Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Manusia yang "Manusia"

Pertarungan yang tidak akan pernah berhenti di dunia ini adalah pertarungan antara haq dan bathil.  Sebuah keberhasilan tidaklah diukur dengan infrastruktur, tetapi diukur dari manusianya. Segala sesuatu tidak diukur dari bentuk fisik, tetapi bentuk fisik itulah yang memudahkan manusia untuk beribadah kepada Allah. Jika fisik yang dimiliki tidak menjadikan kita dekat dengan Allah, itu musibah namanya. Jadi, kemajuan suatu peradaban ada, jika manusianya benar-benar jadi manusia. So, jadilah Manusia yang benar-benar manusia. Dan jadilah manusia yang memanusiakan manusia. (Kontemplasi nasehat dari ceramah Ust. Felix Siauw)

Dunia Antah-Berantah

Di sebuah dunia entah berantah juga. Kala seseorang dengan hebatnya menyuarakan suara mahasiswa dengan lantangnya. Namun datang terlambat, lalu nyontek. Ditegur malah balik membentak dan berkata : "kayak tidak pernah saja kuliah" . Asli pengen ngakak dengar cerita dari dunia entah berantah ini. Hello... Tidak semua orang kuliah kayak dirimu. Tidak semua yang kuliah sebelagu dirimu. Dan tak semua yang berstatus mahasiswa sepongah dirimu :D . Banyak yang kuliah. Bahkan levelnya lebih tinggi. Tempatnya lebih keren. Lebih cerdas. Lebih rajin. Lebih aktivis. Lebih-lebih yang lain, tetapi nggak sama dengan dirimu. Nggak sok hebat tetapi tumpul attitude tajam lidah. Jangan malah menjadikan dirimu bahan tertawaan mengatasnamakan mahasiswa tapi pikiran jauh dari kata mahasiswa.  Aduhai, tak perlu lagi banyak dikaji. Jatuhnya malah makin memalukan. Lembar cerita dari dunia entah berantah itu masih banyak, tetapi nggak pengen nambah dosa membaca lembar perlembar kisah kepongahann

Up To You-lah Nitijen

Sekarang memang rada sulit membedakan sesuatu. Tatkala memberi nasehat dianggap sebagai curhat. Membentak dianggap sebagai kritis. Dan menyuarakan ketidaksanggupan diri dianggap menyuarakan ummat. Dan keberpihakan dianggap rasis. Entah di sudut mana semua defenisi disimpan. Apakah defenisi istilah itu telah lebur bersama kebebasan berjubah hak asasi? Ataukah kita yang tak bisa lagi memilah dan menalar? Ketika kemarin di lembar soal tertulislah kata Ali bin Abi Thalib : Jika engkau tak tahan lelahnya belajar maka engkau akan menikmati perihnya kebodohan". Dan fokus jawaban bukan pada 2 poin soal tetapi pada kalimat itu dengan mengatakan bahwa: ada kok orang yang pintar justru menggunakan kepintarannya untuk membodohi orang lain. Dan ada orang yang kurang pintar justru bermanfaat bagi orang lain.   Nah, gimana mengomentarinya ya?. Bukankah termnya berbeda?. Dan bukankah bukan itu esensinya?. Jika ingin membahas banyak tentang "pintar" dan "bodoh", mari m

Memiliki Seorang Ibu

Untuk manusia, ibu adalah yang mendapatkan terluka pertama, tersenyum pertama dan menangis pertama. Memiliki seorang ibu berarti semua akan segera baik-baik saja #SHLO Bagiku ini benar. Ibu (mungkin) adalah makhluk tercerewet dan bawel di rumah. Segala sesuatu akan dicek, diperhatikan, dipertanyakan, sekaligus dikhawatirkan. Terkadang telinga mendesit mendengar semua ocehan. tetapi justru kala sepi, ocehan itulah yang kita rindukan. Ibu dimanapun akan cenderung berperilaku yang sama. Sudah fitrah sebagai seorang perempuan. apalagi jika mendapatkan ibu yang semakin menua. sensitifitasnya makin bertambah. Semakin sering khawatir. Juga akan mudah menangis.  Bersyukurlah masih memiliki ibu. Sebawel apapun ia, takkan pernah habis energinya untuk selalu mengkhawatirkanmu. Kala ada yang kau kisahkan, dialah yang akan tergugah pertama kali. Dialah yang marah, meraung, dan membelamu. Jika ada yang terjadi padamu, dialah yang resah pertama kali. dialah yang takut. bahkan dialah yang me

Menuntaskan Rindu

Selasa, 12 Februari 2019. Hari ini tercatat sebagai hari kita bersama. Entah berapa tahun lagi kita bisa bersua seperti ini lagi. Dan mungkinkah momen seperti ini akan terulang lagi?  Hidup terus saja bergulir. Waktu tak terasa melesat bak anak panah. Kita tak pernah bisa memastikan kapan dan dimana segala kenangan bisa kita cipta kembali. Karena selalu ada sibuk yang melerai jumpa. Ada waktu yang memisah temu. Dan ada jarak yang membentang rindu.  Ada hal yang selalu kuingat dan kujadikan pelajaran. Kapan pun bisa menuntaskan rindu, tuntaskanlah. Karena tak ada diantara kita yang bisa menjamin ada waktu selanjutnya untuk menuntaskannya. bisa jadi waktu selanjutnya tidak akan pernah ada. Pernah, kusimpan temu tuk kesempatan lain. Berharap waktu akan terus berpihak tuk menyisakan ruang. Namun, temu itu akhirnya tak pernah ada. Dan rindu itu tak pernah menderu. Ah, saya jadi rindu dengan kalian. Teman2ku yang oleh Allah diizinkan kenal, bertemu lalu berpisah. Dimana pun

Luruh yang Meluruh

Pada akhirnya segala luruh akan meluruh pada akhirnya. Dan setelahnya kita akan menerima bahwa hidup ini adalah puzzle dari aneka suasana. Jika kemarin mencak menjalari, hari ini bisa jadi sesak akan mengaliri. Atau bisa jadi gelak menyinari. Bukankah memang begitulah hidup?.  "Without rain nothing grow. Learn to embrace the storms of your life" #saturdaynight #yayanotes