Langsung ke konten utama

Katanya Terlalu Idealis

Mungkin ini efek dari PMS, atau mungkin memang keadaan yang membuat sosis eh, esmosis menaik. Rasanya sudah 3 hari, selalu marah-marah. Tapi kalau mau ditelisik, keadaan yang ada memang membuat naik pitam. Ada saja. Mulai dari santri, pekerjaan, dan juga salah tugas. Huffft.. tak perlu mengurai lebih detail. Kalau kemarin, yang membuat naik darah itu, karena salah tugas. Entah tugas itu menjadi tanggungjawabku atau bagaimana. Kenapa seolah tugas itu dilimpahkan padaku. Bukannya tak mau berperan penting, hanya saja, please cobalah lebih care juga. Care terhadap tanggungjawab sendiri. 


Nah, kalau hari ini masalah santri. Sudah esmosis dari kelas karena siswa yang tak pernah punya semangat belajar. nah, sepulang dari kelas menuju kantor untuk sejenak istirahat, langsung dipanggil rapat. ternyata untuk membahas kelanjutan dari permasalahan siswa tersebut. Pertama dipaparkan keadaan siswa dan keadaan ortunya. Kalau keadaan otu saya sama sekali nggak tahu. Tapi kalau dari segi siswanya, saya tahu persis. Mau cerita gimana dia? yang jelas, seolah hidup tak punya semangat. Pandai berkelit bagai belut, berwajah lugu, tapi menenggelamkan. seolah muka tanpa dosa, padahal bohong dan kalasinya selangit. Siapa sih nggak tahu? cuma, ternyata banyak yang lebih memilih cari aman. 

Dan saya yang mencoba memaparkan dia bagaimana, dan mengatakan kalau selama ini tak pernah mencari atau berusaha memperbaiki pelajarannya yang tertinggal, akhirnya dipersalahkan juga. Apakah harus saya yang mengejar siswa untuk memperbaiki nilainya, padahal si siswa sendiri seolah tidak peduli dengan dirinya dan pelajarannya? sebenarnya siapa yang harus mencari siapa? siapa yang harus disalahkan? okelah bahas psikologinya dari kerasnya orang tua. Sebagai seorang pendidik, mestinya lebih peka, mengayomi, dan lebih peduli sama siswa. Apakah selama ini tidak pernah diperhatikan, diayomi, dan dipedulikan? dan apakah dia juga punya keinginan untuk berubah? Yang ada, cuma berpindah dari bohong yang satu dengan bohong yang lainnya. Akhirnya, keluarlah kata yang rasanya seperti mengiris: Banyak guru yang sangat idealis, karena belum punya anak, belum rasa bagaimana punya anak. OMG, rasanya seperti saya yang tertohok dan tertampar. ckckck.... Katanya, tak perlulah terlalu idealis, kita harus jaga nama baik sekolah, yang sudah terlanjur dikenal baik, dan dicitrakan baik sama orang tua santri, Jangan sampai nantinya berubah. 

Hmm... ternyata ingin memperbaiki citra. Jadi guru memang sekarang serba salah. Idealis salah, tidak idealis, bagaimana nasib pendidikan, kalau semua hal dipermaklumkan? atau saya saja yang merasa tidak nyaman? entahlah #think

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap