Sejak Pilkada DKI bergulir, serba-serbi pemberitaan media tidak luput dari DKI. Apalagi pilkada ini akhirnya menetapkan 3 paslon, yang dianggap sama kuatnya. Dan backingnya pun adalah orang-orang ternama di negeri ini. Sebut saja paslon 1 Agus Hari Mukti-Silvy, diusung oleh partai penguasa 2 periode yaitu partai demokrat. Juga paslon adalah anak sulung dari ketua partai tersebut sekaligus mantan presiden RI. paslon 2 Ahok-Djarot, diusung oleh partai PDI-P dkk. tentu di belakangnya ada sosok megawati. Paslon 3 Anis-Sandi yang diusung oleh partai Gerindra dan PKS, tentu backingnya adalah Prabowo Subianto. Bukankah ketiganya pernah terlibat persaingan ketat dalam pemilu presiden?. ya..ya..ya... pilkada DKI ini seolah part 2 untuk ketiganya.
Terlepas dari siapa yang ada di belakang mereka. Pilihan pun juga tidak lagi stabil seperti sedia kala. Namanya juga politik, roling itu biasa. Ada yang karena memang mencari kepentingan untuk kekuasaan, ada juga yang mencari kepentingan yang sesuai dengan idealisme. Kalau dulu bersanding dengan partai A, maka saat ini boleh jadi bersanding dengan partai C. Menurtku, lumrahlah dalam dunia politik. Dan tak perlu dipertanyakan lagi. Bagaimana dengan pemerhati/partisipannya?. Tentu saja juga bisa berubah. Ada banyak masyarakat bermigrasi ke pilihan lain. Sekarang dukung partai B padahal dulu getol dengan partai C. atau sebaliknya, dan yang serupa. Lagi-lagi, menurutku hal ini wajar. Namanya juga perpolitikan. Meski secara pertanyaan loyalitas mengandung nilai negatif, tetapi secara naluri politik, lagi-lagi akan terpartisi untuk kekuasaan atau idealisme.
*becontinue
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar