Langsung ke konten utama

I'm Not Terorist

Maaf, dalam islam kami diajarkan untuk dakwah bil hikmah. Dengan cara yang lembut. Tak ada dalam ajaran kami yang menyatakan boleh membunuh orang lain selain dalam keadaan perang. Tidak pernah kami disuruh untuk memerangi agama lain. Tidak ada dalam ajaran kami yang membolehkan bunuh diri. Dan tidak ada dalam ajaran kami menggunkan kekerasan dalam berdakwah. Serta tak ada dalam agama kami bahwa meletuskan bom di keramaian warga sipil, atau di rumah ibadah lain adalah bentuk jihad. Sama sekali tidak seperti itu. 

Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin. Memberi kedamaian bagi sekitarnya. Dan memberi manfaat bagi sekelilingnya. Kami memang diminta untuk berdakwah, tapi dakwah kami adalah dengan cara yang santun dengan cara yang baik. Kami diminta untuk tetap berkawan dengan agama lain. Senyum kepada mereka. Memabantu mereka dalam hal muamalah. Dan membiarkan mereka ketika mereka beribadah. 

Bahkan bentuk paling sederhana dalam hal kebaikan yang dicontohkan dalam ajaran kami adalah membuang duri ketika menemukannya di jalan. Agar orang lain yang lewat, siapapun terhindar darinya. Maka kalau duri saja diminta untuk dihindarkan dari orang lain. Menghindarkan orang lain dalam hal sekecil itu saja diperintahkan pada kami, tentu saja hal yang lebih besar dari itu mesti kami lakukan kepada manusia lain. Lalu bagaimana mungkin dalam ajaran kami menyuruh kami menyakiti orang lain? Membunuh orang lain. Memerangi orang lain. Mengambil nyawa orang lain. Itu mustahil namanya. 

Namun jika dalam kenyataannya ditemukan seseorang atau sekelompok orang yang mengatasnamakan ajaran agama kami melakukan hal tersebut, tentu ada yang salah dengan pemahaman mereka. Ada yang salah dalam interpretasi dakwah menurut mereka. Ada yang keliru dalam pelaksanaan jihad versi mereka. Mungkin inilah yang menjadi tantangan bagi kami untuk meluruskan hal yang salah. Tapi yang hatus dipahami, tindakan mereka bukan mewakili ummat ajaran agama kami. Karena sesungguhnya tindakan, pemikiran, dan idealisme mereka keliru. Jangan menyapuratakan satu tindakan sebagai ajaran kami. Juga jangan mencap kami sebagai teroris. Boleh marah dengan tindakan mereka. Boleh mengecam perilaku mereka. Tetapi jangan menyamakan kami semua sama. Sama dalam hal pemahaman dakwah dan jihad. 

Kami muslim. Kami bukan teroris. Justru kamilah yang banyak diteror di negeri lain. Kamilah yang sering dibantai di negeri lain. Tapi kami tidak menyebut mereka yang membantai sebagai teroris. Dan juga orang lain tidak mau mengakui bahwa mereka yang membantai saudara kami adalah teroris. Maka mari adil menggunakan kosakata teroris. Bukan dengan terburu-buru menyematkannya pada kami. Dan juga menjadikan apa yang kami gunakan sebagai atribut teroris. Jilbab, jenggot, cadar adalah perintah dalam ajaran agama kami. Bukan simbol teroris. Jangan halangi kami menggunakannya. Jika pun mereka yang melakukan aksi pengeboman menggunakannya, jangan anggap semua yang menggunakannya sama. 

I'm moslem. I'm not terorist. 

*Tulisan menanggapi ketegangan beberapa hari ini. Wajah negeri dibayangi berita terorisme*
(Yaya Afifatunnisa, 150518)

Komentar

  1. Highly energetic article, I loved that bit. Will there be a part 2?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you for your comment. I'm very happy if my notes can give energy to other people.
      .
      As soon as possible, i will write a note part 2 about this theme. 😊

      Sorry if i'm very late to respond your comment. Because all comments not publish automatically. And i didn't saw it 🙏. (My englis still bad. Sorry..)

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap