Langsung ke konten utama

Narcissus dan Telaga

Sebuah kisah dari sejarah yunani kuno. Bercerita tentang seorang lelaki yang tampan dengan penuh pesona. Yang bahkan para peri pun jatuh hati kepadanya. Tersebutlah dia Narcissus yang tampan. Namun sayang, dengan ketampanannya ia mendapat kutukan dari peri. Ia pun tak dapat mencintai wanita manapun. Yang menarik darinya adalah ia selalu berdiri di pinggir telaga. Dengan tenang srlalu memandang jauh ke dalam telaga. Tak sekalipun ia mengganggunya bahkan hanya dengan lemparan batu kecil ke dalamnya. Ia takut mengganggu telaga. Hanya berdiam diri dan terus memandang sambil tersenyum bahagia. Mengapa ia tak mau mengganggunya? Mengapa ia selalu tersenyum acapkali memandang telaga?. Narcissus senang ke telaga dan sering tersenyum, karena ia suka memandang dirinya yang terpantul sempurna dari air telaga yang jernih. Ia tersenyum mendapatkan cerminan dirinya yang sempurna pada air telaga yang tenang dan jernih. Itulah kenapa ia tak mau mengusik sedikitpun telaga tersebut.

Ketika Narcissus telah tiada, air yang ada di telaga yang awalnya jernih berubah menjadi keruh kecoklatan. Peri pun bertanya kepada telaga, mengapa ia menjadi keruh? Adakah manusia mengganggunya?. "Bukan itu" kata telaga. "Aku selalu saja menangis menyadari Narcissus tak lagi ada disini". "Apakah karena kau terpesona juga dengan Narcissus?" Tanya peri. "Bukan. Tetapi aku merindukan tatapan mata Narcissus yang dengannya dapat kulihat keindahanku dari matanya yang berbinar memandangku".

Aduhai Narcissus dan telaga. Keduanya bertemu dan saling merindukan. Tersenyum bahagia ketika saling bercermin, namun bukan karena mereka saling mengagumi dan memuji satu dengan yang lain. Tetapi karena mereka memuji keindahan diri mereka sendiri yang tercermin dari keduanya. Narcissus salah sangka. Telaga pun salah sangka. Menganggap yang di depanx terkagum denganx dengan senyum yang ia berikan. Namun sebenarx keduanya hanya terkagum pada diri mereka sendiri. 

Bercerminlah pada kehidupan. Jangan seperti Narcissus dan Telaga, sibuk bercermin tuk terpesona pada diri sendiri. Lihat sekitar, ada banyak hal yang perlu tuk dipeduli. Masih banyak yang lebih indah dari diri. Berhentilah berbangga diri. Hidup harusnya untuk menyelami. Dan kita baiknya bisa saling memuji.

Narcissus dan telaga..... Bukankah ini asal muasal dari kata narsis sekarang ini?. Narsis: bangga pada diri sendiri. Mungkin inilah filisofi dari kata itu. Narcissus sebagai manusia yang suka narsis. Telaga sebagai cermin yang saat ini digunakan untuk mengakui pesona diri. Dan bisa jadi sekarang cermin posisinya sudah digeser dengan handphone. Yang lengkap dengan fitur kameranya. 

#hasilkontemplasi #rereading #dalamdekapanukhuwah #keepwriting

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap