Ada banyak orang yang berbondong-bondong mencapai puncak jabatan. Alasannya beraneka ragam mulai dari alasan idealis sampai alasan pragmatis. Itu hak setiap orang sih, mendapatkan jabatan tertentu. Hanya saja yang perlu diingat bahwa, adanya jabatan atau kekuasaan itu mestinya tidak menjadikan diri pongah melihat orang lain dari tempatnya. Seolah tempat orang lain adalah rendah dan pemberiannya ke orang lain seolah karena dirinya. Hey... Jabatanmu hanyalah wazilah bagimu menuntaskan kepemimpinan. Pemberian kepada orang lain esensinya bukanlah pemberianmu. Allah menakdirkan melaluimu orang lain mendapatkan manfaat.
Jika kepemimpinan yang kau dapatkan di benakmu hanya tentang "posisi dan posisi", tentang "wah dan wah", atau tentang "tawwa dan tawwa". Mungkin karena itulah ketamakan merajai hatimu dan kepongahan meracuni nuranimu. Dunia ini akan selalu berputar. Segala hal ada awal dan akhir. Kepemimpinan dimulai dari kacung menjadi bos dan berakhir dimisioner. Keahlianmu diawali dengan pemula lalu jadi ahli dan berakhir lupa. Posisimu diawali dari bawah lalu menempati puncak selanjutnya jadi pensiun
Jika dengan kepemimpinanmu membuat dirimu begitu bangga merendahkan orang lain, sesungguhnya engkau telah turun dari puncak posisi di mata orang lain. Engkau tinggi yang rendah. Engkau hebat yang perlu dikasihani. Bukan posisi yang membuat orang lain terperangah berdecak kagum, tapi seberapa greget aksi yang telah, sedang, atau akan dilakukan. "Leadership is an action not position"
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar