Langsung ke konten utama

Siapa Suruh Jalan Sendiri

Udara ramadhan masih terhirup. Nuansanya tetap sama, meneduhkan. Dan suasananya juga masih sama, ketika pagi telah tiba akan terlihat pemandangan banyak rombongan manusia yang berjalan, entah sekedar menghirup udara atau yang lainnya. Seperti pagi itu, karena tidak bangun sahur karena kelelahan dan malas makan. Kulangkahkan kaki seorang diri keluar dari wisma. Suasana sudah mulai lengang. Mungkin karena matahari mulai meninggi dan sudah banyak yang kembali ke rumah masing-masing setelah berjalan-jalan, atau mungkin banyak yang kembali tidur. Benarlah bahwa kalau puasa, godaan terbesar kala ramadhan adalah tidur pagi. 
 
Tujuan yang ada di benakku adalah masjid Dato’ Tiro. Masjid terbesar dan termegah di bulukumba, dan menjadi salah satu ikon bulukumba. Lokasinya memang sangat dekat wisma tempat kami tinggal. Yah, kami masih di kota ini, menyelesaikan kegiatan pelatihan PKTM 3 PW IPM sulsel sampai tanggal 28 Juni. Hmmm…. Sebenarnya akan lebih baik jika ada yang menemani. Tapi tidak ada yang bisa diajak. Teman sekamar masih pada tidur ba’dha sholat subuh. Mau menyeret teman yang mana lagi. Yah, dinikmati saja kesendiriannya. Dan cuek saja dengan pandangan beberapa orang yang dilalui, karena jalan sendirian sedangkan mereka kalau nggak rame ya berdua. 
 
Tak butuh waktu lama untuk sampai. Tiba di depan masjid, mata pun terkesima dengan keindahannya. Benar yang dikatakan oleh orang-orang, bahwa masjid ini megah. Langsung saja ingin masuk ke dalam masjid menyambangi. Tapi urung ketika ada beberapa pengurus masjid lagi sibuk membersihkan beranda dan halaman. Sedangkan di sudut lain, masih ada sekumpulan anak muda yang nongkrong saling bercengkrama. Lalu saya mau kemana? Pede aja lagi… jalan saja, kemana kaki melangkah. Kutelusuri mulai dari ujung sebelah kiri menuju ke halam tengah hingga iba ke tugu yang berbentuk Al-Qur’an yang tebuka, dan tertulis tulisan Iqra’. Duduk beberpa lama, sambil terus memandang lurus dengan takjub kea rah masjid. Tak lengkap rasanya kalau tidak mengambil foto. Kaki terus melangkah menuju ke sudut kiri menuju taman memanjang menuju tugu adipura. Taman yang kulalui brsih, terawatt dan nyaman. Kayaknya bagus jadi tempat nongkrong lebih lama. Apalagi bagi saya yang seorang diri hehehe… benar saja, dengan tempat duduk di sekitar tugu, sangat mengesankan menjadi tempat dengan angel yang berseni memandang masjid dan mengambil foto. 
 
Duduk di bawah tugu, seolah membawa memori 15 tahun yang lalu saat pertama kali menginjakkan kaki disini. Dalam kegiatan dari organisasi yang sama. Ahh... duduk disini memang membuat betah. bebas melihat dari segala sudut. memandang kota bulukumba. memandang dengan puas nuansa wisata ruhiyah via mesjid besar Dato Tiro. Pandanganku kemudian mengarah ke belakang tugu Qur;an yang semula kudatangi. Terlihat beberapa remaja putra dan putri yang bercengkrama, ehh.... setelah kulirik lebih lama lebih tepatya bahwa sekumpulan remaja putra sedang PDKT alias merayu sekumpulan remaja putri yang lagi nongkrong. ckckc.... anak mudayya.... kemudia saya pun melanjutkan mengamati lebih seksama sisi mesjid sambil terus berdecak kagum.
 
Entah karena tersihir dengan keindahan yang kupandangi sejak tadi, tanpa kusadari dari samping kanan kulihat 2 remaja putra yang berjalan ke arahku. ah iya, mereka yang tadi lagi PDKT dengan segerombolan remaja putri disana. Mau ngapain mereka ya? kok kesini? pertanyaan itu kemudian berkelebat di kepalaku. hmm... tempat ini kan adalah tempat umum, wajarlah bisa didatangi oleh siapapun. munkin dia mau menikmati pemandangan juga dari sini. semakin lama semakin dekat, tapi kok kelihatan mereka berjalan ke arahku?. aduh kenapa ini? mana saya sendirian lagi. mana sepi lagi. Mana kampung orang pula. eh..eh,,, dan yang lebih mengkhawatirkan di belakang dua orang yang berjalan ke arahku, berjalan lagi 2 lelaki mengarah ke tempatku duduk. waduh... piye iki? Tapi saya mencoba santai sambil tetap memandang ke arah mesjid. kok makin jelas mengarah ke saya sih? dan salah satu diantara yang dua orang lebih dahulu sampai di dekatku berjalan ke depanku.
"tunggu siapaki?"
"tidak ada"
"ada yang kita tunggu?"
"tidak ada"
"mauki ditemani duduk?"
"/@#$%^&*???"
"anak kuliahki kak?
"kenapa?"
"kuliah dimanaki?"
"kenapa memangnya?"
"kuliah dimanaki?"
"kenapa?"
 
Lama-laa bete juga sama nih bocah. nanya terus. sudah kelihatan saya nggak mau diganggu, nggak suka ditemani. masih juga bertanya terus menerus. dan kulirik 2 lagi semakin mendekat kearahku. pikiran buruk bisa-bisa makin menghinggapi. daripada saya meladeni omongan mereka. dan mereka lebih banyak lagi dari saya, mending saya kabur. Saya pun berdiri dengan raut waja yang amat sangat bete karena ketenanganku diganggu. tanpa menoleh sedikitpun kearah keduanya dan dua lagi yang telah dekat juga dengan posisi dudukku, kulangkahkan kaki menuju gerbangutama keluar dari taman.
"kak, mau kemana?"
"janganki pergi kak"
"@*&^%$#"
"kak, janganki tawwa kasi begitu temanku"
"janganki pergi"
"janganki tawwa kasi begitu perasaannya temanku"
"salamnya temanku tawwa"
 
apa......??? salam? perasaan...? ada ada saja mereka. kenal juga belum. ngobrol saja belum. lihat dengan seksama juga belum. sudah ngomong perasaan? emang perasaan semudah itu? dan lebih penting lagi, salam??? aduh...... sambil berlalu dengan wajah yang dongkol tetapi menahan tawa, saya pun bergumam "Dasar BOCAH". Nggak tahu yah kalau saya ini sudah tuir tahu...? sudah nggak layak untuk kalian goda dan kalian rayu lagi. hahahahha... pokoknya asli pengen ketawa ngakak mendengar mereka. dan samar-samar masih kudengar ocehan salah seorang dari 2 yang datang belakangan "aih... ndak mau sama kau itu... ndak nasuka ko". wkwkwkkwkw... bocah...bocah... ada-ada saja. Nggak bisa membedakan mana yang masih layak kalian ganggu dengan tidak ya? atau emang saya yang masih kelihatan masih muda ya? :D. 
 
Mungkin ini efek dari saya yang berjalan sendirian. trus gaya yang cuek bebek style anak muda, rok, jaket dan jilbab kaos. Dan.... siapa tahu juga efek dari muka yang masih sering disangka anak sekolahan (gayya dikit boleh kan?). Mau bagaimana lagi? Harusnya sudah jalan berdua tetapi masih belum ada yang bisa diajak jalan berdua hehe... jadinya masih jalan sendiri kemana-mana. Ha..ha..ha... Beginilah kalau jalan sendirian, masih juga disangka masih muda. Padahal........ #peace
 
#bulukumba #pktm3IMsulsel *ramadhanmubarak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap