"Maafkan saya cikgu"
Tak sengaja Nemu potongan film ini. Tapi rasanya sedih, haru, dan penasaran jadi cari full movie. Dan Nemu di YouTube. Tak diminta pun, sepanjang film, rasa ngiris bawang. Mirip saat nonton film "pondok buruk"😩😥
Film ini bercerita tentang 2 anak yang ditinggal ayahnya karena kebakaran. Sedang ibunya akibat peristiwa tersebut harus menderita cacat. Jadilah kedua anak tersebut berjuang tuk hidup, sekolah, dan melawan kerasnya hidup. Karakter kedua anak tersebut berbeda. Sang kakak dengan sabar dan bijaknya. Dan adik yang keras tetapi sebenarnya penyayang dan perhatian (jika penasaran silahkan lihat filmnya)
Tak semua kita dilahirkan dengan kondisi ekonomi yang berkecukupan. (Pun) tak semua kita memiliki orang tua yang lengkap dan juga mampu menghidupi kita seperti orang lain. Dengan kondisi yang menghimpit, kita bisa tergiring menjadi sosok yang lebih dewasa, mandiri, dan sabar. Tetapi bisa juga tergiring menjadi pribadi yang tidak sabaran, tak menerima, dan menghakimi takdir. Semua tergantung bagaimana memaknai hidup yang dijalani. Meskipun kita lahir dari keluarga yang kurang mampu, bukan berarti kita tak berhak untuk jadi lebih baik. Kita pun berhak dan bisa merubah keadaan (atas izin Allah). Karena bagaimanapun kita kemarin dan hari ini, kita berhak tuk jadi lebih baik
(Mungkin) orang tua kita hanya bisa memberi pakaian seadanya. Makanan seadanya. Fasilitas seadanya. Tetapi bukan berarti kita tak bisa bahagia. Kebahagiaan kita adalah saat kita ridho dengan segalanya, lalu berusaha memperbaikinya. Bukankah dengan segala keterbatasan itu kita justru ditempa menjadi lebih kuat? Bukankah dengan segala getir itu, kita bisa berdiri tegar? Bukankah justru dengan segala kepelikan itu, kita menjadi sosok yang lebih mandiri, menghargai proses, bersyukur, dan lega kala semua akhirnya terlewati?. Bukan maksud Allah membuat kita susah. Bukan salah orang tua, kita tak punya banyak harta. Bisa jadi itulah jalan Allah agar kita bisa lebih memaknai hidup
Bagaimanapun keadaanmu. Jangan benci hidup. Jangan benci orang tuamu. Dan jangan benci takdirmu. Berusahalah..
.
(Yaya Afifatunnisa)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar