Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Beautiful Life

"A beautiful life begins with a beautiful mind". Slamat melanjutkan puasa 

Keindahan Langit dan Bumi

Laba-laba (Al-`Ankabūt):61 - Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

Tak Salah Sasaran

"Apapun yang luput dari seorang hamba, memang bukan sesuatu yang menjadi bagiannya dan apapun yang menimpanya, bukanlah sesuatu yang salah sasaran sehingga mengenainya (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah) Allah Tak pernah salah sasaran memberi, memberi kesenangan dan memberi ujian. Karenanya, janganlah mempersalahkan atas apa yang menimpamu. yang terjadi bukan karena harusnya menimpa orang lain. Bukan karena salah taqdir, dan juga bukan karena andai ini dan andai itu. Juga, jangan terlalu memikirkan apa yang telah hilang dari genggamanmu. sebagaimana pun kita memegang kuat sesuatu, dan sangat kita sayangi, semua belumlah sekuat kuasa kita untuk membuatnya tak luput dari genggaman. Kalau memang bukan untuk kita pasti sesuatu itu akan pergi, enatah bagaimana caranya. Begitu pula sebaliknya, betapa pun kita selalu dihindarkan dari sebuah kesenangan, namun jika kesenangan itu memang milik kita, bagaimanapun caranya, sesuatu itu akan tetap kembali kepada kita. 

Lagi...???

Lagi… ada kisah lagi. Dan kisah sama lagi. Lagi…? Yah, lagi..lagi..lagi. apa yang salah? Kenapa harus lagi? Kenapa harus berkata lagi dan lagi? Apakah ini belum cukup perbendaharaan lagi? Entahlah… saya juga tidak paham kenapa? Dan tidak tahu kenapa? Dan kembali tidak tahu alas an. Lagii…? Yah.. lagi. Dengan cerita yang hamper sama. Apa yang eror dari saya? Apakah ada rangkaian listrik dalam diri yang sudah sekian lama terputus dan tak terkoneksi ke otakku?  Ah… lagi..lagi yaya.. lagi..lagi…. dan lagi lagi pula, kau harus melemparkan batu untuk menghapus semua file yang telah kau simpan. Agar tak berbekas, agar tak menguras dan agar tak memelas. Bukankah sudah biasa yaya? So what..? meski lagi, tak mengapa…. Laa Ba’sa.

Laa Taghdab

Hari ini, saya ingin marah. Dan saya yakin siapa pun akan maraj jika dalam kondisi ini. Dan lagi-lagi pula saya harus menahan amarah. Alas an pertama bahwa saya sedang puasa. Maka amarahku kualihkan dengan bertemu denganNya. Ada sesak di dalam sana. Ada penat di sana. Dan ada rasa yang membuncah-buncah ingin meledak keluar. Memang, tak mudah menahan diri jika amarah ingin membabi buta. Serasa ada berkilo-kilo beban yang harus ditahan, meski berat dan sakit, tetapi harus tetap menahan beban seberat itu. Belum tuntas dengan menghadapNya, pun ditambah dengan membaca QalamNya. Tetap saja amarah ingin meledak-ledak keluar. Ahhh…. Menahan marah memanglah berat. Wajarlah banyak yang ketika marah menjadi kalap dan melakukan hal yang membahayakan bahkan tidak manusiawi. Ishbir yaya… ishbir…. Allah sedang menguji puasamu. Apakah benar puasa yang kau jalani mampu menahanmu untuk marah. Woles…woles…..

Hidup yang Menyedihkan

Apakah hidup yang menyedihkan itu? bagaimana? seperti apa? mungkinkah hidup yang diliputi serba kekurangan? hidup dalam kemiskinan? hidup dalam kondisi serba tidak ada? Tak punya harta, jabatan, kekuasaan, kekuatan? ataukah yang hidup  setiap hari mengais nasib untuk sesuap nasi? ataukah mereka yang tak punya rumah, tak beralas kaki? atau jangan-jangan mereka dengan fisik yang terbatas?. cobalah bertanya kepada mereka, apakah hidup yang mereka jalani semua bernama kesedihan?. Tak pernahkah kita melihat mereka tertawa lepas dan bahagia?. bahkan, mereka dengan kekurangan yang sering kita defenisikan sebagai kesedihan dengan mudahnya tertawa bahagia. meski sederhana menurut sebahagian orang. Bukankah memang kebahagiaan itu sederhana? 

Labkommat Couple

Kayaknya aktivitas menulis hari Ini jadi tidak fokus gegara notif WA dan FB. Dengan bahasan yang sama. Kabar Bahagia. Alhamdulillah... Itulah berkah ramadhan, selalu dipenuhi berita bahagia. Barakallahufikum... Adek2 yang terdengar kabar bahagianya. Ini sudah kabar haqqul yakin. Tinggal menunggu conference pers dari yang bersangkutan. Dan menunggu undangan. Dan sedari pagi sampai sekarang, notif dengan pembahasan yang sama menggegerkan dunia persilatan. Betapa tidak, Labkommat kembali menuai korban. Korban couple maksudnya. Mungkin benarlah yang dikatakan oleh bang Tere: Pasangan terbaik biasanya dari Sahabat sendiri. :). Ahh... pokoknya bahagia banget dengar berita ini. Tangan sudah gatal ingin membully dan komentar, tapi saya sadar, nanti malah saya yang balik dibully hahaha.... Jadi, mending jadi Silent reader saja :)

Diri Ibarat Rumah

Apakah anda pelaku dosa atau pelaku kebaikan? Apakah tak ada alasan, tak ada cara agar bisa keluar darinya? sekali lagi, hidup itu selalu on going, selalu bergulir dan selalu berproses. Hidup kita tak pernah stagnan. karena tak pernah stagnan, maka begitulah juga dengan keimanan kita. Keimanan selalu naik turun tergantung keadaan kita. terbuai dengan keadaan atau berusaha keluar darinya. Mari kita analogikan diri kita dengan sebuah rumah. ibarat sebuah rumah, tentu dihuni agar bisa memberi kenyamanan. 

Perjalanan Ruhiyah seorang Ali

Namanya adalah Ali. Entah nama aslinya siapa. dia adalah warga jepang yang akhirnya memeluk islam setelah penasaran dan mengkaji agama islam. Pada awalnya dia beragama budha. Pertama kali mendengar Al-Qur'an dibacakan pada saat di Malaysia. mungkin disitulah awal ia mulai penasaran dengan islam. Namun, dengan keinginan yang kuat, dia akhirnya belajar tentang islam. Dengan rasa ingin tahu, kegigihan dan juga perjuangannya, dia pun memeluk islam. Allahu Akbar. Inilah mereka yang memeluk islam dengan berusaha menemukan kebenarannya. dengan pengetahuan, dengan logika, dengan bukti, dengan pencarian melalui perjalanan ruhiyah dan  knowladge. Inilah hidayah dari Allah untuknya.

Gerimis untuk Para Generasi Qur'ani

Hari ini judulnya gerimis. Bukan karena hujan akan membasahi bumi, tetapi air yang mulai mengembun di kelopak mataku. Sejak pagi sampai tengah hari, waktu banyak kugunakan untuk berselancar di yutube, menemukan ada banyak generasi muda islam dari berbagai belahan Negara yang sangat membanggakan, membuat hati tenang dan tentu membuat iri, dan sekaligus malu.

Pagi Pertama Ramadhan 1437 H

Marhaban yaa Ramadhan. syukran ya Rabb, Engkau memberikan kesempatan dan kenikmatan kepada hamba untuk dapat bertemu dengan bulan suci ramadhan. ada kebahagian tak terperi disini. Setelah 13 tahun, akhirnya saya bisa juga puasa (bisa jadi full sebulan) bersama keluarga. kondisi yang sudah langka terjadi. 

Ku Tunggu Kau di Telaga

Tabligh Akbar "Ku Tunggu kau di Telaga". Oleh UST. Firanda Andirja @Almarkaz Al- Islamy Makassar. Ada rindu dengan aktivitas begini. Ada rindu bermajelis ilmu begini. Dan ada rindu dengan pondokanku dulu plus para akhwat2nya. Entahlah, setelah sekian lama, baru kali ini kembali mengikuti Tabligh Akbar. ada rindu yang membuncah. mungkin rindu dengan aktivitas yang dulu. dan bagiku, dengan batalnya ke kota pelajar, maka mungkin Allah menginginkan saya mengikuti kegiatan ini. Dengan nekad, janjian dengan seorang teman akhwat menuju mesjid terbesar di sulsel, Al-Markaz Al-Islamy Makassar. Ada pemandangan yang dahulu sering kulihat. kumpulan para lelaki dengan pakaian serba putih lengap dengan kopiah, merekalah yang disebut dengan ikhwan. dan juga kumpulan wanita dengan jilbab kebanyakan panjang dan berwarna gelap, bahkan banyak yang bercadar, merekalah lebih banyak disebut dengan akhwat. meski sebenarnya akhwat adalah perempuan muslim. dulu, saya terbiasa dengan kondisi

Stop Kejahatan Seksual.... !!!

Belum selesai kasus yuyun, bermunculan kasus kejahatan seksual yang lainnya. bahkan lebih parahnya sampai anak-anak di bawah umur pun jadi korban. Korban adalah anak2, tetapi memiriskan bahwa banyak pelaku juga masih anak2 (katanya). Apakah akan selalu berlindung di bawah jubah hukum perlindungan anak? Sampai mereka harus dikasihani meski berbuat kejahatan yang sangat tidak manusiawi. Apakah seiring perkembangan zaman, usia anak2 masih harus sama dengan sebelumnya, sampai 17 tahun? Bukankah dengan perkembangan di multi lini, anak2 cepat dewasa, cepat puber, cepat perkembangannya. Siapa yg bisa mnjamin anak SMP atau SMA saat ini tidak jauh lebih besar, lebih dewasa, lebih tinggi rasa seksualitasnya? Rasanya begitu marah dengan berita-berita yang selalu serupa marak di TV. Bahkan bukan hanya melakukan kejahatan seksual, bahkan tak segan2 menyakiti bahkan membunuh. Ini sudah kejahatan berlapis-lapis. Masih juga ingin berlindung dibawah payung HAM? Payung perlindungan anak?

Bersabarlah, maka Kamu Beruntung

“Yaa Ayyuhalladzina ‘aamanusbiru washobiru warabitu, wattaqullaha la’allakum tuflihuun” “Hai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu), dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”

Kukembalikan ke Titik Sebelum Semua Bermula

Akhirnya…. Begitulah… Bahwa, akan kukembalikan ke titik nol Ke waktu dimana belum ada sejarah terbentuk Belum ada kenangan terukir Ke keadaan sebelum semua dimulai Akan kubawa ke tempat yang sebagaimana mestinya Keadaan yang mestinya, sejak jauh hari harus kusadari jika semua tak akan seperti mauku Apa tak mengapa? Bohong….! jika aku mengatakan “ya” Tak mudah