Langsung ke konten utama

G30S PKI in Memorial

Kemarin adalah 30 September. Namun, ada yang benar-benar hilang menurutku. Tak pernah lagi ada geliat aksi mengenng perjuangan para pahlaan revolusi yang menjadi korban keganasa PKI saat itu. Keadaan malah sunyi senyap dan hening. Tak ada aktivitas, tak ada bicara, apalagi diskusi. Apakah benar bahwa sejarah tentang pemberontakan itu sudah dikubur dalam-dalam? Ataukah benar PKI saat ini justru dihargai, dinilai penting dan dijaga perasaannya? Lalu bagaimana perasaan para pejuang dan pahlawan yang telah gugur? Yang lebih memiriskan lagi bahwa hari ini di kelas, siswa tidak lagi menyadari hari penting itu. tidak tahu. apalagi bisa berempati dengan perjuangan para pahlawan. mereka hanya terdiam dan terbengong, tidak ngerti hari ini dan kemarin itu hari apa?. Benar-benar miiris. Negeriku makin tak menghargai sejarah, yang digembar-gemborkan justru keadilan atas PKI yang selama ini dikebiri di negeri ini. 

Saya mencoba tidak membawa era dalam hal ini. Namun, dengan fakta saya mau tidak mau, saya menghadirkan memori era orde baru ketika saya masih berstatus anak sekolahan. Saya mengenyam era orde baru hingga kelas 2 SMP. di sepanjang tahun itu, emosi saya seolah dibawa ke tahun 1965. Bukan hanya melalui sekolah, namun di rumah pun orang tua di tanggal itu selalu bercerita tentang keganasan PKI. Ditambah di sekolah tentu guru banyak bercerita peristiwa itu, dan pulang ke rumah pun akan disuguhkan berita dan film tentang perisia itu. Kami masih sangat keil saat itu, namun dalam hati kami, telah tertanam dan diajak untuk berempati dengn para pahlawan revolusi. Meski kami belum paham persis tentang apa itu emosi, apa itu empat, apa itu pemberontakan, namun satu hal yang kami pahami, bahwa peristiwa itu benar-benar mengerikan, tak berprikemanusiaan, dan salah. itu pikiran sederhana kami. Itulah yang menjadi tunas patriotik yang tertanam di dada kami. Dan setidaknya kami mulai paham, bahwa negara ini telah mealui peristiwa besar yang mengorbankan banyak nyawa. berarti setidaknya: 1) kami harus bersyukur telah melalui peristiwa mengerikan itu 2) kami harus berterima kasih kepada para pahlawan 3) kami harus terus berjuang dan kuat. 

Apakah hanya sampai generasi kami yang masih mengenang jasa para pahlawan? ahhh.. negara ini bagaimana? saya semakin bingung dengan negara ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap