Langsung ke konten utama

Mengapa Harus Sabar

SABAR…. itu mudah diucapkan tapi sulit diaplikasikan. Terkadang kita telah berusaha dengan semampu yang kita bisa untuk melakukannya. Tetapi lagi-lagi (katanya) sabar ada batasnya. Iya, memang mudah menyuruh orang bersabar atas apa yang sedang dialami, tetapi tidak bagi dia, acapkali amarah yang meletup-letup selalu ingin ditumpahkan. Dan uneg-uneg yang memenuhi kepala ingin disampaikan. Adalah perjuangan besar untuk sampai pada level sabar. Semua orang bisa berkata sabar, tapi tak semua bisa benar-benar sabar. 

Mengapa harus sabar?. Bukankah jika sabar seringkali alam pikiran merasa kita diinjak-injak, tidak dihargai, dan kita merasa bodoh terus saja diam, mendiami, dan tak melakukan apapun?. Bisa jadi perjalanan sebentar lagi sampai pada gerbang kesabaran, kondisi dan provokasi dirilah yang membuyarkan semuanya. Apasih yang bisa diraih dengan sabar? Bukannya malah kita Nampak gampangan? Tidakkah kita terlihat bodoh, mudah diinjak-injak?. Bukankan kita tampak tak berdaya?. Tidakkah serumit dan segetir peristiwa yang menimpa, merayu kita tuk berkeluh kesah, pesimis, marah, benci, dan ingin mmenyerah?. Dan Bukankah kita makhluk bernama manusia, bukan malaikat?. Ada apa dengan sabar?. 

Mari kita menilisik menggunakan hati via dalil. Bukankah kita adalah orang yang mengaku beriman?. Bukankah kita telah mengikrarkan kalimat Laa ilaha illallah?. Bahwa Allahlah Tuhan kita, Allahlah sesembahan kita, Allah-lah tempat kita memuja, meminta, memohon, berharap, bersandar, bergantung, bermunajat, memasrahkan, dan mengembalikan segala sesuatu?. Maka bertanyalah pada-Nya tentang sabar. Kata Allah: : innallaha ma'asshobirin (QS. 2:153). Bukankah berarti sabar itu dekat dengan Allah?. Jadi jika ingin dan rindu dengan Allah maka jadilah manusia yang sabar. Lebih lanjut lagi, Bukankah sabar bisa mengantarkan ke syurga?. Siapakah yang tidak ingin masuk Jannah?. Ingatlah kalimat pertama Malaikat saat menyambut manusia di depan pintu masuk ke dalam syurga: 

سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ 
Salaamun 'alaikum bimaa shabartum (QS. 13:24). Selamat kamu telah bersabar menjalani kehidupan di muka bumi ini. 

Kalau begitu mudah dong dekat dengan Allah dan masuk syurga?. Iya, mudah jika kita bersabar. Tetapi kapan sabar itu ada?. Sabar ada ketika ada musibah. Maka ayat tentang musibah bersanding dengan sabar. Musibah itu bermacam-macam. Ada datang dalam bentuk kekurangan harta. ada dalam bentuk hilangnya jabatan. Ada dalam bentuk hilangnya kekayaan, jabatan, keluarga, orang yang disayangi, teman, sahabat, pasangan. Atau mungkin saat difitnah oleh orang. Atau saat dicacimaki oleh orang. Atau saat didzalimi orang lain. Atau saat dicela oleh orang lain. Atau saat kita dirampas hak. Disitulah berusaha memenangkan sabar atas emosi yang hadir. Lalu siapakah mereka benar sabar? . Allah pun menyebutkan dalam QS.2:156, bahwa mereka yang disebut sabar adalah yang ketika terkena musibah mereka berucap “innalillahi wa inna ilaihi rajiuun” segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. 

Kalimat ini sering kali didengar dan diucapkan. Tetapi maksud Allah bukan sekedar keluar dari lisan. Tetapi dalam dari itu. Bahwa ketika musibah apapun yang sedang menyentil hidup kita, ingatlah bahwa Allah-lah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah yang mengizinkan segala sesuatu terjadi. Bahkan daun yang jatuh dari pohonnya pun semua adalah atas seizin Allah. Apalagi dengan musibah yang menimpa manusia. Semua pasti terjadi atas kehendak-Nya. Mengapa Allah mengizinkan hamba-Nya terkena musibah, bersedih, menangis?. Bukankah segala sesuatu baik atau buruk semua punya hikmah?. kita perlu diberikan kesulitan untuk tahu makna kemudahan. kita diberikan kesedihan untuk tahu makna sebuah kebahagiaan. kita diberikan kehilangan untuk tahu makna memiliki. kita diberikan cacian agar kita bisa lebih banyak memuji. kita dikhianati untuk tahu makna percaya dan kejujuran. kita diberikan penyakit untuk tahu arti sebuah kesehatan. harta kita hilang untuk diberikan makna tuk berbagi. kita diberikan kehilangan pekerjaan, jabatan, status, kepemilikan supaya kita bisa lebih mendekat kepada Allah. Kita dibuat amat sangat terpuruk, ingin menyerah, ingin marah, supaya kita bisa kembali bermesra kepada Allah memohon dan berharap pada-Nya. 

Tidak… bukan karena Allah ingin dzalim, tetapi karena Allah ingin kita kembali kepada-Nya. Allah ingin kita menyadari bahwa diatas segala kedigdayaan, kekuasaan, kehebatan, perkara apapun, diatas kemungkinan apapun, Allah-lah puncaknya. Karena Allah adalah puncaknya, maka ketika ada yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita, kembalilah pada-Nya. Pasrahkan segalanya. Ikhlaskan semuanya. Sehebat apa kita mengatur, Allah penentu segala skenario. Sedalam apa kita menyayangi jika Allah ingin mengambil, kita bisa apa? Harta bisa hilang, jabatan bisa turun, harga diri bisa dinjak orang lain, hati bisa disakiti, diri bisa didzalimi, kenyamanan bisa jadi kelu, yang dimiliki bisa lenyap, yang disayangi bisa diambil. Tinggallah kita yang mesti menyadari memang semua pada dasarnya bukan milik kita. Semua berasal dari Allah. Milik-Nya Allah. Karena Dia pemiliknya, wajarlah jika semua sewaktu-waktu bisa diambil. Bahkan diri kita sekalipun bisa kapan saja diambil oleh Allah. 
Maka bersabarlah.. karena Allah dekat. Karena syurga menunggumu. 
(Ide dari ceramah Ust. Adi Hidayat).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap