, termasuk kepada senior untuk bertanya tentang mata kuliah tertentu bagaimana tipikal dosennya dan apa tantangan dalam mengikuti perkuliahannya.
      B. Cerdas Spiritual
      Cerdas secara spiritual maksudnya adalah meski telah didapuk menjadi kaum intelek, seorang mahasiswi tetap tidak lupa untuk melengkapi hidupnya dengan kebutuhan rohaniyah. Tetap menjaga ibadahnya secara rutin bahkan lebih ditingkatkan lagi, dan menambah pengetahuan dan pengalaman keagamaanya. Akan menjadi ironi ketika seorang mahasiswi cerdas dalam akademik tetapi tidak dibarengi dengan kesyukurannya kepda penciptanya dengan banyak beribadah. Jangan sampai cerdas dalam akademik tetapi rapuh dalam ibadah. Perbanyaklah beribadah kepada-Nya, banyaklah meminta agar dimudahkan dalam segala aktivitas. Selain itu, aktiflah dalam kajian atau pengajian. karena kajian yang kita ikuti selain menambah pengetahuan agama, juga sebagai patron bagi kita dalam berbuat terutama dalam menyikapi pergaulan di kampus.

      Dengan sangat heterogennya orang-orang di kampus, maka interaksi pun tidak bisa dielakkan. Namun dengan interaksi yang dilakukan, terkadang ada yang lupa untuk menjaga pergaulannya agar tetap menjadi wajar. Terutama dalam pergaulan dengan lawan jenis. Tidak mengapa berinteraksi dengan lawan jenis, namun kita harus tetap menjaga etika pergaulan yang islami, saling menjaga dan menghormati. Selain itu, kajian dapat digunakan untuk memfilter banyaknya isme-isme yang berkembang di kampus yang terkadang membuat bingung dengan apa yang selama ini kita pahami. Disinilah perlu mengikuti kajian keislaman, dapat mencharge keimanan dan idealism kita di tengah pergulatan dan benturan pemahaman dan etika.

      C. Cerdas Emosional
      Cerdas dalam emosional maksudnya adalah seorang mahasiswi diharapkan mampu dalam mengelola emosi dirinya dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Sebagai seorang mahasiswi, masuk ke dunia kampus tuntutan yang tidak bisa kita hindari adalah memperluas pertemanan. Teman adalah orang yang dekat, mengerti dan paham dengan kita. Tanpa adanya teman kita tidak ada apa-apanya. Ketika kita berada dilingkungan baru dan orang-orang baru yang belum kita kenal, maka diharuskan mempunyai teman. Alasannya supaya kita tidak selalu berada dalam keadaan yang jenuh dan berada di keasingan. Bagi yang ingin melanjutkan kuliah ke luar kota/provinsi, maka akan berada dilingkungan yang baru dan sangat multikultural. Kita akan menemukan tipe orang yang sangat berbeda-beda. Entah itu gaya berpakaian maupun gaya pergaulan. Tak sedikit orang yang mendadak berubah setelah memasuki dunia kampus.

      Sebelumnya menjadi perempuan yang kalem dan lembut mendadak menjadi cerewet dan kasar. Atau sebelumnya bangga dengan pakaian muslimahnya, mendadak tampil dengan gaya berpakaian yang mengikut trend teman-temannya. Pakaiannya tidak lagi menampakkan identitasnya sebagai muslimah yang longgar dengan balutan jilbab yang sopan, berganti dengan pakaian yang tipis, transparan bahkan menampakkan lekuk tubuhnya. Namun ada juga sebaliknya, efek dari berteman dengan orang yang baik, maka dia pun tampil menjadi muslimah yang baik. Oleh karena itu selektiflah memilih teman. Carilah teman yang dapat membawamu ke arah kebaikan.

      Selain dalam hal pertemanan, emosional yang dimaksud adalah bagaimana dapat bersosialisasi dengan orang lain apalagi dalam lingkup yang lebih luas. Disinilah diperlukan keaktifan dalam organisasi. Mengapa harus berorganisasi?. Karena dunia kampus sebagai dunianya para intelektual muda berisi orang-orang yang tidak lagi hanya berpikir untuk kepentingan individual. Dunia kampus telah mengajarkan dan meminta mahasiswa untuk berperan aktif menyikapi apa yang terjadi di sekitarnya. Tidak hanya datang dan duduk menerima materi perkuliahan kemudian pulang. Istilah kerennya adalah jangan jadi KUPU-KUPU (kuliah-pulang kuliah-pulang). Tidak mengapa jika memang kamu akan menargetkan IPK yang tinggi, atau ingin cepat selesai, tetapi sebagai bagian dari warga intelektual, sebagai seorang mahasiswi muslim, menjadi pribadi yang baik adalah kewajiban individu. Akan tetapi dilarang ketika kita hanya membatasi diri pada perbaikan individu saja, sementara mengabaikan apa yang terjadi di sekitar kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang memerintahkan kita untuk merubah kemungkaran jika kita melihatnya, baik dengan tangan (kekuasaan) kita, dengan lisan kita maupun yang paling lemah, dengan hati kita. Setiap pribadi kita memiliki tanggung jawab penuh atas adanya perubahan, namun kekuatan individu saja tidak akan berarti banyak. Karena itu menggabungkan diri dengan jama’ah ataupun organisasi menjadi sebuah kewajiban.Namun yang menjadi pertanyaan adalah organisasi apa yang tepat untuk kalian bergabung?. Ada banyak organisasi mulai dari organisasi intern kampus seperti HMJ, BMJ, LDK, UKM Seni, UKM Olahraga, dsb. Adapula organisasi ekstra kampus. Jangan terkecoh dengan banyaknya anggota. Jangan pula percaya begitu saja dengan apa yang orang lain katakan, padahal dia belum pernah ‘mencicipinya’. Aktiflah, mencari informasi, dari sumber yang benar-benar bisa dipercaya, dari orang-orang yang telah ‘mencicipinya’. Jika benar-benar merasa telah mantap dengan pilihan, sesuai dengan minat, maka mulailah mengaktifkan diri di dalamnya.

      Banyak hal yang kita dapatkan dengan aktif di berbagai kegiatan organisasi. Pengalaman bekerja sama dan bersosialisasi dengan orang lain dan ilmu lain yang tidak kita dapatkan di bangku kuliah. Selain bekal intelektual yang anda dapatkan di bangku kuliah,kita juga mempunyai kesempatan untuk aktualisasi diri dan menyalurkan bakat dan minat di dalam organisasi tersebut. Selain itu, dengan berorganisasi kamu akan mendapatkan banyak teman yang bisa saling memotivasi, sharing, bekerjasama. Dan tentu yang tak kalah pentingnya juga adalah kamu mendapatkan banyak pengalaman. Pengalaman berbagi bersama orang lain, pengalaman beraktualisasi diri, pengalaman mengelola dan memenej suatu kegiatan yang kelak akan sangat berarti bagimu. Meski kamu seorang mahasiswi, bukan berarti kamu tak bisa pintar ngomong, tak boleh ikut ambil bagian aktif di kepanitiaan atau kegiatan, juga bukan berarti kamu tak boleh memberikan ide brilianmu. Banyak orang yang pintar dalam akademik, mudah menyelesaikan semua tugas perkuliahan, tetapi akan kaku ketika diminta untuk presentasi di depan dosen atau orang banyak, apalagi kalau diminta untuk menghendel suatu kegiatan serta bersosialisasi dengan masyarakat. So, jangan takut untuk berorganisasi, jangan takut nilai akademik anjlok, karena organisasi bukanlah monster yang akan merusak IPK-mu, melainkan organisasi akan membuat IPK-mu yang tinggi semakin berharga dan berguna. Asalkan ingat, pandai-pandailah memenej waktu antara kuliah dan organisasi.

      Dengan bisa mencerdaskan diri dengan ketiga aspek tersebut, maka tak perlu khawatir dengan segala dinamika kampus. Tetaplah berproses menjadi mahasiswi yang bermafaat dan bermartabat. Selamat memasuki dunia baru. Dunia kampus, dunia sejuta inspirasi.

      #TulisanBersejarah #KhittahMagazine #KeepWriting
      By: Yaya Afifatunnisa

      Komentar

      Postingan populer dari blog ini

      Keluarga Elhabashy

      Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

      Hamzah Elhabashy

      Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

      Adab Bertamu

      Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap