Langsung ke konten utama

Tiap Kita Punya Peluang yang Sama

(Mungkin) kita pernah berpikir, apakah hidup ini adil?. Kenapa harus ada yang miskin namun ada yang kaya. Mengapa ada yang fisiknya sempurna dan ada yang pas-pasan bahkan kurang. Mengapa ada yang selalu bergelimang kemudahan sedang ada yang justru susah melulu. Mengapa ada yang sampai beberapa turunan tetap aja kaya raya dan ada yang miskin sampai ke akar-akar. Dan mengapa ada yang diberi kelebihan kecerdasan namun ada yang meski belajar berkali-kali nyungsep aja tuh pikiran entah gmna lagi caranya. Ada yang pernah berpikiran begitu?.

Tiap kita memiliki kelebihan masing-masing. Dan kelebihan itu adalah titipan yang dengannya Allah berikan sebagai ladang amal bagi kita. Apakah dengan kelebihan itu membuat lebih dekat dengan Allah atau justru makin menjauh. Ada diantara kita yang dititipi harta, dengannya apakah bisa membantu orang lain. Ada yang dititipi pangkat/kedudukan, dengannya apakah bisa menjadi pemimpin yang dapat membuat kebijakan lebih maslahat. Ada yang dititipi kecerdasan, apakah dengannya mampu memikirkan dan menghasilkan ide yang bermanfaat. Dan ada yang dititipi dengan keelokan rupa, dengannya apakah bisa mengajak orang lain menjadi lebih bermartabat. 

Dan tak ada satu pun diantara kita yang tak punya kelebihan. Hanya saja yang menjadi sorotan kebanyakan manusia selalu pada aspek tertentu. Misal dalam kepintaran, yang disorot adalah mereka yang pandai eksak, pandai bahasa inggris, pandai buat robot, dsb. Padahal kepintaran itu banyak. Tipe kecerdasan itu banyak. Bahkan yang pandai ngomong aja sudah pintar. Pandai mengorganisir kata-kata. yang sering berempati pun juga adalah cerdas. Cerdas secara interpersonal. dalam segi kelayakan hidup, yang jadi sorotan terkadang adalah mereka yang jadi pejabat. Yang punya pangkat tinggi. Yang terkenal. Yang bergelar prof, Dr, dan deretan-deretan lainnya. Dan lupa pada mereka yang mungkin gelarnya tak sebanyak itu, pendidikannya tak setinggi itu, tetapi maslahatnya lebih banyak. Ada yang sebagai petani, tamat SMA tetapi memberikan sumbangsih pada ketersediaan pangan di masyarakat. Bukankah mereka juga punya maslahat dan sukses?. 

Sebagai apapun. Kerja apapun. Jabatan apapun. Gelar apapun. Di tempat manapun. Semua kita punya kelebihan. Dan pada kelebihan itulah Allah menitipkan peluang yang sama meraup amal. Jangan bilang bahwa yang kayalah yang lebih punya peluang masuk syurga. Kalau begitu Allah itu nggak adil dong. Mau kaya atau miskin tiap kita punya peluang yang sama. Dengan kelebihan yang kita miliki disitulah ada nilai-nilai peluangnya. Mengapa bisa? Kan orang kaya bisa nyumbang tuh lebih banyak. Kalau yang miskin bisa nyumbang apa coba?. Gini... Oke, yang kaya emang punya banyak harta bisa nyumbang berapa pun bisa. Tetapi yang miskin bisa meraup amal dengan kelebihan yang dimiliki. Kelebihannya apa? dia bisa bekerja banting tulang melakukan pekerjaan yang orang kaya tidak lakukan. Kalau dia bekerjanya ikhlas amal juga bisa mengalir luar biasa. Dan tak bisa digunakan matematika duniawi untuk membandingkan besarnya yang dikeluarkan oleh si kaya dan si miskin. Karena perhitungan Allah nggak sama dengan perhitungan manusia. 

Dan lagi, Karena kelebihan itu adalah ujian, nah justru si kaya ini mesti melewati banyak halte pertanggungjawaban kelak. Kalau yang hartanya sedikit kan lewat jalan tol. Apa yang mau diperiksa kalau sedikit. Bener kan? Nah itu kelebihannya juga yang miskin. Meski si kaya punya banyak harta, kalau harta nggak dipakai untuk membantu sesama, maka harta itulah kelak yang akan menjerumuskannya di halte perhitungan. Nahk, kalaupun mereka sering nyumbang, yang menjadi ujian bagi mereka lagi adalah apakah mereka ikhlas? nggak cari perhatian? Nggak pengen dipuji? nggak riya? kan cuma Allah dan dia yang tahu. tetapi kelak semua itu akan dihisab. Sedangkan yang kurang harta, kalau dengan kurangnya harta dan kesusahan yang dimiliki membuat ia lebih banyak bersabar, qona'ah, tetap bekerja, dan berprasangka baik pada Allah, lewat itulah pahalanya akan mengalir. 

Berarti intinya, mau kaya atau miskin. Mau diberi banyak kemudahan atau tidak. Diberikan kelebihan dalam parameter manusia apa tidak. Kesemuanya kembali ke Sabar. Sabar mengeluarkannya di jalan Allah bagi yang memiliki atau sabar dalam ketidakpunyaan. Bukankah kelak di pintu syurga malaikat akan menyambut manusia dengan kalimat: Salamun 'Alaikum Bimaa Shabartum?. Selamat kepadamu atas kesabaranmu di dunia. Yang masuk ke syurga kan nggak ada jaminan orang kaya semua atau orang miskin semua. atau orang cantik semua. atau yang pejabat semua. atau orang awam semua. Artinya mau kaya atau miskin. mau pejabat atau bukan. Mau darah biru atau darah hijau. Mau terkenal atau tidak. Mau tua atau muda. Mau kulit putih, kunging atau hitam. Semua punya peluang yang sama masuk syurga. Tetapi kenapa dikatakan yang sabar? Itu karena bagaimanapun kita, kelebihan dan kekurangan dalam sudut pandnag manusia, semuanya akan diuji dengan kesabaran. Maka jadilah orang yang sabar. Sabar melaksanakan perintah-Nya. Sabar membantu sesama. Sabar menerima ketiadaan. Sabar menerima masalah. Sabar Mmendapatkan jabatan. Sabar menjalani kehidupan...

*Malam yang makin larut. memenuhi keinginan dan kebutuhan akan tulisan. Namun, dengan kondisi yang kurang fit, entah tulisan ini enak dibaca apa nggak. Pesannya nyampe apa nggak*

Palopo, 29 Juli 2018. 21.58 p.m.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap