Langsung ke konten utama

Apa yang Kau kejar di Dunia ini?

Hidup dengan ambisi, dan harapan. Siapa sih yang nggak seperti itu?. Hidup sebagai apapun, yakin saja akan selalu ada harapan dan impian. Hidup ini bukan hanya sekedar makn dan minum. Tiap orang akan punya ambisi masing-masing. “akan menjadi dokter”, “akan menjadi pengacara”, “akan traveling ke eropa”, akan membuat rumah yang besar”, “akan pergi haji”, “akan duduk di pemerintahan”, dan akan-akan yang lain. Setiap kita punya itu. Dan setiap kita beda kompilasi impian. Impianku belum tentu impianmu, impiannya, dan impian mereka. Mauku belum tentu maunya yang lain. Lalu apa impianmu? 
 
Terkadang termenung sendiri. Mengeja impian yang satu-satu kulist pencapaiannya. Dan kubandingkan dengan keberhasilan versi kebanyakan.  
 
Sukses Study. Saya orang yang terbilang beruntung dalam hal ini. Dengan bisa menyelesaikan study hingga jenjang S2 membuatku amat sangat bersyukur. Sejak kecil, sayalah orang yang paling getol belajar. Entah suntikan dari mana, saya senang sekali dalam urusan belajar. Kesuali sakit, barulah tak pergi ke sekolah. Sekolah bagiku adalah salah satu syurga dunia. Meski cita-citaku masih absurd akan menjadi apa, tetap saja saya senang belajar. Sedikit ambisius dalam hal ini. Dan alhamdulillah, Allah mengijabah, memudahkan hingga jenjang ini. Penuh perjuangan. Berdarah-darah. Berlimpah pengorbanan.  
 
Mendapatkan Pekerjaan yang Mumpuni. Entah membahasakan ini seperti apa. Bukan tidak mensyukuri apa yang diperoleh saat ini, namun untuk parameter secara umum, pekerjaan saat ini masih jauh dari mumpuni. Status, mungkin juga imbas ke efek selanjutnya. Kalau masyarakat secara umum mendefenisikan pekerjaan yang mumpuni itu adalah pekerjaan yang secara status dicungkan jempol, dan secara finansial juga bisa cukup menghidupi. Nah, saya belum memiliki itu. Pekerjaan sama dengan kebanyakan, tetapi secara status, masih abangan alias kerja serabutan. Kalau status ini akan dinilai jempolan jika bisa berstatus PNS, atau paling tidak Pekerja yayasan. Nah, saya pernah merasakan sekali, di sekolah ternama dengan gaji terbaik, tetapi karena memang saya rada keras jadi emmilih resign. Nah, setelahnya, belum mendapatkan pengganti yang sama atau lebih baik. Masih merangkak dengan status yang masih abangan. Dulu kupikir, setelah melepaskan yang telah kumiliki, dengan jaminan telah ada lembaran yang akan membuat jalanku mulus, pekerjaanku akan lebih mudah. Kenyataannya berbeda. Hingga saat ini belum dapat seperti itu. Alasannya mungkin karena tak berani mengambil resiko, banyak pertimbangan, dan alasan lainnya hingga ada tawaran yang pada akhirnya lenyap. Sudah beberapa kali mencoba sebagai abdi negara, tetapi mungkin belum juga rejeki. Pernah nyaris, tetapi benarlah kata dalam film uang panai: sekarang itu kalau cari pekerjaan harus punya doi, dekkeng, dan dalle’. Mungkin kalau saya, doi tak punya, dekkeng lebih lebih, dan dalle belum sampe. Hehehhe… Makanya Sekarang, dengan masih pekerjaan yang berstatus serabutan, mungkin akan lebih tepat disebut sebagai pekerjaan yang belum mumpuni, dari segi status ataupun imbas finansial. 
 
Ketercukupan Finansial. Ini salah satu efek dari poin sebelumnya. Salah satu impian kebanyakkan orang adalah bisa mencukupi kebutuhan finansialnya. Belajar keras, banting tulang, salah satu indikasinya adalah ingin mencukupi finansial. Nah, kalau kantongku mau dilirik, rasanya malu, Tahu sendirilah kantong serabutan. Ada sih yang serabutan tetapi finansial jempolan. Kalau saya masih kantong tipis, finansial berantakan. Kalau ada yang bilang tidak mungkin status pendidikan seperti itu, dan pekerjaan begitu finansial masih kurang, nah buktinya saya :D .  
 
Melengkapi Properti. Kalau orang dengan seumuranku, sekarang adalah kegiatan mengumpulkan properti. Entah itu rumah, kendaraan, investasi atau yang lainnya. Maaf, untuk ini, lagi-lagi belum ada. Belum punya, bahkan hampir ta terpikirm kecuali melihat teman-teman yang bergerilya memperbanyak properti. Saya bahkan untuk membeli kebutuhan dasar pun masih dengan gaya ala anak kuliahan. Apa adanya. Jangan dikata juga kalau masalah gaya, masih sama seperti dulu. Tak ada polesan. Tetapi masalah gaya, memang tak pernah jadi impian pribadi akan bergaya seperti apa. Emang dasarnya tak suka gaya yang aneh-aneh.  
 
Mempurnakan hidup. Nah, ini yang sekarang banyak menjadi tema pembullyan untuk saya. Nasib jadi jomblo. Ketika ngobrol sama orang ujung-ujungnya ke tanya kapan menikah?. Dengan umur yang sudah segini, masih juga jomblo. Kata temanku, cepatlah, Tuhan saja sudah prihatin kamu belum juga menikah :D . Lah, mesti gimana coba? Kalau jodoh bisa dipetik kayak petik daun ya okelah. Siapa sih yang nggak mau menikah, Cuma hingga sekarang belum juga ada yang bertamu ke rumah. Pernah ada yang menyapa, tetapi masih di jalan depan rumah. Ada juga yang sudah sampai di halaman, tetapi tak berani bertamu. Ada juga yang singgah bersay hello lalu kabur. Lalu itu kenapa?. Terkadang sudah ada ucapan yang nyinyir. Tak lakulah. Gadis tualah. Jomblo tualah. Jomblo seniorlah. Apalah..apalah… kadang hanya tersenyum. Kadang ngakak, kadang jengkel, kadang marah. Intinya kadang juga baper. Orang belum tahu sih rasanya seperti kami yang mash bersabar menunggu jodoh. Tidak merasakan perasaan, dan tidak merasakan mendapat cibiran. Ketika teman-teman, berkeliaran di sosmed dengan status menikah, ngurus anak. Jalan dengan keluarga, bercengkrama dengan pasangan, bahkan bermesra dengan keluaga baru, hanya bisa menarik nafas dan bergumam dalam hati. “ya Allah, apakah saya juga diberi kesempatan seperti meraka”. Kadang iri, dan baperan. Kalau teman pada bahas tentang keluarga, si jomblo memilih diam saja. Mau bahas apa coba?. Impian ini masih juga mengusik dan makin mengusik. Tetapi mau apa? Manusia bermimpi, Allah yang kabulkan. Hingga saat ini, pikiranku berkata: aku belum diizinkan diberi amanah seperti yang lain. Belum dianggap mampu. Maybe like that. 
 
Pada akhirnya, dengan segala impian dunia yang banyak belum tercapai, masih ada pertanyaan menohok yang terselip. Yaya, kalau semua impianmu hanya dunia, kapan kau memikirkan akhirat? Mana planning akhiratmu? Sudah tercapai apa belum? Mana? Seberapa banyak? Ada yang sudah tercapai? Kamu juga getol ingin mencapainya? Jangan-jangan kau tak punya impian akhirat. Emang kau hdup hanya untuk dunia?. Dunia ji ini memang, tetapi tak bisa bersantai dengan akhirat cika. Dunia kau risaukan, kapan risau dengan akhirat? Dunia kau tangisi kau baperkan, kapan akhirat membuatmu menangis? Dinia kau kejar, akhirat kau tinggalkan? Dunia bisa membuatmu uring-uringan, kenapa akhirat tidak?. Lalu sebenarnya apa kau kejar di dunia ini? Status, harta, jabatan, pekerjaan, pasangan? Urutan keberapa akhirat bagimu? Urutn kesekian??? Ah, kau terlalu naif yaya.
 
Ketika baper datang menghadang tentang dunia, ingatlah tabungan akhiratmu. Ketika kau lelah mengejar segala label dunia, Sadarlah apa esensimu ada disini? Kau ada untuk apa? Apa sebenarnya kau kejar di dunia?
080217

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap