Langsung ke konten utama

Terima Kasih 2022

Kupikir, 2022 akan menjadi tahun penuh bahagia. Tak lagi diselimuti duka. Tak lagi menangis. Tak lagi mengeluh. Nyatanya, tetap saja sama. Meski telah berusaha semampuku berbuat yang terbaik, memperbaiki yang salah. Menjadi lebih bijak dan dewasa. Jalan yang kulalui tetap saja sama seperti biasanya.

Dari sini, kusimpulkan beginilah hidup. Entah seberapa keras kita telah berusaha baik-baik saja dan bahagia, toh jalan sepanjang tahun tetap saja dalam cerita aneka rasa. Entah itu bahagia, tertawa, tersenyum, sumringah, sedih, kecewa, sakit, penuh keluh, terasa berat. Semuanya tetap saja hadir silih berganti.

Apakah bahagia itu? Mestikah saat kita tertawa sepanjang tahun? Haruskah bahagia setiap hari? Rasanya mustahil. Maka bahagia itu bukan ketika kita selalu bahagia, tetapi saat semua rasa yang ada bisa kita hadapi dan kita peluk dengan sebaik-baiknya. Menerima segala apapun yang menghampiri. Bahkan rela memeluk luka seberapa pun dalamnya.

Tak mungkin kita selalu akan baik-baik saja dengan semuanya. Jika memang terasa berat, tak apa tuk menangis di keramaian atau di kesendirian. Kalaupun ingin marah, tak apa. Kamu layak untuk berekspresi menjadikannya terasa lebih lapang. Karena kita hanyalah manusia.

Setidaknya, kau tak pernah lupa untuk berterima kasih dan memeluk diri. Karena pada akhirnya, diri kitalah yang paling mengerti dan hanya dirilah orang yang paling perlu tuk dipeduli

Terima kasih 2022. Semua tentangmu memang tak selalu tentang bahagia, tapi semua tentang menjadi dewasa. Segala cerita adalah skenario terindah dari-Nya.

#latepost

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap