Langsung ke konten utama

Di Penghujung

Hari Ini serasa hari yang sangat bermakna. Dan seolah saya Tak ingin membiarkannya berlalu. Kalau saja saya bisa menghentikan waktu, maka mungkin saya ingin waktu stag disini. Biarkanlah hari Ini menjadi sangat panjang dan tidak berganti menjadi besok. Yah, kalau saya punya kemampuan. Tetapi bisa apa? Hari Ini makin cepat saja berlalu. Baru saja pagi Ini saya berjalan keluar pondok untuk mencari sekedar pengganjal perutx yang sudah keroncongan, sekarang sore telah mengapa. Senjata telah hadir. Kenapa makin cepat berganti saja? 


Bisakah saya menikmati hari Ini lebih lama?
Hari Ini seolah sangat bersejarah. Waktu terakhir di usia yang masih bisa dianggap masih muda. Besok, ketika tentang waktu berdetak di pukul 00.00 saya harus menerima bahwa saya akan dianggap sudah tua. Tua...? Ahh ya... Saya sudah tua. Tak terasa ya? Arghh... Bisa kah waktu menjadi lebih lama? Ada kekhawatiran yang pelan menggelitik. Saya khawatir dengan segala persepsi manusia. Saya khawatir dengan segala prasangka manusia. Saya khawatir dengan segala cibiran manusia. Dan saya khawatir saya menjadi lebih menenggelamkan diri. Entah bagaimana khawatir Ini Tampa malu merayapi. Telah berusaha kulempar jauh tetap saja ia berjingkrak datang dan tersenyum. Kenapa semakin horor?.

Yaa Rabb, maafkan hamba-Mu yang masih saja khawatir dengan manusia. Harusnya saya lebih mengkhawatirkan diriku di hadapan-Mu. Harusnya kubuang jauh-jauh segala prasangka yang merayapi pikiranku. Karena prasangkaku malah akan menjadi taqdirku. Bukankah Engkau telah berkata bahwa "AKU sesuai dengan persangkaan hamba-Ku".  Dan Harusnya saya Tak perlu mengkhawatirkan apa yang ada pada diriku, dan apa yang telah, sedang, dan akan kudapatkan. Karena Bukankah " boleh jadi apa yang menurutku baik, tetapi bagi-Mu itu bukanlah yang terbaik untukku, dan boleh jadi apa yang menurutku buruk ternyata itu adalah yang terbaik untukku menurutMu. Engkaulah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Mu". Rabb... Maafkan hamba-Mu Ini. 

#09082016 #H-1

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap