Langsung ke konten utama

Akhir Ramadhan :'(

Allahumma Innaka 'afuwun tuhibbul afwafa'fu anna yaa Rahim.. :'(
Ramadhan akan segera berlalu. Semoga ramadhan kali Ini lbh baik, amalan bisa diterima, dan masih diberi kesempatan bertemu lagi dengannya :'( .

Tamu agung benar-benar akan pergi. butuh waktu 11 bulan untuk kembali bertemu dengannya. Ahh.... mesti bagaimana? sedih? senang? bahagia? atau seperti apa?. Bahagia karena akhirnya bisa melewati ramadhan dengan baik dan masih dipanjangkan umur bisa melewatinya sampai akhir. Sedangkan ada saudara kita yang tidak lagi diberikan kesempatan bertemu ramadhan, ada juga hanya sebahagian, bahkan ada yang hampir saja mendapatkan seluruhnya, namun harus segera dipanggil oleh Rabb-nya. bersyukurlah kita..

Sedih...? banyak alasan yang bisa membuat kita sedih. pertama, sedih karena bulan suci bulan penuh dengan rahmat, maghfirah, dan penuh berkah akan segera pergi. kesempatan untuk meraup banyak pahala dan amal kebajikan akan segera berlalu. Bulan yang di dalamnya penuh ketenangan, penuh kemurahan, dan penuh kebahagian akan segera berlalu. kebiasaan yang telah terbentuk selama sebulan akan dikembalikan seperti sedia kala. Yang tersisa adalah apakah latihan selama sebulan itu bisa dilaksanakan dihari-hari biasa? bisa lebih ditingkatkan? bisa dijaga? bisakah...? Di Bulan ramadhan, terkadang kita mudah melaksanakan banyak rentetan ibadah mulai dari shalat fardhu, shalat sunnah, lail oke, tarawih sipp, Witir mantap, Dhuha tak ketinggalan, tadarrus lancar, bahkan bisa satu hari satu juz bahkan lebih. Bisa menahan amarah, bisa berbagi dengan sesama. begitu ringan semua amal ibdah. Di luar ramadhan...? mengapa begitu sulit...? apakah karena orang lain juga sudah jarang melaksanakannya? apakah karena yang lain juga hanya merutinkan saat ramadhan saja?. ada apa dengan kita? ada apa dengan diri kita? ada apa dengan latihan kita? kurangkah? atau jangan-jangan, kita melaksanakannya di bulan ramadhan dengan kurang ikhlas, hanya karena gengsi dengan orang sekitar yang juga rajin ibadah? atau niat kita full ibadah memang hanya kita peruntukkan di bulan ramadhan? kita tidak memantapkan hati dengan niat melakukan segala aktivitas full ibadah di bulan ramadhan plus terikut, terbawa ke bulan yang lain. Ahh.. ada apa dengan kita...?

Kedua, kesedihan dengan akhir ramadhan karena mengingat semua yang telah kita lakukan sebelum ramadhan, apakah bisa terampuni di bulan suci ini? apakah Allah telah menerima taubat kita? dan di bulan ramadhan ini, dengan segala aktivitas kita yang full ibadah (kalau iya), apakah benar diterima oleh Allah? yakin benar-benar diterima? jangan-jangan ibadah kita hanya menjadi buih di lautan yang hilang tercabik oleh ombak. Amalan kita, yang kita sangka akan menjadi bekal akhirat, menjadi saldo pahala, ternyata tak sedikitpun diterima dan sampai kepada Allah. Bisa jadi hangus karena riya. Bisa jadi melebur karena maksiat. Betapa meruginya kita, menyangka telah berbuat banyak hal ternyata semua hanyalah sia-sia. Masih yakin dengan amalan diterima? bersedihlah... jika selama ini, amalan kita terkotori.

Ketiga, Kesedihan itu karena kita akan meninggalkan bulan ramadhan, sedangkan kita telah terlena di dalamnya. menemukan kesempatan emas tetapi disia-siakan. tahu bahwa bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah, ampunan, dan bulan yang di dalamnya terdapat malam dengan kebaikan lebih baik daripada malam seribu bulan, tetapi tetap saja cuek dan tak peduli. masih juga terlena dengan dunia. terlena dengan aktivitasnya. disibukkan dengan dunia: pekerjaan, bisnis, jabatan, ngesosmed, chat sana-sini. hingga hari-hari ramadhan berlalu, amaln yang dilakukan masih sedikit. ngaji masih di juz itu-itu juga. sholat fardhu masih sering telat, shalat tarawih kalau lagi mood, boro-boro mau lail atau dhuha. paling cuma menghabiskan hari di tempat tidur, dan ber-haha-hihi dengan teman-temannya di dunia maya. Di ujung ramadhan barulah berpikir, ternyata ramadhan sudah mau berllau yah? kenapa bisa saya sia-siakan? kenapa bisa saya terlena? heyyy.... sadarnya terlambat masbro dan mbak sista. kesedihan yang anda hadirkan sudah sangat terlambat. Ramadhan telah akan beranjak, tak bisa diundurkan barang sehari saja, apalagi mau memundurkannya dari awal agar bisa mengubah keterlenaannya.

Ahh... ramadhan..... aku juga bersedih karena kau akan pergi meninggalkanku. Semoga kesedihan ini bukanlah kamuflase, apalagi hanya unjuk ngikut trend hastag #ramadhanjanganpergi. Kuharap, kesedihan ini adalah rasa yang murni berasal dari hatiku bahwa engkau benar akan meninggalkan kami, meninggalkanku. aku sedih bahwa aku akan lama lagi bertemu denganmu. itu jika Rabb kita masih mengizinkanku bertemu denganmu. Kuharap iya. iya bahwa aku akan bertemu lagi denganmusampai jumpa ramdhan. semoga tempaan sebulan, mampu menjadikanku pribadi yang lebih baik. 'aamiin yaa Rabb........

*Ramadhan Mubarak*
*30 Ramadhan 1437 H*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap