Langsung ke konten utama

Ayolah Teman, Perjuangan ini Suci


Sebelumnya, maafkan saya ya Rabb jika hal ini adalah negatif thinking. Saya hanya mencoba menyampaikan kesah yang mungkin sejak lama kusimpan. Kupikir, semua akan berlalu dan tak adalagi permainan “busuk” seperti dahulu. Tetapi, makin kesini kok makin sporadis. Apaka mungkin karna posisinya kini sangat tepat untuk menjamah semua ladang sekitarnya?. Mungkin jika ladang tetua bisa dipermainkan, dia pun akan mempermainkannya. Ahh… begitukah otak politikus? Semuanya mau dipolitisi. Semua mau dikendalikan. Ini untuk apa? Pragmatis atau idealis?

Saya mungkin termasuk orang yang keras kepala dalam hal ini. Bagiku, organisasi adalah ladang yang harus bersih dari segala bentuk kepentingan pribadi. Ini bukan ajang unjuk diri, tetapi ini ajang mempekerjakan diri. Segigih apapun orang di sekitarku berkoar-koar bilang ini-itu atau melakukan black campain, saya punya pendirian sendiri. Dan maaf, bagi anda yang telah punya garis merah di diaryku, aku akan lebih berhati-hati selanjutnya. Tak mudah bagiku membangun kembali kepercayaan bagi mereka yang telah melemparkan tanah di depanku, apalagi yang pernah mengguyurkan airmata menganak sungai di mataku. Bukannya dendam, hanya tak mudah kembali bagiku untuk menjadikannnya bias saja.

Jika kau telah selesai menggarap sebuah ladang, lalu memberikan estafet selanjutnya kepada orang lain, apa yang harusnya kau lakukan?. Akan terus menerus mengitari ladang itu? Berjaga-jaga jangan sampai ladang itu makin subur, makin kurus, atau dikendalikan lagi oleh orang yang lebih baik darimu?. Atau kau akan selalu datang menyampaikan khutbah keberhasilanmu hingga harus memperjelas jalan mana yang harus orang lain tempuh. Harus jalanmu. Harus seide denganmu. Dan harus dibawah kendalimu. Bukankah ketika kau telah memberi estafet kepada orang lain, berarti kau telah memberinya kepercayaan untuk meneruskan langkah?. Bisajadi mereka lebih mumpuni darimu. Bisajadi mereka lebih inovatif darimu. Bisajadi, mereka lebih berhasil darimu. Tanpa kau setir, tanpa kau buai, tanpa kau “paksa” dengan idemu. Kau tak harus mematok jalan. Mereka tak harus orang-orangmu. Dan wajar ketika mereka berbeda dengan idemu. Apa yang salah? 

Tak perlulah selalu risau acapkali pergantian estafet akan terjadi. Duduklah diam, mengamati, menasehati dan mengarahkan jika memang itu perlu. Tak perlu kau dikte mereka. Apalagi kau marah ketika bukan mereka yang dibawah telunjukmu yang menahkodai. Bukankah kita ini sudah vveteran?. Bukan lagi zaman kita. Ini zaman mereka. Mereka cerdas mengambil keputusan. Please.. come on… move on… kita ini bukan penggiat dinasti. Kita hanyalah manusia-manusia yang diharapkan berbudi. Tampil menggugah zaman dan menoreh prestasi. Bukan meninggikan ambisi. Apalagi memupuk gengsi. Ayolah teman, perjuangan ini suci, bukan untuk dinodai. #untukseorangteman #rasayangsama9tahunlalu #tolongberhentimemupukdinasti #270217

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap