Benarlah kata orang, jika ingin mencari lelaki yang baik, maka jangan mencarinya di mall, atau tempat keramaian umum lainya. Tetapi temukanlah ia di mesjid. Sekarang ketika sering mengunjungi salah satu mesjid di kota ini, saya teringat kata-kata tersebut. Ada banyak laki-laki yang telah baligh dan dewasa. Ada banyak jenis pekerjaan mereka, mulai dari pegawai kantoran, guru, dosen, tentara, polisi, karyawan swasta, pelajar, mahasiswa, pedagang, tukang ojek, pengayuh becak, dsb. Namun tidak semua dari mereka yang mengingat mesjid. Jangankan mesjid, mengingat shalat pun tidak semua. Kemana mereka?. Ada yang larut dalam aktivitasnya. Ada yang larut dalam kemalasannya. Ada yang larut dalam kemewahannya. Ada yang larut dalam hartanya. Ada yang larut dalam kenyamanannya. Ada yang larut dalam kata "nanti"nya. Ada yang larut dalam kemaksiatannya. Yang mengingat shalat dan mendengar suara adzanlah yang mendatangi mesjid.ada berapa banyak?. Yang jelas lebih banyak yang larut daripada yang menyahut.
Tiap kali duduk di beranda mesjid itu. Bahagia rasanya saat adzan mulai dikumandangkan, dan berdatanganlah para lelaki hebat dengan berbagai identitas. Ada yang datang dengan pakaian loreng khas tentara, bahkan sering kali mereka datang berbarengan. Bahkan beberapa kali ada yang datang dengan tanpa alas kaki berjalan dari kantor kodim yang jaraknya tidak begitu jauh dari mesjid. Dan yang membuat terharu juga, pernah melihat ada seorang tentara muallaf dari Papua yang rajin ke mesjid shalat bersama dengan anak gadis ciliknya yang lengkap dengan jilbabnya. Juga beberapa bapak polisi yang datang lengkap dengan pakaian kebesarannya. Para pegawai beberapa dinas. Para pegawai swasta. Para mahasiswa yang mungkin gaya boleh acak-acakan, tetapi masih setia dengan panggilan shalat. Juga tidak ketinggalan lelaki yang telah berumur, alias kakek-kakek. Apakah mereka lebih banyak yang datang?. Tidak… hanya sepersekian yang datang. Hanya sedikit. Hanya mereka yang hatinya masih tergerak dengan panggilan Tuhan-Nya. Hanya mereka orang-orang pilihan yang rela menghentikan sejenak aktivitasnya demi menghadap kepada Rabb-nya.
Mereka mungkin hanya dua atau tiga orang dari berbagai profesi. Tetapi mereka tidak mewakili profesinya. Mereka mewakili kadar keimanannya. Merekalah sebenarnya lelaki yang hebat.
#yukkemesjid
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar