Tabligh Akbar "Ku Tunggu kau di Telaga". Oleh UST. Firanda Andirja
@Almarkaz Al- Islamy Makassar. Ada rindu dengan aktivitas begini. Ada
rindu bermajelis ilmu begini. Dan ada rindu dengan pondokanku dulu plus
para akhwat2nya.
Entahlah, setelah sekian lama, baru kali ini kembali mengikuti Tabligh Akbar. ada rindu yang membuncah. mungkin rindu dengan aktivitas yang dulu. dan bagiku, dengan batalnya ke kota pelajar, maka mungkin Allah menginginkan saya mengikuti kegiatan ini. Dengan nekad, janjian dengan seorang teman akhwat menuju mesjid terbesar di sulsel, Al-Markaz Al-Islamy Makassar. Ada pemandangan yang dahulu sering kulihat. kumpulan para lelaki dengan pakaian serba putih lengap dengan kopiah, merekalah yang disebut dengan ikhwan. dan juga kumpulan wanita dengan jilbab kebanyakan panjang dan berwarna gelap, bahkan banyak yang bercadar, merekalah lebih banyak disebut dengan akhwat. meski sebenarnya akhwat adalah perempuan muslim. dulu, saya terbiasa dengan kondisi begini, bersama mereka dengan penampilan seperti itu.
Namun, ada yang kurang dari Tabligh Akbar kali ini, suara yang sampai ke lantai 3 tempat para akhwat sangat mengganggu. suara tidak jelas, menggema, dan terpantul-pantul. apalagi suara Ust. Firanda Andirja juga cepat. jadi lengkap sudah. tetapi yang jelas, makna dari tema : Kutunggu kau di telaga, adalah bahwa bagaimana kita bisa menyadari tentang hakikat hidup kita yang bukan hanya untuk mengejar dunia, tetapi pada esensinya untuk mengejar akhirat.
Namun, terkadang banyak diantara kita terbuai dengan segala kenikmatan dunia, baik berupa harta, jabatan, kedudukan, keluarga. kita tidak menyadari bahwa sekuat tenaga kita mengejar dunia, ketika banyak bertumpuk, tak satupun yang kita bawa mati. saat kita dikuburkan, semua yang kita miliki mengantarkan kita sampai peristirahatan terakhir, namun tak satupun yang ikut serta bersama kita. bahkan keluarga, pasangan, anak, orang tua, tak ada yang menyertai kita masuk ke liang lahat, semua hanya bersedih dan berlalu meninggalkan kita ketika tubuh kita seutuhnya telah tertanam di tanah. tak ada keluarga yang menyertai, tak ada kedudukan yang mengikuti, tidak ada harta yang kita bawa serta kecuali kain kafan yang menutupi kita. yang kita bawa serta hanyalah amal kebaikan. Jadi seharusnya, amal -lah yang mesti kita kejar matia-amatian. amal-lah yang seharusnya kita umpulkan sebanyak-banyaknya.
Namun, terkadang banyak diantara kita terbuai dengan segala kenikmatan dunia, baik berupa harta, jabatan, kedudukan, keluarga. kita tidak menyadari bahwa sekuat tenaga kita mengejar dunia, ketika banyak bertumpuk, tak satupun yang kita bawa mati. saat kita dikuburkan, semua yang kita miliki mengantarkan kita sampai peristirahatan terakhir, namun tak satupun yang ikut serta bersama kita. bahkan keluarga, pasangan, anak, orang tua, tak ada yang menyertai kita masuk ke liang lahat, semua hanya bersedih dan berlalu meninggalkan kita ketika tubuh kita seutuhnya telah tertanam di tanah. tak ada keluarga yang menyertai, tak ada kedudukan yang mengikuti, tidak ada harta yang kita bawa serta kecuali kain kafan yang menutupi kita. yang kita bawa serta hanyalah amal kebaikan. Jadi seharusnya, amal -lah yang mesti kita kejar matia-amatian. amal-lah yang seharusnya kita umpulkan sebanyak-banyaknya.
Bahkan saat kiamat datang, manusia akan nafsi-nafsi. Tidak ada lagi orang tua yang mengingat anaknya, tidak ada ibu mengingat anaknya, tdak ada bapak mengingat anak dan istrinya, tidak ada anak mengingat orangtuanya, tidak ada teman mengingat temannya, tidak ada sahabat ingat pada sahabatnya. masing-masing sibuk dengan dirinya, sibuk menyelatkan diri, sibuk mengingat dosanya, sibuk mencari penyelamatan. maka pada akhirnya kitalah sendiri yang harus berusaha menyelamatkan diri sendiri melalui amal kebaikan kita. karena, dengan amal kebaikan yang kita punya itulah yang akan mengantarkan kita menuju telaga. telaga yang dimaksud disini adalah Jannah (syurga).
Di dunia, sebelum kita meninggal, kita masih bisa saling menasehati dalam kebaikan dan menasehati meninggalkan keburukan, saling menarik tangan dan bergenggaman tuk bersama menuju ke telaga yang dijanjikan oleh Allah, namun kita hanya bisa sebatas itu. di akhirat nanti, kita akan nafsi-nafsi mempertanggungjawabkan hidup yang kita lakoni. kita hanya bisa saling menunggu di telaga-Nya. Kau, aku, kamu, dan kita jika senantiasa saling berwatawasaw bilhaqqi watawasaw bisshobri, melaksankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya, kita akan saling menunggu kelak di Telaga yang kita impikan, yaitu Syurga. 'Aamiin yaa Rabbal 'Alamin. Semoga kelak kita bisa saling menunggu di TelagaNya. ^_^.
*Ramadhan Mubarak*
*onedayonenote*
*Yaya Afifatunnisa*
Di dunia, sebelum kita meninggal, kita masih bisa saling menasehati dalam kebaikan dan menasehati meninggalkan keburukan, saling menarik tangan dan bergenggaman tuk bersama menuju ke telaga yang dijanjikan oleh Allah, namun kita hanya bisa sebatas itu. di akhirat nanti, kita akan nafsi-nafsi mempertanggungjawabkan hidup yang kita lakoni. kita hanya bisa saling menunggu di telaga-Nya. Kau, aku, kamu, dan kita jika senantiasa saling berwatawasaw bilhaqqi watawasaw bisshobri, melaksankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya, kita akan saling menunggu kelak di Telaga yang kita impikan, yaitu Syurga. 'Aamiin yaa Rabbal 'Alamin. Semoga kelak kita bisa saling menunggu di TelagaNya. ^_^.
*Ramadhan Mubarak*
*onedayonenote*
*Yaya Afifatunnisa*
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar