Langsung ke konten utama

Mereka Yang Kaya

Merekalah yang sering disebut dengan manusia yang beruntung di dunia. Karena parameter yang banyak digunakan oleh manusia saat mengukur kesenangan, adalah saat seseorang punya materi yang melimpah. Ingin melakukan apapun, seolah perintah ada di ujung telunjuk. Tak merasakan kegetiran hidup berjuang di bawah terik mentari mengais rezeki. Merekalah yang selalu disegani dan dihormati dengan segala kemewahan yang dimilikinya. Karena apa yang mereka miliki, menjadikannya banyak dihormati dan ditengadah. Darinya, banyak yang berharap pemberian, bantuan, sampai kedermawanan. Tak sedikit yang berjalan di bawah kakinya. Berharap belas kasihnya. Mereka pun bermetamorfosis menjadi makhluk setengah dewa bagi manusia. Olehnya, mereka pun mengamini diri sebagai penguasa. 
 
(Mungkin) karena berkuasanya, mereka dengan mudahnya mempermainkan perasaan manusia yang lainnya. Tak jarang, begtu mudahnya menghardik, memarahi, memaki, bahkan mengejek mereka yang punya status social lebih rendah darinya. Bahkan sangat mudah mempermainkan kehidupan orang lain dengan melemparkannya begitu saja ketika tak lagi berguna menurutnya. Atau tak lagi dibutuhkan baginya. Atau telah menemukan manfaat yang lebih dari yang lainnya. Karena mereka punya kuasa mengambil, mempergunakan lalu membuang. Habis manis, sepah dibuang. Jadi, jika dipergunakan olehnya, siap-siap saja menerima kenyataan bahwa kelak siaplah diganti dengan mudahnya. Kalau kepentingannya terhadap orang lain telah dibayangi kepentingan lain yang menurutnya lebih memberikan kemanfaatan baginya, bukan hal yang mudah menafikan perasaan orang lain. 
 
Tak semuanya mereka yang kaya seperti itu. Dan tulisan ini bukan untuk men-general-kan semua mereka yang berlabel kaya. Tetapi, ini untuk mereka yang tampak di depan mataku, berbuat semaunya pada mereka yang telah banyak percaya kepada mereka. Dilimpahi kelebihan materi, tetapi tak dilimpahi perasaan kasih sayang pada sesamanya.

Catatan, atas apa yang terpotret pada retina mataku.
Mksr, 10 Februari 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap