Langsung ke konten utama

Bisakah tak Ber-euforia Politik Sementara Waktu?

Di tengah kepiluan masyarakat Sulteng beberapa hari ini, di beberapa sudut negeri ternyata tetap saja disibukkan dengan agenda politik. Wajar sih sebenarx dengan makin dekatnya pesta demokrasi. Tetapi ya mbok tetap peduli kenapa?. Sibuk membanggakan tim masing2. Dan yang lagi marak bahas drama RS.

Sederhana saya, RS dengan dramanya silahkan diselesaikan dengan hukum. Lihat, dengar, dan terima kronologinya. Hanya saja dlm suasana fanatik politik sekarang justifikasi seolah tak mampan. Semua tentu tetap salah. Emang apa sih motif dari RS? Klw emang dia mau jd relawan tim "peace" nggak mungkin menciderai lewat kasus menggelikan begitu. Trus dia kenapa? Wallahu'alam. Lagi malas membahas panjang tentang politik. Klw bersalah silahkan diproses sesuai hukum. Kalau salah silahkan diakui. Dan kalau ada yang mengakui kesalahan silahkan diterima. Nggak perlu makin didramatisir sampai menyapuratakan orang dan persepsi pakai majas pars prototo.
"Orang lain tidak selalu salah, itu berarti dirimu, temanmu pun tak selalu benar"
Bukankah begitu?. Ayolah... nggak perlu makin didramatisir kisah ini. Entah kata RS itu hoax. Entah tim seberang yang hoax. Entah sebelahnya lagi katanya bebas dari hoax. Yang jelasnya... duka Palu. Duka Sigi. Duka Donggala. Duka lombok. Dan duka-duka masyarakat Indonesia yang lain bukanlah hoax. Sedih mereka bukan hoax. Trauma mereka bukan hoax. Tangis mereka bukan hoax. Gempa bukan hoax dan tsunami juga bukan hoax. Berempatilah dengan mereka. Minimal berhentilah saling mencela. Bisakah sejenak tak ber-euforia politik? 

Yaya Afifatunnisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap