Langsung ke konten utama

Tempat Yang Sama, Rasa Yang Berbeda

Pagi Ahad yang cerah. Kembali berjaMenyapa pagi, membelah keheningan. Di sepanjang jalan, ada banyak orang yang juga dengan alasan yang sama. Mungkin sederhananya adalah kangenpiknik.com. Dengan kondisi jalan yang semakin membaik, euforia masyarakat menyusuri tempat ini pun semakin besar. Sebentar lagi jalan-jalan itu terhubung. Tunggu saja tempat itu makin ramai dikunjungi nantinya. Kalau yang lain berjalan bersama, nah.. kali ini kembali jalan sendiri. Ah, cukup senyum nyengir aja. Sebuah tekad yang sejak kemarin kulakukan. Harus sampai ke tempat "itu". Mungkinkah?. Kita lihat saja.

Awalnya ragu, jembatan kedua yang mesti dilewati belum sepenuhnya terhubung sempurnah. Masih banyak kerikil disana. Sambil mengamati keadaan sekitar dan mengukur kira-kira bisa lewat apa nggak, kembali massaleo duduk memandang laut lepas seolah menikmati tiap keindahannya. Ah, harus coba. dan...... benar saja, meski dilihati sama para bapak-bapak itu karena saya nekad melewati tumpukan kerikil dan melewati jembatan yang masih dalam proses pembangun, ah cuek saja. yang penting bisa sampai disana. 

Sempat melihat beberapa orang nongkrong di tempat itu. Di bawah pohon yang selama 3 bulan sering dikunjungi. Sempat berpikir benarkah?. sambil berjalan, makin dekat dan dekat.. disana tersisa bapak-bapak yang memancing seperti biasa. hmm... saya bisa ke tempat ini lagi. sendiri... disini, harus mengatakan apa?. Hanya duduk memandang sekitar, mmerasakan nuansa beberapa waktu yang lalu. Merasakan lamat-lamat. Mengingat pelan-pelan. dan entah harus diapakan. Kembali ke tempat itu, nuansanya tetap saja sama, hanya saja rasanya berbeda. 









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap