Langsung ke konten utama

Jangan jadi PDP PKH. Berat!.

Nah.. Jangan langsung menjudge dari judul ya sista and brotha :-). Ini kalimat ngompor namanya. Meski emang rasanya berat di awal, tetap ya kek gitu deh kalau ngerjain sesuatu untuk pertama kalinya. tentu serasa berat. Apalagi nih... ditambah harus bisa mandiri dan kadang harus perkasa jalan kaki. Secara nih ya, nggak bisa bawa motor. Meski ada motor di rumah, cuma bisa melihat dengan wajah masam sambi bergumam: andai saja :D :P. Jangan diketawain ya hahahaha...

Nah, apa yang membuat serasa berat jadi PDP PKH? Itu saat Verifikasi Fasdik dan Faskes pemirsa. Butuh tenaga ekstra plus kesabaran yang ekstra pula. Karena ada saja yang bikin rambut serasa brekele. tapi yah kalau dah dijalani, apalagi kalu dilewati pasti bakalan senyum deh. Percaya ma saya. Buktinya, saya yang secara fisik lemah, ditambah nggak bisa mengendarai motor, hanya mengandalkan adik tuk mengantar kalau dia lagi good mood dan nggak berantem #upss. Bisa kok terlewati. Begitu kok emang segala sesuatu, kaau pertama dan belum dilewati, semua serasa berat. 

Ini nih caption nano-nano selama verifikasi Fasdik dan Faskes :)
Rasa verifikasi fasdik ternyata begini. Cuapekk fooollll. Tapi ceritax juga banyak. Tadi ada bapak di salah satu sekolah yang bilang begini: jurusan apa dek?. Sudah semester berapa?. Ohh.. sudah selesai?. Aihh... Terlambatki ketemu. Ada anakku laki2, tapi baru2 sudah menikah?. Maksudne opo iki pak'e?. Bahkan dalam tugas verifikasi pun, jomblo masih juga jd bahan #peksos#pkh #bara #fasdik
Jangan jadi pendamping PKH. Itu berat... Kamu takkan kuat. Biarkan aku saja. Kamu biar jd pendampingku saja. #ehh... Tapi kamu itu siapa ya? Ternyata kamu itu belum ada #garuktembok #jangandibacaserius 😃😂😅 . Jari serasa keriting membulati form verifikasi. Kupikir hanya sampai semalam jari keriting karena fasdik, ternyata faskes pun bikin keriting jari. Bu... rajin2ki semua ke posyandu kasi'na. Bantulah saya supaya tidak isi banyak form DMR🙆🙅 #balsemmana

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap