Langsung ke konten utama

Tentangmu

Saya ingin kembali menulis tentangmu. Bukan karena saya tidak ingin ikhlas dengan kepergianmu. Namun, inilah caraku merindukanmu. Semoga di sana, engkau tahu bahwa saya masih merindukanmu. Salam untukmu. Semoga disana engkau baik-baik saja. 

Masa kecilku bagiku penuh dengan sosokmu. Meski tak semua kuingat, tetapi frame bersamamu masih ada. Kami adalah anak-anak yang banyak bermanja denganmu. Tiap hari, kedatanganmu yang kami nantikan di depan pintu. Saat tubuhmu telah nampak di mata kami, kami pun sontak bersorai memanggilmu, dan berlarian menyambutmu. Kami sangat bahagia setiap engkau datang, bukan hanya sekedar karena kami telah melihatmu lagi, tetapi ada banyak yang kami dapatkan jika engkau ada. Kami senang punya teman bermain. Punya teman bercerita. punya guru yang mengajari kami abjad dan angka. punya ayah yang hampir setiap hari membuatkan kami bubur kelor kesukaan kami dan kesukaanmu. Punya ayah yang mengajarkan kami menyayangi tanaman. Dan punya ayah yang selalu setia melindungi kami. 

Masa kecilku hampir dipenuhi dengan kebersamaanmu. Hal yang paling membuat kami heboh juga ketika pulang dari sekolah mengajar, kami berebutan merogoh kantongmu. Bukan mencari uang, tetapi mencari potongan kapur tulis yang mungkin tersisa dan tersimpan di kantongmu atau juga sengaja engkau bawa untuk kami. Dan lebih bahagia lagi, jika kapur tulis itu berwarna-warni. Semakin berbinarlah mata kami. Kapur itulah yang kami gunakan belajar di malam hari. Dan engkaulah yang mengajarkan kami menulis dan membaca. Engkaulah guru kami sebelum kami benar-benar sekolah.

Yang masih terekam pula bagiku adalah, setiap kali jam istirahat berdering di sekolah yang letaknya tepat di depan rumah, engkau tidak tinggal duduk santai di kantor bersama guru-guru yang lain. Engkau malah pulang ke rumah memasak bubur untuk kami makan setelah kami juga pulang dari sekolah. dan itu di mulai sebelum saya pun menginjak dunia sekolah dasar. Ahh,... bubur adalah makanan yang romantis mengingatkanmu. Di sore hari atau di hari libur, yang kulihat tanganmu akan cekatan mengerjakan banyak hal di rumah. Mulai dari membersihkan halaman yang dipenuhi dedaunan, mengangkat kerikil dari sungai untuk timbunan halaman, mencabut rerumputan liar yang tumbuh di setiap sudut pekarangan, dan tak ketinggalan kegemaranmu menanam berbagai tumbuhan. Jadilah rumah kita dipenuhi aneka tanaman buah, sayuran, dan obat-obatan. Bahkan pekarangan rumahbukan dipagari dengan besi, namun dipagari dengan kayu jawa dengan rapi hasil dari kerja tanganmu. nenas tumbuh banyak mengelilingi rumah. sayuran pun banyak dipetik di samping rumah. Tanah pekarangan yang dulunya landai menjadi tinggi hasil timbunanmu. Maka, sesungguhnya sepanjang tanah ini adalah kerja keras tanganmu. 

Engkau pun adalah pelindung kami. Ketika ibu kadang memarahi kami, engkaulah yang jadi pelindung. Hampir tidak pernah engkau marah kepada anak-anakmu. Dan bagiku secara pribadi, selama hidupku hanya sekali engkau benar-benar-marah kepadaku . Itupun saat saya masih SD. Engkau adalah sosok yang jarang terlihat marah. Justru saat ibu marah, engkau hanya diam. Dulu saat televisi masih jarang dipunyai orang, dan kita pun belum memilikinya, kita masuk ke kantor sekolah depan rumah kita. Hampir tiap malam ikut denganmu. Saat itu TVRI menguasai pertelevisian, dan Dunia dalam berita menjadi siaran favorit. Mungkin karena itulah anak-anakmu semua senang menonton berita ketimbang siaran lain hingga sekarang. Dan ketika tengah malam berlalu kita belum juga pulang, terdengarlah suara omelan dari ibu. Jika sudah begitu terkadang kita mendapat imbasnya, kena marah dan ditutupkan pintu. Tinggallah kita di luar rumah duduk bercerita sambil menikmati malam yang bertabur bintang dan rembulan. jalan dan lapangan depan rumah adalah saksi betapa dulu kita sering bercengkrama di luar, sampai menunggu kapan ibu mengalah membukakan kita pintu. Bahkan pernah, dengan kemarahan ibu yang tak terbendung, kita semua kena imbasnya. karena takut pulang ke rumah, kita memilih duduk-duduk di batu besar pinggir sungai menikmati malam tentu dengan aneka cerita. Bukan tidak mungkin engkau masuk ke rumah, tetapi engkau orang yang mengajarkan kami untuk diam ketika orang lain marah. Juga mengajarkan kepada kami untuk tidak menyulut amarah dengan ikut marah pula. engkau justru melindungi kami, menemani kami, dan menghibur kami dengan selalu bercerita. Betapa rindu mengenang masa itu... :'( 

Seorang guru bahasa indonesia. Di mata teman-temanmu, engkau adalah sosok yang ulet, cerdas, dan tegas. Yah, itupun yang kutangkap darimu. Sejak kecil yang kusaksikan bahwa engkau rajin membaca. Setiap ada buku, majalah, koran semua engkau lahap. Itulah yang berimbas padaku. Saya yang masih belia sudah menggandrungi aneka cerita roman, cerpen, sajak, puisi, dsb. Itu kudapatkan darimu. Ketika seusiaku belum kenal dengan cerita "di bawah lindungan Ka'bah, Salah Asuhan, Sitti Nurbaya, Aki, dll. Justru saya sudah membacanya bahkan menghafal alur ceritanya. Sangat membahagiakan bagiku saat bisa membuka lemarimu dan menemukan aneka buku cerita. Mungkin karena itulah hingga kini, saya senang membaca cerita dan senang menulis. Juga karena engkau guru bahasa Indonesia, setiap berbicara kepada kami, bahasa yang engkau gunakan adalah bahasa indonesai yang sesuai EYD, juga saat kami telah kuliah dan surat menjadi media penyambung informasi, bahasamu di surat masih sama, bahasa yang sangat baku. Kami kadang tersenyum membaca surat darimu, tetapi itulah ciri khas yang kami inga.

Apa kesalahan yang hingga saat ini selalu kuingat?. Ketika masih SMP kelas 1, saya masih belajar mengaji dengan dilagukan pada seorang siswamu, siswa STM yang suaranya sangat merdu mengaji. mereka tinggal dalam lokasi sekolah. Karena merasa saya adalah murid dan mereka (guru mengaji dan teman-teman tinggalnya) adalah guru bagi saya, ketika Ujian Penaikan kelas mata pelajaran bahasa indonesia, saya menunggumu datang dari sekolah membawa lembaran hasil ujian. Memperhatikan dimana tumpukan pekerjaan itu engkau simpan. Dan dengan nakalnya saya saat itu, saya mencari hasil ulangan mereka. Dengan menggelengkan kepala berkali-kali demi melihat hasil ulangan yang hancur lebur. Bahkan membuat kalimat, membuat pribahasa dan membuat surat kuasa hancur lebur.Usia memang saat itu masih belia, tetapi saya banyak belajar darimu tentang semua itu. Kalau kubiarkan hasil ulangan itu, dengan tipikalmu yang sangat jujur dan tegas menilai sesuatu, bisa dipastikan angka di rapormu akan menangis. Apa yang kulakukan?. Saya mengganti hasil ujian mereka dengan dibantu oleh kakakku. Ada 5 orang yang harus dikerjakan ulang hasil ujiannya. Dengan mencoba menulis dengan gaya tulisan yang berbeda-beda. BAyangkan betapa nakalnya saya, dan betapa beraninya saya. Seorang anak SMP kelas 1 mengerjakan ujian siswa STM kelas 2. Bagaimana tidak, mereka disuruh membuat pribahasa dari kata gunung dan laut, bukan pribahasa yang dibuat tetapi : "rumahku dekat gunung dekat laut". Itu pribahasa darimana?. Bukan hanya itu, disuruh membuat surat kuasa, keterang tujuan surat dituliskan bersambung: Kepada bapak jalan di tempat". Bagaimana saya tidak terpingkal-pingkal membacanya?. Kala itu, entah kenapa engkau yang sebelumnya tidak mengizinkan kami mengganggumu setiap memeriksa ulangan, saat itu engkau membiarkanku menemanimu memeriksa hasil ulangan sambil was-was, apakah kejahatan saya didapatkan?. Betapa saya sangat takut kalau ketahuan. untunglah saat kelima hasil ujian itu diperiksa, semua lancar jaya. Nilainya?. tentu sangat memuaskan. Ahh... lega... namun di kemudian saya sangat menyesal melakukan kejahatan itu padamu. Bapak... maafkan anakmu...

Darimu, saya banyak belajar tentang kejujuran. Sebagai seorang pengajar, engkau sangat menjunjung tinggi kejujuran. Meski keluarga, tetangga, orang terdekat, jika hasil belajar di sekolah tidak baik, maka seperti itulah juga hasilnya. No nepoteisme.. no kong kali kong. Itulah yang membuatmu terkenal sebagai guru yang keras bahkan disebut guru yang killer. Seringkali setiap penaikan kelas, nilai darimulah yang membuat anak orang tidak naik kelas. Dan kau tegas dengan penilaianmu. terkadang saat penaikan kelas, ada saja iming-iming datang terutama dari orang tua siswa. Namun semua tidak mengubah prinsipmu untuk tetap adil dan jujur. Bisa ditanya pada semua siswa yang pernah engkau ajar, mereka selalu mengatakan... kaulah guru yang paling tegas selama mengajar. Tidak tergiur dengan imingan apapun. Bahkan ketika anak pertamamu tidak lulus di sekolah tempatmu mengajar, engkau hanya diam, tidak terpengaruh dengan omongan orang untuk mengurus anakmu bisa masuk "lewat jendela". itu mustahil engkau lakukan. Darimu, saya belajar tentang idealisme.

Bapak... Darimu, saya belajar tentang kejujuran. Bahwa sepahit apapun, kebenaran harus tetap dipertahankan. Juga dengannya saya belajar banyak tentang idealisme. Apa yang dipegang kuat-kuat, maka mestinya itu harus tetap dipertahankan. Darimu saya belajar ketegasan. Tanpa memandang siapapun dia, orang terdekatkah, kelaurgakah, atau bahkan anak sendiri. Jika memang tidak sesuai dengan yang semestinya, tak ada alasan untuk membuatnya dimudah-mudahkan. Darimu, saya pun belajar tentang kesederhanaan. Masalah kesenangan duania, masalah kemewahan, qona'ah, itu semua kupelajari darimu. Darimu pun saya belajar tentang kesabaran. Bagaimana sabarnya engkau sebagai seorang bapak. Bahkan ketika ada kemarahan tersulut di rumah, engkau tak pernah menambahnya menjadi bara api yang menyala-nyala. Dirimu sosok pengalah, sosok pendiam, sosok peramah, dan sosok pekerja keras.

Bapak... ada banyak kenangan bersamamu. Akan kucoba mengenang semuanya dengan tulisanku. Insya Allah. Sepekan kepergianmu, rumah ini banyak yang kurang. Tak ada lagi suaramu. tak ada lagi gerak tubuhmu. Dedaunan di halaman semakin banyak berjatuhan. Mungkin mereka merindukan sentuhan tanganmu. Dan, subuh serasa kurang tanpa suara gemercik engkau menyapu halaman, membersihkan dedaunan. Itulah suara yang kurindukan setiap subuh. Bapak... ada banyak rindu untukmu..

Bapak... Do'a selalu terkirim untukmu. Semoga di alam sana baik-baik saja. Semoga selalu tercurah rahmat dari Allah untukmu. Rabb.. sampaikan salam rinduku untuk ayahku di alam sana...............

Palopo, 12 desember 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap