Langsung ke konten utama

mEMBERCANDAI hATI

Membercandai hati itu...
Kala engkau tertawa dengan bahagianya, menganggap yang kau ucapkan adalah sebuah lelucon tetapi yang di hadapanmu malah mesti berusaha keras terlihat tersenyum meski sebenarnya mereka juga ingin berteriak. bahwa candamu tidaklah lucu. Bahwa candamu adalah garing. Bahwa candamu sebenarnya menyakitkan. Kau tahu? Tak semua yang kita anggap canda juga adalah canda bagi orang lain. Tak semua keisengan adalah nyaman untuk orang lain. Tak semua senyum benar adalah senyum. 

Membercandai hati itu...
Kala aku sibuk bercerita padamu. Dengan semangat menumpahkan segala pikiran. segala masalah. Segala kesusahan. segala kesedihan. bahkan segala kesenanganku. Tetapi kau malah asyik bercengkrama dengan layar di hadapanmu. dengan semangat kujadikan dirimu tempat bagiku bercerita berharap engkau bahagia mendapatiku berkisah dengan lancarnya. Tetapi kayaknya dunia maya bagimu lebih asyik ketimbang dunia nyata di hadapanmu. Tahukah bahwa kau telah kupilih menjadi temapt bagiku berbagi rasa?

Membercandai hati itu...
Tatkala dengan banyaknya ons kata yang keluar dari lisanku. Tetapi tak satupun yang hinggap dipikiranmu. Langsung saja pamit lewat telingamu yang satunya. Penjelasanku telah sampai ke akar-akarnya, tapi yang tinggal di kepalamu mungkin hanya ampasnya. kenapa? kau sibuk bercerita pada di sampingmu. kau sibuk menyusun khayalan di tempat dudukmu. dan kau sibuk ber-haha-hihi dengan dia yang ada dibalik layar hpmu. tak bisakah menghargai kala ada yang berbicara di hadapanmu?. 

Membercandai hati itu...
Tatkala kau begitu kepo pada urusan orang lain. Kau begitu mau tahu hidup orang lain. dan kau mau terlalu mengurus keadaan orang lain. Terkadang kita tak bisa membedakan mana benar-benar peduli dan mana yang hanya mau tahu keadaan hidup orang lain. Perhatian yang mestinya diikuti dengan saran, doa, harapan, tetapi malah berlanjut ke kenapa dan kenapa. Kita kadang mudah bertanya pada orang lain, kok tambah gemuk? kok makin kurus? kok jerawatan? kok masih jalan kaki? kok belum beli mobil? kok masih sendiri? kok belum menikah? kok belum punya anak? kok belum nambah momongan? kok nggak kerja? kok mau aja jadi ibu rumah tangga aja?, dan kok-kok yang lain. dan kenapa-kenapa yang lain. Bagi kita mungkin biasa saja, tetapi bagi orang lain justru kepo kita adalah hal yang tidak ingin dibahas. 

Membercandai hati itu...
Tatkala kau membuat seseorang suka kepadamu, jatuh cinta kepadamu, menyayangimu, mempercayaimu, mengharapkanmu, dan memegang janjimu. Namun saat dia benar-benar menjadi seperti yang kau mau, rasamu malah yang memudar. dan kau malah melangkah pergi seolah semua yang telah berlalu mudah untuk dihapuskan. dan rasa yang tertanam pada hati mudah untuk dihapus. Mengapa mesti membuat orang lain jatuh namun tak bisa menggandeng tangannya?. Mengapa mesti menawarkan janji jika kau sendiri yang malah mengingkarinya bahkan menganggap janji itu bisa ditarik?. Mengapa kamu membuat orang yang awalnya sangsi terhadapmu menjadi benar-benar percaya, malah dia tak percaya kau yang pertama pergi. Mengapa memberi pengharapan, membuat orang berharap, namun nyatanya kau tak bisa bertahan dan memperjuangkan. Tahukah seberapa banyak usahanya menjadi yang kau mau. ia telah menitipkan hatinya padamu. melipat rasanya padamu. dan memeluk erat harapan bersamamu. kala kau pergi bagaimana dia?. kemana senyumnya? Bagaimana dia bisa baik-baik saja? apa yang mesti dia lakukan? kemana wajahnya? bagaimana hatinya?. tahukah bahwa hatinya telah dibercandai?

Manusia bukanlah robot dan bukan pula manusia yang merobot. mereka punya rasa sensitivitas. Hati adalah organ yang diciptakan secara fisik dan ruhiyah sebagai tempat mengelola rasa. ia bukanlah tempat menampung segala canda. Ada kalanya hati menyukai canda, tapi tak semua hal yang membercandai hati memanen rasa bahagia. seringkali perilaku kita justru membuat hati orang lain dibercandai. dianggap sepele dan dianggap mainan. padahal disanalah tempat yang mesti berhati-hati menitip. Hati bukanlah bola yang gampang saja dilemparkan. mudah dipantulkan seenak hati. gampang diraih lalu dilemparkan. Hati mestinya menjadi tempat untukmu menitip dan mentata dengan hati-hati. Karena nilai sensitivitasnya tinggi, keliru sedikit bisa membuat yang lainnya berantakan. 

Hati-hatilah dengan hati. karena ia bukanlah pelawak yang mudah saja dibercandai. Sebagaimana kita ingin dihargai hati kita. hargai pulalah hati orang lain. (Mungkin) selama ini kitalah yang tak dijaga hati kita, tapi justru kitalah yang tak menjaga hati orang lain. (mungkin) kita merasa telah benar dalam menata hati, justru tatanan kita memporakporandakan hati orang lain. (Mungkin) kita selama ini merasa terdzalimi karena orang lain, justru tindakan merasa benar kita jauh lebih melukai orang lain. (Mungkin) kita luput dari membercandai hati orang lain, malah sikap, kata, perbuatan kita begitu kencang membercandai hati orang lain. (Mungkin) selama ini kita ingin dijaga hatinya oleh orang, tetapi kita malah tak menjaga hati orang lain. (Mungkin) kita telah merasa kitalah yang sakit, justru kita tak tahu di bilik sana ada hati orang lain yang lebih sakit karena diri kita. 

#selfreminder
#Palopo260618

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap