Langsung ke konten utama

Say No to Valentine's Day

14 Februari kembali akan hadir. Kasak kusuk pun kembali terasa, anatara yang sibuk mempersiapkan hari spesial baginya versus mereka yang menolak dengan tegas perayaan hari Valentine's Day tersebut. Dipihak manakah anda? apa alasannya? Tentu dengan tegas saya mengatakan bahwa "saya menolak apapun bentuk perayaan Valentine's Day". Meski hanya dengan memberikan kado coklat atau setangkai bnga mawar bagiku hal ini bukan hanya sekedar ikutikuan. tetapi ini menyangkut aqidah ummat islam. Apalagi, kalau harus merayakannya dengan pesta pasangan, pesta kasih sayang, atau apalah..apalah..apalah... sangat tidak berdasar.

Yang cerdas silahkan ditelaah sendiri. Kenapa tak perlu merayakan hari tersebut. mengapa tidak lemah menggadaikan kasih sayang kehormatan, dan Iffah hanya dengan sebuah kalimat gombalan sayang. atau karena sebatang coklat. setangkai mawar atau sebungkus kado. Apakah harga diri kita hanya dihargai dengan seperti itu? Kalau ada lelaki yang di hari itu bilang sayang, bilang cinta, minta bukti cinta. balik dong menuding dia. Kalau cinta sayang? apa dengan coklat? dengan datang ke ortu dong. dengan berani meminang dong. Jangan cuma ngumbar kata gombal tanpa bukti. Apalagi kalau masih remaja. Boro-boro mau membuktikan cinta diusia itu, makhluk yang bernama lelaki atau wanita sama saja. ibarat baru keciprat nuansa romantisme, lagi ngeplay, lagi happy, tetapi belum mampu tuk membuktikan hakikatnya. So jangan dibuat rumit hatinya ya... dengan ngeplay rasa cinta namun sejatinya masih digantung entah sampai kapan. kan kasihan....

Berkasih sayanglah setiap hari. dengan siapa saja. Bukan karena cinta semu, tetapi cinta uhubbukumfillah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap