Langsung ke konten utama

LINA 2 NASIONAL

Setelah sekian lama tenggelam dalam dunia baru entah berantah. Menjamu hari dengan kesibukan demi kesibukan. Dan menimbun malam dengan pelarian-pelarian dari kebisingan hari. Berketetapan sejenak memicu kembali adrenalin ghiroh persyarikatan. Harus bisa keluar sejenak dari tempurung. Nekad bergerilya. oke fix... harus ikut LINA 2. Mumpung kegiatannya nasional. Kapan lagi coba, bisa ngumpul se-indonesia lagi. Sharing, cerita, bercanda, dan juga tentu menempa ilmu. Bukan hanya karena kita hebat yang membuat segala sesuatunya menjadi mudah, tetapi terkadang semangat dan motivasilah yang bisa jadi pemompa diri tuk terus eksis berdiri di rel ini. Dan saya butuh itu. saya butuh "temu" untuk menampik "semu" memperpanjang "sumbu" menepis "sendu" dan memperkaya kisah dengan akan banyaknya "rindu". Bukankah ukhuwah memang "candu"?.

Lina 2 kali ini tidak begitu full meng-eksis-kan diri. Mungkin karena estafet pernah lama terhenti. Atau mungkin benang-benang kusam di perjalanan masih ada yang mengikat langkah. Mungkin!. Tetapi yang jelas, kali ini keseruannya punya warna tersendiri, dan yakin teman yang lain pun sama. Nanti, insya Allah kisah lebih detailnya akan saya tuangkan. Kalian yang nanti membacanya mungkin mengatakan miris yah, sedih ya, lucu yah, atau apalah.. tetapi kami tetap menamainya sebagai sebuah sejarah. Kelak inilah yang akan kami ceritakan ke orang-orang setelah kami. Inilah perjuangan. Pokoknya, tunggu aja kisah lengkapnya. seru pokoknya. 

Terima kasih kepada seluruh teman-teman peserta LINA 2 Nasional di Solo. Kalian telah melengkapi fuzzle kali ini. Semoga ukhuwah kita makin terjaga. Dan khusus untuk peserta Lina sulsel: Darna, Nasra, Hera, Nia, Neni, Inna; syukran katsiran ukhti-ukhti. Indah kisah kita, dan semoga kisah kita. Semoga rasa "indah" itu akan terus kita bawah. Ukhuwah ini tetaplah terangkai dengan bersama keindahannya. Yang pasti, kalian akan kukenang dengan tag unik milik kita "teletubbies". Love u because Allah. Ahabbakalladzi ahbabtani lahu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap