Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Mahasiswa...?

Akhir-akhir ini malah sering disangka anak kuliahan. Kupikir prasangka itu tidak sering lagi muncul. Kenyataannya malah kebalik.  Saat bertugas mengawas ujian masuk mahasiswa baru, karena timingnya pas puasa, dan godaan tidur setelah subuh itu sangat kuat meski sekuat tenaga juga melawan ngantuk, akhirnya bangun kesiangan. Jadilah kejar-kejaran waktu. Maksud hati tiba di lokasi 30 menit sebelum ujian, eh malah tiba 30 menit setelah ujian hehehe... tingkatkan. Karena sudah tak enak terlambat, langsung saja celingak-celinguk lihat ruangan. Dan sempat saat masuk gerbang kampus, hampir disapa sama para senior yang seperti biasa jadi pahlawan penunjuk jalan dan arah pada calon maba. Untunglah langsung ketemu teman sefakultas yang bertugas juga saat itu. ternyata ditunjukkan ke lantai 3. Ruang A3-04. Oke, langkah pun dipercepat. saking terburu-buru, tiba depan pintu ruangan jadi ngos-ngosan dan pasang muka maniezzzt senyam-senyum pada bapak yang lagi ngawas. Demi melihat saya yang ngos-n

Bincang Kami Bertiga

Sore 23 Mei kemarin jadi waktu diskusi dan cerita kami bertiga. Diawali dengan bincang lepas usai shalat Ashar di mesjid belakang kampus. Dan tak terasa kami sangat lama duduk dan bercerita. Sampai tidak sadar waktu buka puasa. Dan tidak sadar eh sudah setengah 11 malam. Dan kami masih di kampus. Apa yang kami lakukan?. Kami berdiskusi dengan banyak hal tentang problem keummatan. Tentang terorisme. Tentang cadar. Tentang khilafah. Tentang logika. Tentang Mr. Black yang dulu jd momok terbesar bagi para akhwat di Makassar dan hal yang mengerikan bagi pondokan putri. Tentang masa lalu yang kita semua mempunyainya yang mungkin pernah kelam. Dan terakhir tentang takdir. Bincang kami pun ditutup dengan kesimpulan: Terkadang semakin dihindari sesuatu itu malah makin menghampiri dan semakin dikejar justru sesuatu itu semakin pergi. Dan sekuat apapun kita menolak sesuatu jika Allah berkata harus, pasti akan kita lalui pasti akan kita rasakan. Maka sederhanalah dalam membenci sesuatu

Kacamataku dan Kacamatamu

Jika selama ini hanya menggunakan kacamata diri, sekali-kali gunakanlah kacamata orang lain. (Mungkin) ada yang perlu diperbaiki. (Mungkin) kita terlena telah menganggap diri telah baik, tp orang hanya tidak peduli pada kita.  Jika selama ini tersudut karena sibuk memakai kacamata orang lain, alangkah lebih baiknya tuk setidaknya pakai kacamata diri. (Mungkin) kita sibuk mendengar kata orang. (Mungkin) kita sibuk pada penilaian orang. (Mungkin) kita sibuk cari perhatian orang. Sampai kita lupa bahwa sebagaimnapun kita ingin baik dan menyenangkan di hadapan orang, selalu saja ada yang tidak menyenangi dan selalu saja ada yang kurang. Kita sibuk menyenangkan hati orang, kita lupa untuk menyenangkan hati sendiri dengan menerima apapun yang sudah kita lakukan dengan semampu kita itulah hasilnya dan harus diterima.  Dengarkan diri kita, tapi jangan lupa mendengar pendapat orang lain sebagai koreksi. Dengarkan irang lain, tapi jangan lupa untuk mengingat bahwa kita adalah diri kit

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Adil Menggunakan Kosakata Teror

Negeri ini masih juga carut-marut efek pengeboman beberapa hari yang lalu. Wajarlah, apalagi pengeboman ini sensitif ke SARA. Mesti hati-hati berargumen. Sebelumnya, saya sudah membuat tulisan mengenai mereka (individu atau sekelompok orang) yang melakukan pengeboman yang mungkin dengan dalih bentuk jihad. jujur masih sangsi apakah benar yang melakukan itu adalah ummat islam? (eits, jangan protes dulu). Demi melihat video detik-detik pengeboman yang dilakukan beramai-ramai bersama keluarganya, pikiran sederhana saya pun bertanya-tanya, bagaimana ajaran yang mereka dapatkan? sedalam apa doktrin yang mereka dapatkan, sampai dengan begitu rela melakukan bom bunuh diri bahkan dengan membawa serta anak-anaknya. Dan bagaimna mereka sebagai orang tua menanamkan ideologi kepada anak-anaknya?. Ahh... makin banyak PR Ummat islam. Namun, di balik segala pemberitaan media tentang pengeboman dan judgement terhadap identitas muslim seperti cadar, jilbab, jenggot, celana cingkrang, dsb, terseli

I'm Not Terorist

Maaf, dalam islam kami diajarkan untuk dakwah bil hikmah. Dengan cara yang lembut. Tak ada dalam ajaran kami yang menyatakan boleh membunuh orang lain selain dalam keadaan perang. Tidak pernah kami disuruh untuk memerangi agama lain. Tidak ada dalam ajaran kami yang membolehkan bunuh diri. Dan tidak ada dalam ajaran kami menggunkan kekerasan dalam berdakwah. Serta tak ada dalam agama kami bahwa meletuskan bom di keramaian warga sipil, atau di rumah ibadah lain adalah bentuk jihad. Sama sekali tidak seperti itu.  Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin. Memberi kedamaian bagi sekitarnya. Dan memberi manfaat bagi sekelilingnya. Kami memang diminta untuk berdakwah, tapi dakwah kami adalah dengan cara yang santun dengan cara yang baik. Kami diminta untuk tetap berkawan dengan agama lain. Senyum kepada mereka. Memabantu mereka dalam hal muamalah. Dan membiarkan mereka ketika mereka beribadah.  Bahkan bentuk paling sederhana dalam hal kebaikan yang dicontohkan dalam ajaran kami

Kagum pada Mereka yang Bisa Menyembunyikannya

Bahagia dan sedih. Adakah yang tidak memilikinya?. Tapi bukan itu yang terpenting. Apakah ada yang bisa menyembunyikannya?. Tabiat manusia adalah ingin dipahami. Ingin dimengerti. Ingin diakui. Ingin menampakkan. Ingin mengumumkan. Entah itu sedihnya atau bahagianya. Bahagia biasanya ditampilkan untuk menunjukkan bahwa kita sedang tersenyum dan tertawa. kita ingin orang tahu senang sedang menghampiri. Ada karunia yang kita miliki. Singkatnya membagi ke orang lain bahwa kita lagi bahagia. Tapi tahukah kita bahwa di balik berita bahagia yang kita kumandangkan, bisa jadi ada hati yang bersedih karena tidak mendapatkan bahahia itu. Atau mungkin tertunduk karena bahagia itu yang dia impikan. Ada iri ada sedih yang bisa pelan bersemayam di dada orang lain. . Kesedihan yang diumumkan. Untuk apa?. Supaya orang lain tahu sedih kita. Mendengar kisah kita. Tahu lara kita. Tahu sesak kita. Dan mengamini amarah kita. Kita ingin pengakuan orang lain bahwa kita memang pantas bersedih d

Mother - Drama tvN

Penyuka Drama? Atau jadi orang yang anti drama?. Kadang, ada yang baru dengar kata drama sudah bernegatif thinking. Pikirnya isinya selalu menjual romantisme aja. Atau berpikir “ahh lebay kalau suka drama”. Bener nggak sih?. Yuk, bagi yang masih saja negative thinking sama drama mari tak ajak nonton drama ini. Judulnya adalah “Mother”. Dari judulnya aja sudah tahu kan yah isinya mengulas apa?. Drama kali ini adalah remake dari drama jepang tahun 2010. Secara pribadi belum nonton drama jepangnya. Tapi kata teman juga daebak pokoknya. Dilihat dari judul sih, bisa ketebak, isinya akan menguras kantong. Maksudnya kantong mata :D. bener kan?. Ya iyalah. Salah satu hal, subjek, ataupun objek yang bisa meluluhlantakkan sebuah kekakuan adalah kata “Ibu”. Bukankah ini berarti memang perempuan itu diciptakan punya keistimewaan tersendiri?. Bersyukurlah menjadi makhluk bernama perempuan. Meski secara fisik lemah, tetapi secara perasaan, emosi, dan juga rasa, perempuanlah aktornya. Saya tid

Euforia Hijrah

Euphoria jilbab syar’i ternyata benar-benar berkembang sporadis. Hamper di setiap tempat dan sudut kita akan menemukan perempuan dengan gamis syar’I plus jilbabnya. Jika sebelumnya menggunakan jilbab yang rada gede itu membuat khawatir tidak diterima oleh masyarakat. Sekarang malah sebaliknya. Yang tidak berpakaian syar’I lah yang tidak enak hati. Terlepas dari niatnya apa atau yang lainnya. Yang wajib disyukuri adalah keadaan ini telah memberikan kenyamanan pada mata ketika memandang. Dan nilai plusnya lagi bagi penggiat usaha, ini menjadi lahan bisnis yang empuk. Lihat saja, yang berseliweran di social media adalah pakaian syar’I beserta turunannya. Mulai dari gamis, jilbab, kaos kaki, ciput, bandana, handshock, bahkan sampai pentul. Kondisi ini tentu menyulam sebuah harapan baru bagi negeri ini. Bahwa kedepannya generasi muda Indonesia akan terselamatkan dari gaya pakaian yang semakin mengumbar aurat. Dan semoga turunan dari pakaian syar’I ini pun bisa terwujud. Apa turunannya?

Yang Manakah Engkau?

Yang aku tahu. Ada dua jenis manusia di bumi ini. Hanya ada dua. Sungguh. Tak lebih. Bukan pendosa dan orang suci. Karena lazimnya sulit mencari kebajikan yang murni, ataupun kejahatan yang sama sekali tak berbelas kasih. Bukan yang kaya dan yang miskin. Sebab untuk membedakan keduanya kita harus tahu kelimpahan nurani dan kesehatannya. Bukan yang rendah hati dan si sombong diri sepanjang kehidupan. Siapapun yang sombong takkan lagi dianggap sebagai manusia. Bukan yang bahagia dan yang bersedih hati. Karena tahun-tahun yang lewat membawakan tawa silih berganti dengan duka bagi setiap manusia. Tidak... Dua macam manusia yang kita bicarakan adalah mereka yang mengangkat dan mereka yang membebani. Dengan kedua jenis ini kita berjumpa, kemanapun kita pergi. kita bahkan merasa akan hanya ada seorang pengangkat untuk setiap duapuluh orang yang membebani. Termasuk yang manakah engkau?. Apakah kau meringankan beban, bagi para pengangkat yang lemah?. Ataukah engka

Ke Allah Segalanya Bermuara

Iya... kemanapun melangkah. Dalam perjalanan menuju manapun. Dalam keadaan bagaimanapun. Dalam harapan apapun. Semua tetap saja bermuara ke Allah. DIA-lah tempat kita kembali. Kembali dalam hakikat raga. Juga kembali dalam hakikat jiwa. Tak ada tempat bersandar selain-Nya. Tak ada tempat berharap selain-Nya. Tak ada tempat meminta kecuali-Nya. Dan tak ada yang bisa menjaga selain-Nya. Tak ada yang bisa membolak-balikkan hati dan memantapkan sebuah hati, kecuali-Nya. Dan tak ada yang bisa memungkinkan segalanya kecuali-Nya.  Maa fi qalbi ghairullah #shabahulkhair

Ketika Perempuan Menangis

Ketika wanita menangis, bukan berarti dia mengeluarkan senjata terampuhnya. Melainkan dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya. Ketika wanita menangis, Bukan berarti dia tidak berusaha menahannya. Melainkan karena tembok pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air mata. Ketika wanita menangis, bukan berarti dia ingin terlihat lemah. Melainkan karena dia sudah tidak sanggup lagi berpura-pura kuat. Mengapa wanita menangis?. Karena wanita juga seorang manusia yang memiliki hati dan perasaan. Hati dan perasaan yang harus dimengerti dan dijaga. Kami tidak menuntut banyak, kecuali pengertian. Kadang kami terlihat manja, banyak maunya. Atau mungkin di mata laki-laki seperti kalian kami ini hanyalah makhluk yang menyusahkan. Tapi ketahuilah, kami masih berdiri tegar meski kalian telah menghantam hati kami dengan rasa sakit yang mendera. Kami masih tetap menjadi orang yang sama ketika kalian pergi dan menghindar lantas datang kembali membawa asa. Meski kami terlihat tidak pe

Sumber Kecewa

Apakah sumber kecewa itu? Tahukah kau?. Kamu tahu sumber kecewa? Apa itu? Hati yang terlalu berharap kepada manusia. Seseorang hadir, kemudian pergi Jangan sesali Dia adalah kenangan dan juga pelajaran Perpisahan, Penolakan, Keduanya mengajarkan: Manusia akan pergi meninggalkan Tetapi, Allah tidak Allah akan selalu bersamamu

Sabar dan Kemenangan

Ibnu Qayyim berkata: “Sesungguhnya Allah Ta'ala menjadikan sabar sebagai kuda tunggangan yang tak kenal lelah, pedang yang tak pernah tumpul, prajurit yang pantang menyerah, benteng kokoh yang tak bisa dihancurkan dan ditembus. Sabar merupakan saudara kandung kemenangan. Di mana ada kesabaran, di situ ada kemenangan.” Maka bersabarlah....

Cerita "Lereng Cinta"

Syukran for today dekz... 😊 😊 😊 Awalnya kacele hampir ke kampus padahal tanggal merah (terlalu rajin) 😅 . Tapi segera terobati dengan adanya panggilan jokka. Lumayan.. setelah berapa lama baru merasakan mendaki lagi. Berlelah-lelah dahulu baru disuguhi view cantik. Dari ketinggian "Lereng Cinta" kita dapat melihat indahnya kota Palopo. Dan dari tempat ini juga belajar melawan ketakutan. Entahlah.. tadi begitu percaya diri main Flying Fox, padahal selama ini takut dan tak berani tuk mencoba 😃 .  Ahhh.. rasa takut ternyata begitu, jika tak berani menembus batas, selamanya akan terpenjara dalam ketakutan.  # lerengcinta   # palopo

Hidup yang Teruji

Socrates pernah berkata bahwa hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Hanya ada satu tempat di dunia ini dimana manusia terbebas dari segala ujian hidup, yakni kuburan. Berarti tanda bahwa manusia tersebut masih hidup adalah ketika dia mengalami ujian, kegagalan, dan penderitaan. Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita berhasil. *Half full-half empty*