Namanya Fernando. Nama yang awalnya hanya iseng dinamai. Allah menitipkannya kurang lebih setahun. Dari kucing yang entah dari mana, menjadi kucing yang selalu lengket. Manjanya minta ampun. Tetapi, dengannya setahun punya warna tersendiri.
Beberapa hari lalu, dia sakit. 2 hari tidak kemana-mana. Entah juga sakitnya sakit apa. Suaranya pelan terdengar. Setelah agak baikan, dia pun pergi lagi seperti biasa. Pulang di pagi hari, namun kembali suaranya melemah. Sempat makan, tetapi 2 hari dia sama sekali tidak mau makan. Hingga kuputuskan minta ke adek untuk bertanya di dokter hewan. Disarankanlah vitamin dan juga agar dibawa periksa. Ada niat tuk periksa, tp berharap dengan diberikan vitamin sudah agak baikan. Sampai kemarin ke minimarket mencari makanan kucing yang mungkin akan dia makan. Maghrib dia pun dipaksa makan dan minum obat. Berharap akan baik2 saja.
Sampai tengah malam, dia tidak tenang berpindah tempat dan posisi tidur. Tapi kelihatan makin lemah. Nafasnya pun mulai berat. Kuletakkan disampingku untuk tidur tapi lebih sering pergi menyudut. Mulai panik. Saya pun menangis. Beberapa kali melihatnya, Alhamdulillah dia masih melirik saat didatangi. Seingatku, menjelang ngantuk menyerang dia pindah ke samping lemari tidur. Kubiarkan lalu saya pun tertidur. Subuh, terdengar dia mau mintah, saya pun bangun dan mengelus lehernya. Posisinya telah pindah pas di sampingku. Namun makin keras mau muntah. Kuraih untuk kugendong tapi dia menolak. Hingga mulai lemas karena mau muntah. Karena panik dan kasihan kuraih, kugendong, dan makin panik karena mulai lunglai dan badannya dingin. Kupeluk erat, bahkan sempat mengguncang-guncangnya berharap dia kembali baik, tetapi matanya mulai membesar, kakinya semua lunglai, telinganya dingin. Sadar kondisinya, saya keluar kamar menangis panik membuat semua orang terbangun kaget. Selanjutnya tidak tahu kapan tepatnya dia pergi. Yang jelas dia pergi saat kugendong, saat kupeluk. Pelukan terakhir ππππ
Ini kepergian kedua yang kusaksikan langsung. Yang pertama adalah kepergian bapak. Dan entah kebetulan, waktunya sama dengan kepergian Fernando, yaitu menjelang adzan subuh berkumandang. Kali ini juga teringat bapak, karena seperti Fernando, di saat-saat terakhir hidupnya, utamanya hari terakhir, nafasnya juga berat. Makanya malam sebelum kejadian, saya sudah menangis duluan, pikiran negatif sellau datang, namun tetap saja berdoa dan berkata, semoga Fernando baik-baik saja. besok insya Allah gimana caranya dibawa ke dokter hewan. namun, takdir berkata lain. Allah lebih dahulu mengambil. Tangisanku begitu pilu, hingga tak sadar kurang lebih memeluk fernando sejak sekarat hingga dia pergi. Suhu tubuhnya pun kurasakan dari hangat ke dingin dan kaku. Tangisanku terus saja mengalir bukan hanya saat itu tetapi sebelum dikubur, saat dikuburkan, hingga sore hari. Mata ini serasa berat, tetapi tetap saja bisa mengeluarkan air mata. Mungkin karena saya benar-benar menyayanginya, hingga kehilangan sesakit ini.
Bagaimana tidak jika semasa bersama, kami memang dekat. dia selalu ada kemanapun saya berjalan di rumah atau pekarangan rumah. seperti bodyguard yang menemani. ke sungai juga ikut. Buang sampah juga ikut. ke kebun juga ikut, bahkan coba panjat rambutan pun dia ikut. Belum lagi tiap pagi, adalah jadwal rutin minta diberi makan. kalau dia tidur di luar kamar, sering menunggu di kursi depan atau depan kamar. belum bersuara, baru langkah kaki saja sudah dia tahu. seberapa pun banyak orang di dapur, saya lah yang selalu dicari. Karena semalam apapun, secapek apapun, kalau dia lapar, saya akan bergegas mencari makanan untuknya. Paling sering menggorengkan makan. Juga, dia sering tidur di kamar. sering tidur seperti bersandar atau memeluk. Dan 2 hari sebelum kepergiannya dia tidur di dekatku sambil memeluk. Mungkin itu pertanda, tetapi siapa yang tahu pertanda sebelum semua terjadi?. masih banyak momen kedekatan kami, banyak dan semua membuat bahagia. Bagaimana saya tidak merasa kehilangan dan sesedih ini?.
Bukan tidak ingin ikhlas, insya Allah akan berusaha ikhlas. Namun izinkan yaa Rabb, tetap menangis mengenangnya dalam ingatan. Ada banyak yang ingin kulakukan kalau saja ia masih ada. iya, ini adalah ujian berat, saat kehilangan hal yang sangat disayangi. itulah ujian kepemilikan dan kesabaran. Ibu pun ikut menasehati saat, hampir sejam belum melepaskan jasadnya dalam pelukan. Kata ibu "itu ujian untukmu, seberapa sabar dan ikhlas dirimu menerima kepergian apa yang kau sayang". Iya, ini adalah ujian berat, menerima kepergian dan kehilangan. Semua adalah titipan, dan namanya titipan berupa apapun, harus siap menerima ketika pemiliknya ingin mengambilnya kembali.
Innalilahi wa Inna ilaihi rajiuun. Selamat jalan Fernando. Tenanglah di alam sana. Kamu tidak kesakitan lagi. Allah telah memanggilmu. Waktu titip telah habis. Semoga kelak bisa bersua lagi. Terima kasih atas tawa selama ini dan maaf kalau tidak jadi tuan yang baik. Kepergianmu akan kukenang 04-03-2022 π₯Ίπ₯Ίπ₯Ί