Pernahkah tidak menyangka bahwa seseorang menyukai kita sebelumnya? Dan kau mengetahuinya setelah sekian lama dan setelah keadaan telah banyak berubah. Enatah dengan rasa. Ini tentang apa? Ini tentang ungkapan perasaan seseorang yang baru dia ungkapkan setelah sekian lama dan juga setelah ia telah berada pada keadaan lain. Atau lebih tepatnya ia telah menikah. Kupikir itu bercanda. Bahwa ia mengatakan kalau dulu dia punya perasaan kepadaku. Perasaan yang lama, dan sejak dulu dia pendam dan tak tak pernah dia ungkapkan. Ahh… bercanda nih…?? Tetapi nyatanya, tak ada kesan candaan di dalamnya. It’s right…??? Really..???
Rasanya ingin tertawa mendapatkan bahwa pengakuan seperti itu telah beberapa kali kudapatkan. Bagusnya didefenisikan bagaimana? Apakah kudefenisikan sebagai pengakuan yang terlambat atau seperti apa? Lalu saya mesti bagaimana? Bahagia? Kecewa? Tak percaya? Menyesal? Bangga? Atau apa…? Yang jelas saya hanya tertawa dan tidak menyanga dengan pengakuan-pengakuan itu.
Ada teman kuliah semasa S1 yang ternyata semasa kuliah sudah memiliki rasa padaku. Katanya dia sering memperhatikan gerak gerikku. Bahkan sampai dengan rela meminta tolong dengan seniorku yang juga seniornya dan sekaligus murabbiyah adiknya untuk sering datang ke kost menyatroni apa yang kulakukan di kost. Namun, sampai pada pengakuannya setelah 6 tahun kelulusan, aku sama sekali tidak pernah tahu dan tidak merasa. Makanya, saat ia dengan jujur menceritakan perasaannya dulu, saya hanya tertawa dan mikir, dulu seperti apa dia? Bagaimana gerak-geriknya ketika di sekitarku? Bagaimana saya? Dan hamper saya tidak menemukan celah bahwa memang ada indikasi dia menyukai saya?. Kutanyakan alasana kenapa dulu tak pernah jujur mengatakan. Katanya dia tidak PD dengan dirinya sendiri. Singkatnya: apalah dia dibandingkan dengan saya. Eits… memangnya saya kenapa pemirsa? Saya tidak cantik, tidak kaya, tidak pintar, dan tidak akhwat banget. Kenapa saya seolah berada pada tingkatan diatasnya? Padahal, diantara teman-teman akhwat yang dulu akrab semasa uliah, mungkin sayalah yang masih sering ababil. Nah, loh kenapa?
Ada teman organisasi. Pun menceritakan perasaannya dulu. Perasaan sekitar 8 tahun yang lalu, semasa kuliah. Meski dengan kampus yang berbeda, namun dengan aktivitas organisasi mengakibatkan sering berinteraksi. Bagiku, dia adalah, teman, partner, dan juga adik buatku di organisasi. Kami barulah akrab setelah satu struktur kepengurusan. Namun seingatku, taka da satupun, indikasi atau sinyal yang membuktikan bahwa dulu dia punya feel terhadapku. Yang kuingat, kami hanya melalui hari dengan aneka dialektika organisasi. Selebihnya tidak. Iya sih, ada permasalahan indvidunya yang pernah dicurhatkan kepadaku, bahwa dia menyukai seseorang. Dan saya tahu orangnya, dan saya juga mendukungnya. Namun, qadarullah, si perempuan akhirnya menikah dengan orang lain. Bisa dikatakan bahwa saya seperti tempatnya berbagi cerita dan meinta pendapat. Tak kutemukan sedikitpun kecurigaan bahwa sebelum kisah itu, dia telah lebih dulu punya feel kepadaku. Kutanyakan pun, mengapa sejak dulu tidak pernah mengaku? Jawabannya bahwa dia dulu tidak berani mengatakan, karena katanya saya pasti menolak, karena siapalah dia dibandingkan dengan saya. Ckckck… emangnya saya bagaimana? Perasaan saya tidak bagaimana-bagaimana amat untuk ditakuti dan disegani.
Adik bagiku. Sering bersama dalam dialektika organisasi, bahwan sayalah yang pernah menjadi instruturnya dalam perkaderan. Bagiku dia adalah teman dan adik yang lucu, lugu, dan jahil. Sejak SMA, kami memang sering bercanda bersama. Dan dengan kejahilannya, saya sering jadi korban. Namun, bagi kami semua, begitulah dia. Kecuali dia sakit barulah dia tak berulah dengan kejahilannya. Jadi apapun perkataan dan candaannya yang ngeyel, sudah kami anggap biasa. Dengan temat kuliah yang berbeda dan memang saya lebih dahulu tamat SMA 2 tahun di atasnya, membuat komunikasi lambat laun menghilang. Hingga sekitar 10 tahun setelah semua berlalu, akhirnya dia membuat pengakuannya. Atanya, sejak dulu dia memiliki feel terhadapku. Makanya dia sering mencari perhatian dengan banyak bercanda, jahil dan los-losan ngomong padaku. namun, selama itu dia tidak pernah berani mengatakan. Hanya berani curhat dengan teman-temannya termasuk temannya yang sekarang telah mejadi istrinya. Katanya, dulu dia tidak bernai mengatakan, alasan utamanya bahwa karena saya seniornya. Dan lagi, dia berkata bahwa kalau saja dulu dia tidak cepat mengambil ke[utusan untuk cepae menikah, karena sampai saat ini saya (orang yang dia sukai) masih sendiri. Hahaha… asli ngakak tak tertahan mengetahui pengakuannya. Pengakuan yang sangat lamaaa baru terungkap. Dan perasaan yang sama sekali tiadak pernah kusangka. Kupikir-pikir dan kurenungkan hingga masa SMA pun, saya tidak menemukan indikasi apa-apa bahwa dia benar menyukai saya.
Apa yang kupikirkan…? Entah, saya ini kenapa? Apakah dulu saya terlalu cuek, terlalu jutek, atau tidak terlalu peka dengan orang lain. Tidak peka dengan perlakuan, sikap, dan tindak tanduk orang lain, hingga tak satupun yang pernah kuketahui benar punya rasa. Saya baru mengetahui semua rasa mereka setelah tahun berlalu sngat lama. Apakah benar saya dulunya (atau mungkin sampau sekarang ya?) terllau cuek dengan perhatian orang? Apakah saya tidak peka banget jadi perempuan?. Yang kupikirkan lagi bahwa, saya ini kenapa? Kenapa tak berani bilang? Saya galakkah? Garangkah? Di level manakah? Atau apa? Yang membuat tak berani mengungkap feel. Saya kenapa? Entahlah… menurutku, saya perempuan biasa-biasa saja. Tidak punya kelebihan yang mesti membuat orang takut atau tidak PD. Saya tidak cantik, tidak pintar, tidak kaya, bukan dari keluarga bangsawan, tidak hebat bagaimana-bagaimana amat. Hanya seorang yaya. Perempuan biasa dan sangat biasa. Lalu kenapa..?
Apa yang kupikirkan…? Entah, saya ini kenapa? Apakah dulu saya terlalu cuek, terlalu jutek, atau tidak terlalu peka dengan orang lain. Tidak peka dengan perlakuan, sikap, dan tindak tanduk orang lain, hingga tak satupun yang pernah kuketahui benar punya rasa. Saya baru mengetahui semua rasa mereka setelah tahun berlalu sngat lama. Apakah benar saya dulunya (atau mungkin sampau sekarang ya?) terllau cuek dengan perhatian orang? Apakah saya tidak peka banget jadi perempuan?. Yang kupikirkan lagi bahwa, saya ini kenapa? Kenapa tak berani bilang? Saya galakkah? Garangkah? Di level manakah? Atau apa? Yang membuat tak berani mengungkap feel. Saya kenapa? Entahlah… menurutku, saya perempuan biasa-biasa saja. Tidak punya kelebihan yang mesti membuat orang takut atau tidak PD. Saya tidak cantik, tidak pintar, tidak kaya, bukan dari keluarga bangsawan, tidak hebat bagaimana-bagaimana amat. Hanya seorang yaya. Perempuan biasa dan sangat biasa. Lalu kenapa..?
Tulisan ini bukan sebagai ungkapan penyesalan, bahwa ternyata dulu saya disukai, namun tidak kuketahui entah karena alasan yang telah dijelaskan diatas. Tetapi, ini menjadi bahan refleksi bagiku, mungkin ada yang perlu kukoreksi pada diriku. Mungkin ketidakpekaanku, ketidakpedulianku, kecuekanku, atau yang lainnya. Namun, jika masalahnya karena mereka yang tidak berani? Itu beda ceritanya. Bukan dibawah kendaliku. Hey.. yaya, apakah memang kau terlalu cuek jadi manusia??? atau kau terlalu jutek, sadis dan garang..??? :D #think
“Janganlah engkau terlalu peka, nanti perasaanmu bisa terluka. Dan janganlah engkau terlalu cuek, nanti orang lain akan terluka karenamu” (Dr. Bilal Philips)
Bukan garang, jutek, atau sadis ka' tapi KA' Yaya selalu terlihat istimewa....hehe...
BalasHapusWetzz... Istimewa? Wuih... Panjang leherku :)
BalasHapusTapi istimewa pake apa Ini erna? Hehehe...
Pake' telur dengan tambahan keju....wuih....yummy.....hehehe...
BalasHapussekalian pake jamur juga. lebih mantap :D
BalasHapus