Sebuah kisah dari sejarah yunani kuno. Bercerita tentang seorang lelaki yang tampan dengan penuh pesona. Yang bahkan para peri pun jatuh hati kepadanya. Tersebutlah dia Narcissus yang tampan. Namun sayang, dengan ketampanannya ia mendapat kutukan dari peri. Ia pun tak dapat mencintai wanita manapun. Yang menarik darinya adalah ia selalu berdiri di pinggir telaga. Dengan tenang srlalu memandang jauh ke dalam telaga. Tak sekalipun ia mengganggunya bahkan hanya dengan lemparan batu kecil ke dalamnya. Ia takut mengganggu telaga. Hanya berdiam diri dan terus memandang sambil tersenyum bahagia. Mengapa ia tak mau mengganggunya? Mengapa ia selalu tersenyum acapkali memandang telaga?. Narcissus senang ke telaga dan sering tersenyum, karena ia suka memandang dirinya yang terpantul sempurna dari air telaga yang jernih. Ia tersenyum mendapatkan cerminan dirinya yang sempurna pada air telaga yang tenang dan jernih. Itulah kenapa ia tak mau mengusik sedikitpun telaga tersebut.
Ketika Narcissus telah tiada, air yang ada di telaga yang awalnya jernih berubah menjadi keruh kecoklatan. Peri pun bertanya kepada telaga, mengapa ia menjadi keruh? Adakah manusia mengganggunya?. "Bukan itu" kata telaga. "Aku selalu saja menangis menyadari Narcissus tak lagi ada disini". "Apakah karena kau terpesona juga dengan Narcissus?" Tanya peri. "Bukan. Tetapi aku merindukan tatapan mata Narcissus yang dengannya dapat kulihat keindahanku dari matanya yang berbinar memandangku".
Aduhai Narcissus dan telaga. Keduanya bertemu dan saling merindukan. Tersenyum bahagia ketika saling bercermin, namun bukan karena mereka saling mengagumi dan memuji satu dengan yang lain. Tetapi karena mereka memuji keindahan diri mereka sendiri yang tercermin dari keduanya. Narcissus salah sangka. Telaga pun salah sangka. Menganggap yang di depanx terkagum denganx dengan senyum yang ia berikan. Namun sebenarx keduanya hanya terkagum pada diri mereka sendiri.
Bercerminlah pada kehidupan. Jangan seperti Narcissus dan Telaga, sibuk bercermin tuk terpesona pada diri sendiri. Lihat sekitar, ada banyak hal yang perlu tuk dipeduli. Masih banyak yang lebih indah dari diri. Berhentilah berbangga diri. Hidup harusnya untuk menyelami. Dan kita baiknya bisa saling memuji.
Narcissus dan telaga..... Bukankah ini asal muasal dari kata narsis sekarang ini?. Narsis: bangga pada diri sendiri. Mungkin inilah filisofi dari kata itu. Narcissus sebagai manusia yang suka narsis. Telaga sebagai cermin yang saat ini digunakan untuk mengakui pesona diri. Dan bisa jadi sekarang cermin posisinya sudah digeser dengan handphone. Yang lengkap dengan fitur kameranya.
#hasilkontemplasi #rereading #dalamdekapanukhuwah #keepwriting