Langsung ke konten utama

It's OK to be not OK


Tiap manusia tentu punya masalah masing-masing. Tidak ada satupun yang purna, lolos dari kerumitan hidup. Bentuknya berbeda antara satu dengan yang lain sesuai takaran dari sang maha pencipta. Mendapatkan masalah berarti kita akan tidak baik-baik saja. Wajar.. namanya manusia. Yang berbeda mungkin antara satu dengan yang lainnya adalah penerimaan. Apakah kamu akan mencak-mencak, marah, sedih, menangis, mengeluh, pasrah, atau berbuat.

Kamu mungkin berkata, alahhh... Masalahnya cuma segitu doang. Masalahku lebih besar. Ketahuilah, semua sudah punya takaran masing-masing. Belum tentu masalah orang kalau diberi ke kamu, kamu bisa mengatasinya dan masalah kamu kalau diberi ke orang lain belum tentu juga orang itu bisa mengatasinya. Semua sudah punya takaran. Allah lebih tahu tingkat kesanggupan kamu dan dia. Jangan lihat besar kecilnya menurut versi perasaanmu, tapi lihatlah dari sudut kesanggupan. Kamu diberi masalah itu, itu artinya kamu emang sanggup dan hanya kamu yang sanggup. Kalau masalah itu besar? Bersyukurlah, karena Allah percaya padamu menitip masalah besar dibanding orang lain. Berarti kamu orang yang kuat. Dan bukankah semakin besar ujian seseorang maka semakin besar pula tingkat keimanan. Wallahua'lam.

So guys, jangan mengeluh. Terimalah dengan lapang dada apapun dan bagaimanapun masalah padamu. Ingat kamu bukan didzalimi. Tapi kamu sedang dipercaya. Bahagia bukan mendapatkan kepercayaan?

Lalu bagaimana kalau tidak baik-baik saja. Menjadi tidak baik-baik saja itu bukan dosa. Menjadi tidak baik-baik saja berarti kamu manusia. Tidak baik-baik saja bukan berarti buruk dan kelihatan baik-baik saja bukan berarti tidak buruk.

Saat keadaan tidak baik-baik saja, Manusia diperintahkan untuk ikhtiar dan tawakkal. Dalam ikhtiar, tentu kita harus berkorban. Tak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Berarti juga dalam pengorbanan akan ada yang hilang dan diterima. Hukum selalu bgtu, klw menerima sesuatu bersiap kehilangan yg lain. Saat kehilangan sesuatu, bersiap menerima hal lain.

Hidup memang adalah pilihan. Kita tidak bisa serakah berharap semuanya baik-baik saja tanpa berkoban, tanpa air mata, tanpa kesakitan, tanpa jatuh, atau mungkin direndahkan


Palopo, 18 Ramadhan 1442 H 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap