Langsung ke konten utama

Bincang Kami Bertiga


Sore 23 Mei kemarin jadi waktu diskusi dan cerita kami bertiga. Diawali dengan bincang lepas usai shalat Ashar di mesjid belakang kampus. Dan tak terasa kami sangat lama duduk dan bercerita. Sampai tidak sadar waktu buka puasa. Dan tidak sadar eh sudah setengah 11 malam. Dan kami masih di kampus. Apa yang kami lakukan?. Kami berdiskusi dengan banyak hal tentang problem keummatan. Tentang terorisme. Tentang cadar. Tentang khilafah. Tentang logika. Tentang Mr. Black yang dulu jd momok terbesar bagi para akhwat di Makassar dan hal yang mengerikan bagi pondokan putri. Tentang masa lalu yang kita semua mempunyainya yang mungkin pernah kelam. Dan terakhir tentang takdir.

Bincang kami pun ditutup dengan kesimpulan:
Terkadang semakin dihindari sesuatu itu malah makin menghampiri dan semakin dikejar justru sesuatu itu semakin pergi. Dan sekuat apapun kita menolak sesuatu jika Allah berkata harus, pasti akan kita lalui pasti akan kita rasakan. Maka sederhanalah dalam membenci sesuatu esok boleh jadi menjadi sesuatu yang justru disukai dan sederhanalah dalam menyukai sesuatu karena boleh jadi akan menjdi sesuatu yang kau benci.

Jadi... benciki sesuatu yang mau sekali didapatkan. Supaya (mungkin) justru itulah yang menghampiri hehehe.... (kalimat terakhir ini jangan terlalu dianggap serius. Hanya katanya yaya :-) ).

cc: Syukran Sahma dan Sarmila. Saya senang bisa berdiskusi dan bercerita dengan kalian. Saya senang dengan ghiroh kalian. Serasa saya ada di beberapa tahun yang lalu saat masih se-semangat kalian. Keep istiqomah dek. Jalan dakwah memang ribut dan ribet, tetapi justru disanalah pendewasaan, pengetahuan, dan kebahagiaan kita peroleh. keep hamasah... 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap