Langsung ke konten utama

Gerimis untuk Para Generasi Qur'ani

Hari ini judulnya gerimis. Bukan karena hujan akan membasahi bumi, tetapi air yang mulai mengembun di kelopak mataku. Sejak pagi sampai tengah hari, waktu banyak kugunakan untuk berselancar di yutube, menemukan ada banyak generasi muda islam dari berbagai belahan Negara yang sangat membanggakan, membuat hati tenang dan tentu membuat iri, dan sekaligus malu.

Pertama, adalah sosok mahasiswa arsitektur dari kampus ITB Bandung, namanya adalah Muzammil Hasballah. Pertama kali mulai dikenal saat menjadi imam di kampusnya di depan banyak orang, ia membuat banyak orang tercengang dengannya. Kalau dilihat penampilan secara sekilas mungkin tidak Nampak kalau dia memiliki suara emas jika membaca Al-Qur’an. Suaranya yang merdu saat menjadi imam di masjid kampus ITB, mesjid Salman, membuat dirinya banyak dibicarakan di media social. Pemuda bersuara emas dari ITB. Masya Allah, dengarkanlah suaranya, indah, merdu, dan menyejukkan. Sampai-sampai di youtube banyak yang komentar, bahwa seperti itulah pemuda idaman para wanita. Hmm…. Kalau itu, saya sepakat :D. lihat videonya disini atau disini.

Kedua adalah, remaja berambut panjang dengan umur yang masih terbilang belia. Hamzah Elhabashy. Mungkin banyak yang tidak kenal dengannya. Dia adalah juara hafidz Qur’an tahun 2015 di Dubai. Asalnya dari mana? Mengejutkan bahwa ia mewakili USA, Amerika Serikat. Dengan usia masih 14 tahun saat itu, dia telah hafal 30 juz. Dari segi gaya, lihatlah: rambut panjang, celana jeans, tidak pakai kopiah sebagaimana peserta lain, tidak pakai gamis malah pakai jas (saat tampil di Dubai tahun lalu). Tentu saja tamplannya yang seperti itu menuai perhatikan kebanyakan orang. Dari yang bisa disaksikan dari video tenang profilnya, dia selayaknya anak remaja yang peduli dengan gaya kekinian, apalagi tinggal di Amerika, gaya yang santai, namun tetap rapi dan sopan. Namun, jangan salah. Coba lihat ketika dia menghafalkan Qur’an, masya Allah, merdu, indah, makhraj yang tepat. Yang terpikir saat melihat videonya adalah, bagaimana caranya menghafal? Bagaimana orang tuanya mendidiknya? Bagaimana dia bisa bertempur dengan arus modernisasi dan kebebasan di Amerika? Bagaimana dia membentengi diri? Bagaimana bisa dia tetap fight? dan…. Mengapa dia begitu meneduhkan? Hehehe… jujur saya senyam-senyum saat menonton videonya, suara merdu, hafalan jayyid, gaya cuek, senyum yang manis, serta wajah tampan. Hehehehe…

Inilah remaja emas, yang tak tergilas oleh modernisasi, tetapi juga tidak ketinggalan zaman, mampu kuat berdiri di tengah lingkungan yang tidak homogen dengannya. Melihat kedekatannya dengan ayah dan adiknya Munzir elhabashy, dapat kusimpulkan bahwa dia berasal dari keluarga yang sangat harmonis. Ayah yang penyayang, yang betapa hangat memeluk, bercanda, bercerita, dan setia menemani anaknya. Adik yang dekat dengan kakaknya, bahagia, tertawa dan bangga terhadap kakaknya. Dan, tentu ia mempunyai ibu yang hebat. Kalau tidak salah terjemahan (maklum pakai bahasa Arab), ibunya bernama Maryam. Saya yakin ibunya adalah wanita yang hebat, mampu mendidik anak-anaknya menjadi generasi qur’ani. Yuk, Lihat videonya disini, atau disini, dijamin terharu.

Ketiga adalah Wirda, anak sulung dari ust. Yusuf Mansur yang dulunya adalah mentor dari program amadhan RCTI yitu Hafiz Indonesia. Gadis belia, yang sopan, kalem, namun jangan ragukan hafalannya, merdu suaranya, dan makhrajul hurufnya. Yang menari darinya adalah, jika biasanya anak yang termotivasi karena orang tuanya, wirda malah terbalik. Ust, Yusuf yang termotivasi dengan anaknya. Kenapa? Karena wirda telah bermimpi bertemu Rasulullah. Inlah yang membuat ayahnya salut dengannya. Bahwa tidak semua orang yang bisa bermimpi bertemu Rasulullah. Wirda bermimpi ketika umur 8 tahun. Saat itu dia mengatakan kepada ayahnya bahwa ia hanya inin menghafal sampai 15 juz saja. Karena merasa susah. Setelah mengatakan seperti itu kepada ayahnya, wirda mengambil air wudhu lalu membaca do’a lalu tertidur. Dalam tidurnya itulah ia bermimpi bertemu 2 orang yang satunya tidak begitu kelihatan terpapar sinar. Sedangkan yang satu orang memperkenalkan diri kalau dia adalah Abu Bakar. Wrda bermimpi berada di sebuat tempat yang tidak dia ketahui, ada pohon manga yang buah-buahnya terjuntai di pohonnya tetapi sudah tdk lagi berkulit da nada sebuah rumah yang sangat tenang dan indah. Lalu ia ditanya oleh orang kedua yang wajahnya tidak jelas, bahwa mengapa wirda tidak ingin menghafal sampai 30 juz?, wirda hanya menjawab bahwa karena dia tidak ingin, menghafal itu susah. Lalu orang itu pun memperkenalkan diri bahwa dia adalah Rasulullah SAW. Masya Allah, sungguh luar biasa. Siapakah yang tak iri? Siapa yang masih tak ingin menghafalkan Qur’an? Siapakah yang masih tak mau juga membaca Al-Qur’an?. Klik videonya disini.

Keempat adalah Rasyid, anak usia 7 tahun (saat ikut hafiz Indonesia 2014). Meski masih sangat kecil, namun dengan kelebihan yang diberikan Allah kepadanya, sejak di program hafidz Indonesia, dia telah diberi gelar Syaikh oleh syaikh Ali JAber. Masya Allah. Apa kelebihan dari Rasyid? Menurut ibunya, sejak umur 6 bulan, rasyid telah tumbuh giginya dan telah mampu bergumam. Kata yang pertama diucapkan adalah “Allah” (merinding saya mengetahui hal ini). Tak hanya itu, Rasyid belajar Al-Qur’an dan bahasa arab secara otodidak, dia tidak dimentori, atau didik, atau jadi urid dari ustadz atau syaikh manapun. Bahkan kemmapuan dia mengikuti berbagai irama dari imam-imam besar disegala penjuru dunia pun dia lakukan secara otodidak. Masya Allah…. Allahu Akbar. Hati mana yang tak berdesir? Hati mana yang tak bergetar? Dan diri mana yang tak iri dengan kelebihan ini? Dan diri mana yang masih juga tak malu dengan anak sebelia ini?. Nonton videonya disini.

Dan masih banyak lagi, hafidz yang lain, ada yang dari Kenya, Mongolia, bangsa-bangsa afrika yang jga gigih mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an, ada anak-anak syiria yang begitu bangga dan semangat menghafal ditengah pembantaian dan bom yang mengintai nyawa mereka. Ada anak-anak palestina yang juga tetap menghafalkan Al-Quran ditengah suara perang dan jeritan kematian. Ada Musa dari Indonesia yang umur 7 tahun telah menghafal 30 juz, juara 3 tingkat dunia menghafal qur’an tingkat anak-anak, mengharumkan nama bangsa bahwa Indonesia pun bis muncul membanggakan di kancah internasonal. Lihat disini.

Akhirnya.. saya iri, malu, dan gerimis. Malu bahwa saya tak ada apa-apanya dengan mereka. Baik dari semangat menghafalkan Qur’an, maupun dari hafalan. Malu bahwa hafalan saya hanya seperti buih, sedikit, tercecer, terbang dan memuai satu persatu, mungkin efek dari dosa yang setiap hari menggunung. Malu bahwa saya berada di negeri yang mayoritas muslim, namun sayangnya tidak menunjukkan kemayoritasannya dnegan lebih banyak belajar Qur’an, cinta Qur’an. Lebih banyak terbuai dengan kenyamanan dan keamanan, lupa untuk tetap mengkaji Qur’an. Saya iri dengan apa yang mereka miliki, dengan yang mereka raih, dan yang Allah jaga untuknya berupa hafalan Qur’an. Dan dengan semua itu, tak sanggup rasanya mata dan hati ini membendung gerimis yang hadir. Gerimis yang menyesakkan. Ya Rabb, jadikan hamba juga menjadi insan qur’ani. Mau dan mampu menghafalkan ayat-ayatmu. Berikan pula kenikmatan iman bagi hamba untuk juga cinta qur’an seperti mereka yang telah menggerimiskan hatiku pagi ini. 
*ramadhan Mubarak*
*onedayonenote*

Komentar

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap