Langsung ke konten utama

Trauma

Ada trauma baru dalam hidupku. Trauma ini dimulai sekitar 3 pekan yang lalu. Subuh itu sekitar pukul 4, seperti biasa saya selalu terbangun. Ada rutinitas sekitar 3 bulan setiap subuh. Bangun dan membangunkan. Dengan melihat jam di HP yang masih menunjukkan pukul 4 lewat beberapa menit, kuurungkan bangkit dari tempat tidur, juga kuurungkan membangunkan. Ping dan wa call. Di luar kamar terdengar suara langkah menuju dapur dan menyalakan kompor. Bisa kutebak siapa dia. Dia adukku yang selalu begadang setiap malam apalagi setelah rumah kecurian beberapa bulan yang lalu. Mungkin dia baru hendak tidur. Mungkin dia menyalakan obat nyamuk. 

Selang beberapa lama, indera penciumanku merasakan bau yang aneh. Sepertinya ada yang menyengat. Makin lama makin terasa. Tetapi sempat masih muncul rasa enggan. Ahh.. mungkin hanya bau obat nyamuk atau kertas tempat obat nyamuk. Tetapi karena merasa ada yang aneh, saya pun menrahkan pandangan ke langit-langit atap dapur. Langsung mataku yang masih merayu tidur akhirnya terbelalak dan berlari ke dapur. Dari balik langit atap dapur sudah berwarna kemerahan. Benar saja, di atas kompor api telah menyala sangat besar membakar wajan beserta sendok penggorengnya. Dengan panic kuhampiri dan berniat mematikan kompor tetapi justru kompor tidak mau diputar, sedang api sudah menyala begitu besar. Kalau saja bukan dinding tembok, mungkin nyala api sudah merembes kemana-mana. Karena mendengar saya rebut dan panic, ibu pun terbangun dan juga panic. Dengan tubuh yang gemetaran semua saya pun berlari ke kamar adikku menggedor keras pintunya dan menyuruhnya bangun. Dengan sangat kaget juga dia terbangun. Keributan pun terjadi karena nyala api makin besar. Untung saja kk dan iparku terbangun, berlari kedapur lalu berusaha mematikan kompor, mengangkat wajan, dan melepas tabung. Yang sangat berbahaya kalau api telah menjalar ke tabung gas. Saya sebagai orang yang menemukan kejadian pertama kali hanya bisa berdiri terbungkam melihat semua orang berusaha memadamkan api dengan lutut yang sangat gemetaran. Untunglah… Allah masih menyayangi kami dan si jago merah tidak menghancurkan rumah kami. 

Entah berapa lama saya terdiam, terduduk dan gemetaran. Hingga lupa bahwa mentari semakin mengintip dan saya belum juga shalat subuh. 

Setelah kejadian itu, setiap malam, tidurku tidak nyaman. Kalau tengah malam sampai subuh entah berapa kali terbangun. Mengecek kompor gas. Mengecek dapur. Mengecek obat nyamuk. Apalagi setiap mendengar bunyi kompor dinyalakan, saya akan terbangun. Berapa kali pun orang menyalakan kompor, sebanyak itu juga saya terbangun, dengan was-was, gemetaran dan panic. Tidur pun jadi tidak nyaman. Bukan hanya sampai disitu. Meski siang pun, jika kompor dinyalakan panic masih juga muncul. Langsung mengecek dapur dan kompor. Bahkan imbasnya lebih parah, mendengar suara api dari pembakaran pun lutut langsung gemetaran dan lemas. 

Inikah disebut trauma…?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap