Kupikir, 2022 akan menjadi tahun penuh bahagia. Tak lagi diselimuti duka. Tak lagi menangis. Tak lagi mengeluh. Nyatanya, tetap saja sama. Meski telah berusaha semampuku berbuat yang terbaik, memperbaiki yang salah. Menjadi lebih bijak dan dewasa. Jalan yang kulalui tetap saja sama seperti biasanya.
Dari sini, kusimpulkan beginilah hidup. Entah seberapa keras kita telah berusaha baik-baik saja dan bahagia, toh jalan sepanjang tahun tetap saja dalam cerita aneka rasa. Entah itu bahagia, tertawa, tersenyum, sumringah, sedih, kecewa, sakit, penuh keluh, terasa berat. Semuanya tetap saja hadir silih berganti.
Apakah bahagia itu? Mestikah saat kita tertawa sepanjang tahun? Haruskah bahagia setiap hari? Rasanya mustahil. Maka bahagia itu bukan ketika kita selalu bahagia, tetapi saat semua rasa yang ada bisa kita hadapi dan kita peluk dengan sebaik-baiknya. Menerima segala apapun yang menghampiri. Bahkan rela memeluk luka seberapa pun dalamnya.
Tak mungkin kita selalu akan baik-baik saja dengan semuanya. Jika memang terasa berat, tak apa tuk menangis di keramaian atau di kesendirian. Kalaupun ingin marah, tak apa. Kamu layak untuk berekspresi menjadikannya terasa lebih lapang. Karena kita hanyalah manusia.
Setidaknya, kau tak pernah lupa untuk berterima kasih dan memeluk diri. Karena pada akhirnya, diri kitalah yang paling mengerti dan hanya dirilah orang yang paling perlu tuk dipeduli
Terima kasih 2022. Semua tentangmu memang tak selalu tentang bahagia, tapi semua tentang menjadi dewasa. Segala cerita adalah skenario terindah dari-Nya.
#latepost