Sekarang memang rada sulit membedakan sesuatu. Tatkala memberi nasehat dianggap sebagai curhat. Membentak dianggap sebagai kritis. Dan menyuarakan ketidaksanggupan diri dianggap menyuarakan ummat. Dan keberpihakan dianggap rasis. Entah di sudut mana semua defenisi disimpan. Apakah defenisi istilah itu telah lebur bersama kebebasan berjubah hak asasi? Ataukah kita yang tak bisa lagi memilah dan menalar?
Ketika kemarin di lembar soal tertulislah kata Ali bin Abi Thalib : Jika engkau tak tahan lelahnya belajar maka engkau akan menikmati perihnya kebodohan". Dan fokus jawaban bukan pada 2 poin soal tetapi pada kalimat itu dengan mengatakan bahwa: ada kok orang yang pintar justru menggunakan kepintarannya untuk membodohi orang lain. Dan ada orang yang kurang pintar justru bermanfaat bagi orang lain.
Nah, gimana mengomentarinya ya?. Bukankah termnya berbeda?. Dan bukankah bukan itu esensinya?. Jika ingin membahas banyak tentang "pintar" dan "bodoh", mari membuka forum yang dialogis, membangun nalar kritis, dan ilmiah. Dan lebih lucu lagi ada yang menganggap kata dari Ali bin Abi Thalib ini sebagai sebuah curhat. Apakah nasehat adalah curhat?. Apakah motivasi adalah curhat?. Mari menelisik makna curhat. Eh, bisa jadi tulisan ini pun dianggap sebagai curhat. Up to you lah Nitijen :D
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar