Langsung ke konten utama

Debat Final Pilgub DKI


Benar bahwa saya bukanlah warga jakarta. Nggak pernah tinggal di jakarta. Bukan Timses salah satu paslon. Bukan anggota partai. Hanya pernah ke DKI. Dan sekarang mungkin jadi pemerhati DKI. Sekarang kan emang lagi musimnya DKI-sentris. Layaknya pilgub DKI adalah pemilu nasional. Jadi bahan perbincangan seantero nusantara dan juga jadi program unggulan media untuk diliput setiap momennya. Kalau dipikir-pikir wajar sih jakarta mendapat sorotan dari seluruh lapisan masyarakat se-Indonesia. Namanya juga ibukota. Tempat sentral di negara ini. Baik-buruknya, nyaman tidaknya, terpuruk dan berkembangnya sedikit banyak akan dimonitor oleh seluruh rakyat, juga mempengaruhi bangsa. Jadi wajarlah kalau banyak yang pada akhirnya "terlihat" peduli dengan DKI.

Sejak Pilkada DKI bergulir, serba-serbi pemberitaan media tidak luput dari DKI. Apalagi pilkada ini akhirnya menetapkan 3 paslon, yang dianggap sama kuatnya. Dan backingnya pun adalah orang-orang ternama di negeri ini. Sebut saja paslon 1 Agus Hari Mukti-Silvy, diusung oleh partai penguasa 2 periode yaitu partai demokrat. Juga paslon adalah anak sulung dari ketua partai tersebut sekaligus mantan presiden RI. paslon 2 Ahok-Djarot, diusung oleh partai PDI-P dkk. tentu di belakangnya ada sosok megawati. Paslon 3 Anis-Sandi yang diusung oleh partai Gerindra dan PKS, tentu backingnya adalah Prabowo Subianto. Bukankah ketiganya pernah terlibat persaingan ketat dalam pemilu presiden?. ya..ya..ya... pilkada DKI ini seolah part 2 untuk ketiganya.

Terlepas dari siapa yang ada di belakang mereka. Pilihan pun juga tidak lagi stabil seperti sedia kala. Namanya juga politik, roling itu biasa. Ada yang karena memang mencari kepentingan untuk kekuasaan, ada juga yang mencari kepentingan yang sesuai dengan idealisme. Kalau dulu bersanding dengan partai A, maka saat ini boleh jadi bersanding dengan partai C. Menurtku, lumrahlah dalam dunia politik. Dan tak perlu dipertanyakan lagi. Bagaimana dengan pemerhati/partisipannya?. Tentu saja juga bisa berubah. Ada banyak masyarakat bermigrasi ke pilihan lain. Sekarang dukung partai B padahal dulu getol dengan partai C. atau sebaliknya, dan yang serupa. Lagi-lagi, menurutku hal ini wajar. Namanya juga perpolitikan. Meski secara pertanyaan loyalitas mengandung nilai negatif, tetapi secara naluri politik, lagi-lagi akan terpartisi untuk kekuasaan atau idealisme. 
*becontinue

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap