Langsung ke konten utama

Handshock, Wajibkah?

Saat membuka instagram, tertulis di salah satu caption gambar akun muslimah : "Pakai handshock itu penting atau penting amat?". Terus dilanjutkan dengan iklan handshock dari akun lainnya. Sejenak pertanyaan yang pernah terlintas, kembali terlintas dibenakku. Aku pun mengomentari postingan tersebut. i said : Tergantung kondisi pergelangan baju. Kalau pergelangannya dengan ukuran yang tepat ya nggak musti pakai handshock, tetapi kalau emang pergelangan bajunya lebar atau lebar amat, ya musti pakai handshock. Afwan, mau bilang kok makin kesini penggunaan handshock fungsinya lebih ke fashion ketimbang untuk melengkapi kesempurnaan berpakaian. Afwan just my opinion".
Maksud saya apa?. Begini.......

Awalnya handshock jarang digunakan dan dipasarkan. bahkan namanya pun jarang terdengar. Namun dengan segala perkembangan hijrah dengan segala euforianya, banyak properti hijrah pun berseliweran. Tersebutlah handshock, ciput, bandana, dll. Salahkah? oh nggak kok. Trus kenapa? kok kayak nyinyir?. Eits.. bukannya begitu masbro dan mbak sist. Hanya mau menyentil sisi sensistivitas dan sisi ikhlasitas kita. Dengan menjamurnya segala properti hijrah baik untuk akhwat maupun untuk ikhwan tidak ada yang salah. Bagus malah. Masyarakat sudah familiar dengan benda-benda tersebut. Juga familiar dengan nama-nama tersebut. Nggak musti lagi menjelaskan dengan lama kalau lagi nyari. dan lebih penting lagi, kalau properti itu banyak digunakan oleh masyarakat. Pemandangan akan lebih adem. Dan busana makin banyak yang sopan dan tertutup.

Hanya saja, dengan fashion yang makin berkembang dibuatlah aneka properti itu misal hijab dengan aneka warna, gaya, dan nama. Tak kentinggalan juga handshock. Mulai dari yang kainnya kaos sampai rajutan, dari yang model lurus aja sampai model jempol dan model cincin. Dari yang berneci, berumbai sampai berenda. Semua ada dan lengkap. Bahkan banyak yang berpita plus cincin. Hmm.. gimana mau jelasinnya yah?. Apa sih esensi menggunakan handshock?. Supaya aurat sempurna tertututp kan?. Yang mana yang diyakini sebagai aurat adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Jadi jangan sampai tangan bagian pergelangan ke atas itu kelihatan. Apalagi kalau lengan baju yang bermodel lebar. Maka dibuatlah handshock agar aurat benar tertutup dengan sempurna. Jika beberapa tahun yang lalu handshock itu cuman yang lurus aja, dan itu bisa sempurna menutupi aurat. Kalau sekarang ditambahi dengan aneka model dan gaya. Salahkah?. Hmm... rasanya nggak salah. Mau pakai model jempol itu lebih menutup bagian tangan. Mau pakai model cincin juga lebih menutupi pergelangan. Namun, dengan adanya tambahan gaya rumbai, renda, atau apalah maka handshock menjadi terlihat lebih menarik perhatian, cantik, unyu, pokoknya menariklah. Aku aja yang perempuan lihat akhwat makai handshock begituan serasa gimana gitu. Muncul pemikiran, wah tangannya cantik ya dengan handshock itu. Wah, akhwatnya makin cantik dengan handshock itu. Wah renda-rendanya makin membuat si akhwat makin unyu'. Wah, nih akhwat masya Allah shalehah banget

Gimana kalau yang lihat cowok alias ikhwan ya?. Kalau ketemu para akhwat dengan handshock yang menarik perhatian kayak gitu, bermacam model dari yang berenda sampai berumbai, trus tangan diangkat-angkat pula. Apalagi kalau dalam kelas si akhwat lagi kena giliran menjelaskan atau presentasi dan tangannya yang emang sudah dasar cantik makin dihiasi dengan handshock yang aduhai cantik. Kek gimana rasanya ya?. Hei.. itu kan kembali ke individunya si ikhwan kali. Makanya disuruh tundukkan pandangan. nah kalau pas jalan dan nunduk nggak lihat mukanya tapi handshocknya melambai? gimana? Husshh.. pikirannya ngelantur. Kan bilangnya kalau saja. Dan saya saja kalau jalan ketemu para akhwat, yang menarik kedua tuk kuperhatikan setelah wajahnya adalah tangannya. Karena emang dari jauh handshocknya itu loh. 

Trus yang kedua lagi, handshock jangan sampai bergeser nilai fungsinya dari sebagai penyempurna menutup aurat ke penyempurna fashion. Sampai dengan semangatnya membeli dengan beraneka macam warna dan rupa. untuk apa? supaya bisa banyak fashion ketika bepergian. Bukankah jika begini nilai fungsinya telah bergeser?. Pernah banyak dishare di medsos sebuah tulisan dengan judul "Hijrahmu palsu". Saat membacanya serasa saya pun disindir habis-habisan. Bagaimana kita dengan begitu bangganya menyebut diri kita telah berhijrah. Bangga dengan jilbab kita yang semakin panjang nan lebar berkibar. Kita semakin bangga dengan gamis yang beraneka warna nan cantik, lebar dan banyak. Juga kita begitu bangga dengan penampilan hijrah kita yang full dengan properti lainnya. Kaos kaki nyantol dengan sukses. handshock melekat dengan cantik. dan bahkan cadar menutupi wajah dengan anggunnya. Namun sayang, hanya mengedepankan itu. Hanya puas dengan itu. Tampilan diprioritaskan, entah ilmu pada urutan keberapa. Karena tak ada bedanya dengan orang kebanyakan. Foto pun berseliweran dimana-mana. Ngumpul bareng gaya sama aja dengan yang bercadar dengan posenya. Ala-ala selfie gitu. Dikit-dikit cekrek pose foto dengan kerlingan mata di balik cadar. Tak lupa juga tangan handshock renda cincin dan pita  sengaja makin ditonjolkan. lalu apa beda antara yang awam dengan yang sudah merasa telah berhijrah? 

Tulisan tersebut menggelitik banget sebenarnya. Kalau kita masih mau menerima nasehat dan saran dari orang lain. Karena jangan sampai niat kita yang ikhlas ingin berhijrah harus dikotori dengan kebiasaan yang sama dengan orang awam. Atau mesti tergerus karena properti hijrah yang tidak kita sesuaikan lagi dengan fungsinya. Bukankah jilbab pun sebenarnya tak ada patokan khusus harus kain bagaimana?. Jadi mesti pakai karung pun bisa, asal nilai fungsinya dapat. Maka begitupula jika ingin menyempurnakan hijrah atau pakaian. Sesuaikanlah dengan porsinya. Sesuaikan dengan fungsinya. Jika mengumpulkan dan memakainya bukan lagi dengan niat untuk menyempurnakan aurat, mari perbaiki kembali niat kita. Pun sama dengan handshock (yang jadi sorotan tulisan kali ini), jika lengan baju bisa tanpa handshock, ya kenapa tidak. Daripada memakainya dengan tujuan agar tangan terlihat lebih indah. Mending sederhana tetapi nilai fungsinya dapat. daripada luar biasa tetapi esensi pun semakin jauh.

Afwan. just my opinion. Bukan menulis karena tendensi apapun atau dari siapapun. Hanya sebagai renungan untuk para muslimah, utamanya untuk diri pribadi. Jangan sampai niat untuk memperbaiki diri jadi lebih baik menjadi sia-sia karena niat yang salah rute. Wallahu 'alam. #piss 

Palopo, 29 Juli 2018. 15.08 p.m.

Komentar

  1. Semoga selalu memberikan manfaat...sedikit tercubit... membaca tulisan ini. Tapi cintanya manis, tadinya mau cari handshock lucu cantik dll. Tapi setelah baca tulisan ini, aku sudah dpt jawaban, pakai handshock yg ada d rumah saja. Polos tapi insya Allah syar'i....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah jika tulisan ini bermanfaat. Semoga kita semua bisa menjadi lebih baik lagi dan tetap istiqomah. Syukran sudah mau mampir ke blog aku. Salam kenal :-)

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap