Langsung ke konten utama

Nasehat Kematian

By: Yaya Afifatunnisa

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al Ankabut : 57)

Segala yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Siapapun kita, selagi mempunyai nyawa, suatu saat akan merasakan kematian. Jika selama ini banyak hal yang kita sebut sebagai sebuah keniscayaan, sebenarnya tidak ada keniscayaan yang lebih pasti daripada kematian. Kita mungkin sibuk mengejar harta, tetapi kekayaan bukanlah sebiah keniscayaan meski kita telah banting tulang siang dan malam. Banyak orang yang telah bekerja keras tetapi kehidupannya masih saja sama. Kita juga mungkin sibuk mengejar pendidikan untuk bisa mendapatkan segala jenis gelar, jabatan, dan pangkat, tetapi meski belajar dengan giat, bekerja dengan giat, menempuh pendidikan sambung menyambung, tetapi tak selalu gelar itu kita sandang, jabatan itu kita dapatkan, dan pangkat kita menjadi berubah. Kita juga mungkin mengejar bentuk dunia lain dengan segala gemerlapnya, akan tetapi, meski sekuat tenaga kita berusaha menggapainya, sungguh bukan keniscayaan pasti kita dapatkan, mungkin saja sebelum hasil kita petik, Allah telah terlebih dahulu mematahkan proses kita dengan menghadirkan takdir lain berupa kematian. Apa yang bisa kita lakukan?. Bisakah kita menolaknya datang?. Meski kematian adalah sebuah keniscayaan, namun ada 3 hal yang tidak kita ketahui. Kapan kita menemuinya. Dimana kita akan menemuinya, dan apa sebab kita menemuinya. Inilah rahasia yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Kehidupan ini ibarat sebuah perjalanan menuju satu poros yang pasti yaitu kematian. Namun, titik ini meski adalah kepastian, manusia masih juga terlena dengan nikmat waktu, sehat dan kebahagiaan yang dimiliki. Padahal, Jangan tertipu dengan masa muda, karena syarat mati bukanlah tua. Tiap hari pasti ada yang meninggal dunia, apakah selalu mereka yang telah tua?. Kematian tak mengenal usia, apakah anak-anak-, muda, ataupun tua. Jika sudah waktunya yang tua akan dipanggil, yang muda pun bisa dipanggil. Kalau bangga dengan masa muda yang dimiliki, dengan berpikir tak mungkin kematian akan menghampiri, lihatlah ada berapa banayk orang di sekitar kita yang masih belia telah pergi memenuhi panggilan-Nya. Terlena bermaksiat di usia muda?, sadarlah, jangan sampai kala bermaksiat , justru malaikat datang menjemput. Apalagi yang telah berusia tua, sungguh sangat disayangkan jika usia semakin senja, namun maksiat pun semakin merajalela. Kita bukanlah ummat nabi-nabi sebelum rasulullah yang bisa hidup sampai 1000 tahun. 

Jangan terlena dengan nikmat sehat, karena syarat mati tak harus sakit. Ada banyak di sekitar kita yang justru meninggal dunia padahal tubuhnya sehat bugar. Sedangkan disisi lain banyak yang telah sakit bertahun-tahun namun Allah belum berkenan memanggilnya. Itu berarti Tak selalu orang sakitlah yang lebih dahulu meninggalkan dunia ini. Ada yang sehat bugar, namun ke luar rumah beraktivitas tiba-tiba dia meninggal dunia karena beberapa asbab. Jangan lalai dengan kesantaian, tidakkah kita melihat orang yang diambil nyawanya tanpa persiapan?. Mati tak menunggu kita taubat lebih dahulu. Tak menunggu kita baik lebih dahulu. Tak menunggu kita menyesal atas dosa-dosa kita terlebih dahulu. Tak menunggu bekal kita telah cukup terlebih dahulu. Jika saatnya tiba, santai yang kita sengaja akan berbuah petaka bagi kita di akhirat kelak. Juga, jangan bangga dengan hal lain yang dimiliki, entah itu harta, jabatan, ketenaran , status sosial, pangkat, kecantikan, atau kesenangan yang lainnya. Karena semua itu bukan alasan bagi Allah untuk menunda waktu kematian datang untuk kita. Mau kaya atau miskin, semuanya bisa meninggal dengan cepat. Yang cantik atau kurang cantik pun juga akan sama. Allah tidak akan memilah yang lebih bagus fisiknya akan lebih lama hidup. Yang bangsawan atau masyarakat biasa, yang pejabat atau karyawan, yang tenar atau yang awam, yang beriman atau kufur, semuanya punya peluang yang sama meninggal cepat.

Sepanjang hidup seorang manusia, ada 99 sebab kematian yang akan mengiringinya. Namun jika ia tidak menemuai salah satu dari 99 alasan tersebut, maka alasan tua yang akan menjadi alasan ke 100 dari kematiannya. Itu berarti, tak ada seharipun berlalu tanpa bayangan kematian menghampiri. Namun, adakah kita menyadarinya? Apakah kita telah mempersiapkan bekal menghadapi masa itu?. Selain itu, dalam sebuah Hadist yang dihasankan oleh ulama, bahwasanya dalam sehari malaikat maut menatap wajah kita sebnayak 70 kali. Berarti secara matematis, setiap 21 menit malaikat maut akan menatap wajah kita sambil menunggu kapankah perintah Allah mencabut nyawa kita. Jika kita masih larut dalam kemaksiatan, setiap harinya malaikat maut akan menatap wajah kita, seolah merasa gerah dengan segala tindak maksiat kita, hendak segera mencabut nyawa kita. Masihkah kita merasa aman dari kematian?.


أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِى بُرُوجٍ۬ مُّشَيَّدَةٍ۬‌ۗ وَإِن تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٌ۬ يَقُولُواْ هَـٰذِهِۦ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ‌ۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٌ۬ يَقُولُواْ هَـٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَ‌ۚ قُلۡ كُلٌّ۬ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ‌ۖ فَمَالِ هَـٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثً۬ا

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)." Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Palopo, 7 Desember 2017. 23.41 p.m

Komentar

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap