"Menganggapku saudara?"
saudara mana yang dianggap lalu dikatakan pencari gara-gara. menjengkelkan. nyebelin. dikatakan punya niat lain dengan caranya. saudarakah itu?.
"jika kakak bersalah, adik akan mengalah dan memaafkan"
oh ya.. saya sampai sekarang tidak pernah merasa bersalah. Bukan saya yang lebih dahulu mendatanginya. ingat itu. bukan saya yang menyatakan rasa pertama kali. Kalau dia benar menyukaimu saat itu, mana mungkin dia akan berucap begitu kepadaku. Apakah dia hanya bercanda mengatakan itu ke saya?. itu urusannya dia. yang jelas bukan saya yang memulai. dia yang datang meminta dan setengah memaksa untuk bisa bersamaku. plus dengan kata-kata meyakinkannya yang manis. apa yang mau engkau maafkan?. Bukan saya yang harus kau maafkan tetapi dia. dia yang telah sempat meninggalkanmu yang harus kau maafkan. sekali lagi. bukan saya perebut dia darimu, tetapi dia yang pergi darimu.
"Datang dengan tiba-tiba lalu pergi"
saya tidak pergi kemana-mana. masih stay disini. di tempat ini. bahkan di tempat dimana saya masih akan ketemu dengan dia sering. lalu jagalah ia kembali. jangan sampai pandangannya akan kabur lagi. terkadang ada keinginan untuk pergi. tetapi jika saya pergi, berarti saya yang kalah. saya tidak salah dan saya tidak akan mengalah. ini tempatku. ini panggungku. dengan wajah tanpa bersalah pun dia melihatku. atau dengan senyum nyengir sekalian pun, saya akan tetap berjalan disini. ini jalanku.
"tidak ada dendam dan benci"
hei.. anak SD saja bisa mendefenisikan susunan kalimat. coba flashback status hingga 3 bulan kebelakang. juga komentar yang berhamburan butuh pemakluman. bukankah itu sudah cukup bukti bahwa ada benci yang terbesit di hatimu meski kadarnya kecil. Tak perlu jujur padaku, atau jujur pada publik. cukup jujur pada dirimu.
"terima kasih"
i'm sorry. it's not for you. but for someone who like your status and make me laugh. terima kasih karena apa?. coba saja tanyakan pada nuraninya. Jika tak ada jawaban pada nuraninya, cobalah tanya pada nuranimu saja. mungkin ada jawaban disana. kalaupun belum kau temukan, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. mungkin dia lebih paham.
"bersabarlah.. jangan terpuruk. seperti yang pernah kau bilang beberapa bulan yang lalu"
hehehe.. pertama saya mau koreksi kata. bukan beberapa bulan. tepatnya sebulan yang lalu. kalau menggunakan kata beberapa artinya lebih dari satu ya sis... meski dalam suasana begini nalar kritis saya masih jalan kok. but heiii... coba deh dibuka percakapan kita yang kau maksudkan. adakah ucapan itu sempat kusampaikan. silahkan dicrosscheck lagi ya...
"katanya..."
ohh.. iyyakah?. seperti biasanya naluri detektifku selalu bisa diandalkan. pastilah bangga. hanya mau menitipkan padamu. cobalah tanya kepadanya apakah amnesia dengan kata-katanya yang melibatkan Tuhan-nya?. Tanyalah apa yang telah dia lakukan?. Lalu bertanyalah dimana nuraninya. Kalau nuraninya tertutup karena melihatmu. saya pun bisa menyimpulkan sesuatu. cukup saya dan Tuhan-ku yang tahu.
sist... jangan selalu berhalusinasi. saya diam bukan karena saya tidak punya perasaan atau takut melakukan seperti yang kau lakukan selama ini. bertahta dengan status mencari justifikasi. mencari simpati. pandanglah juga dari sudut pandang orang lain. saya bukan tipe sepertimu yang bercerita dengan gagahnya pada mereka. bagiku, kebenaran akan tetap jadi kebenaran meski tersimpan. bukan dengan berkoar-koar menarik simpati.
oh iya... cobalah sering perdengarkan ini ketelinganya.
Fabiayyi alaa irabbi kumaa tukatstsibaan.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar