Langsung ke konten utama

Kasih Sayang Orang Tua


Suatu saat, ada masanya kamu bersebalahan paham dengan orang tua. Disitulah kamu akhirnya diuji apakah bisa tetap berperilaku baik terhadapnya atau tidak. Apakah kamu memilih sabar menerima perbedaan, sabar menjelaskan, atau justru kamu malah memilih mengikuti ego. Kamu fikir dengan segala pencapaian yang kamu punya kamulah yang benar. Kamu pikir bahwa tak mengapa jika kamu fight pada mereka.

Berbicara mengenai kasih sayang, sampai saat ini dipercaya bahwa cinta di dunia yang selalu ada adalah cinta orang tua. Selalu dikisahkan bagaimana orang tua yang dengan rela banting tulang untuk makan anak-anaknya. Atau rela berkata "kenyang" demi memberi makan kepada anaknya. Orang tua rela memakai baju yang itu-itu saja untuk membelikan sebuah baju baru kepada anaknya. Orang tua rela memberikan uang berapapun semampunya demi kesuksesan anak-anaknya. Meskipun setelah itu, saat anak-anaknya sukses tak pernah mereka meminta balasan dari semua apa yang diberi. Dengan melihat anaknya sukses, semua sudah cukup. Tanpa ucapan terima kasih dari anak-anaknya, mereka akan terus tersenyum. Bahkan sampai diusia atau di saat kamu telah berkecukupan, mereka masih saja peduli keadaanmu, makananmu, dan bahagiamu.

Apakah sebagai anak kita membalas semua kebaikan mereka? Mereka tak pernah meminta untuk dibalas dengan materi. Mereka hanya berharap, teruslah baik kepada mereka. Tak memberi apapun kepadanya, tak mengapa. Tetapi tetaplah menjadi anaknya, tetaplah menyapanya, tetaplah mengingatnya, tetaplah bercerita padanya, tetaplah jadi anak baginya. Kesibukan sering kali menjadi dinding pemisah antara anak dan orang tua. Hingga anak seringkali lupa menyapa orang tua mereka. Entah sibuk dengan pekerjaan, atau sibuk dengan keluarga barunya. Dengan kesibukan itu seorang anak membuat justifikasi bahwa dia layak tidak "peduli" kepada orang tuanya karena pekerjaannya dan keluarga yang harus dia pikirkan.

Padahal, sesibuk apapun dirimu tetaplah ingat orang tuamu. Mereka tiap hari merindukanmu. Menunggumu datang menyapanya. Bukan menanti materi pemberianmu, tapi menanti kehadiranmu. Bahkan saat kamu berbeda pendapat atau ada yang tidak sejalan dengan mereka, tetaplah temui mereka. Mereka takkan mendendam apa yang beda. Anaklah yang selalu membesar-besarkan masalah. Tepis egomu. Ego mencari ketenaran lebih. Ego membahagiakan keluarga kecilmu. Ego merasa benar. Ego menjajaki puncak bahagia. Sedang kamu lupa sekedar tetap menjadi anak. Kasih sayang yang kamu terima, sudah saatnya kamu balas, meski tak pernah diminta membalas.
Kasih sayang orang tua memang tiada Tara. Kadang ego kitalah yang menutupi cinta mereka

Palopo, 16 Ramadhan 1442 H

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap