Kupikir, kesendirian mampu membuatku tertawa dan bahagia. Kuanggap, kesendirian mampu membuatku lebih tegar. Kukira, kesendirian mampu kupenuhi semua keinginanku. semua.. adalah anggapanku. apakah benar...??? Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kurenungi dengan pilihanku. dengan sikap tegasku. dan berharap saya akan tersenyum menangis bahwa saya bisa mewujudkan harapanku. saya tak pernah menganggap bahwa ini adalah pilihan egois. kuyakini ini adalah hakku dan keharusanku. Lagi..lagi.. semua berstatus hanya perkiraanku saja. Nyatanya, waktu tak menunggu lama tuk kusimpulkan bahwa semua hanyalah keegoisanku. Atau lebih kasarnya bahwa semua karena inginku lari dari kenyataan. Lihatlah... aku tak menemukan wajah sumringah seperti yang kuharapkan.
Sendiri selalu berafiliasi dengan sepi. Lalu sepi kelak akan berbanding lurus dengan kesedihan. Dan kesedihan akan menghasilkan ranges penyesalan. Benarkah? bagiku seperti itu. Maka wajarlah ketika banyak yang membenci kesendirian. Di tengah banyaknya orang yang benci dengan kesendirian, dengan pongahnya aku bangga untuk sendiri (sendiri, bukan dalam artian status loh ya). apa yang kutemukan? sendiri ternyata amat mengerikan. mengapa? karena dengan sendiri, bahkan denting jam dinding pun serasa menakutkan. Kertas yang jatuh di lantai pun mengagetkan. lebih parahnya, kita akan berhasil membuat drama dalam sekejab, entah itu drama horor atau drama kriminal. Masih ada kelanjutan dari lelahnya sebuah kesendirian, sedikit demi sedikit kita akan terbawa menjadi orang yang autis, sibuk dengan dunia sendiri dan pada akhirnya memiliki social relationship yang parah. isn't it?
SNR, 22 Februari 2016
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar