Langsung ke konten utama

Adab Bertamu


Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf. 

Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim:

1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kapan nikah?, Kapan punya anak? kapan tambah momongan? kapan beli rumah? kapan bla..bla... pertanyaan seperti ini, bisa jadi karena emang peduli, tetapi belum tentu semua orang nyaman ditanya. Bisa jadi pertanyaan kita malah terlihat sebagai bullyan. Kenapa? karena pada dasarnya jawaban pertanyaan itu tidak diketahui oleh yang ditanya, bahkan mereka sendiri juga penasaran dengan jawabannya. Jadi berhentilah bertanya, karena kamu ataupun dia sama-sama tidak tahu jawabannya.

2. Tim Penilai. Mereka yang selalu berkata Kok kamu kurusan? Kok anakmu dekil? Kok anak kamu hitem? Kamu gendutan ya? Kamu kok dah kelihatan tua banget? Dan kok.. kok yang lain. Itu tujuan perkataannya entah untuk apa? Mungkin bagi kamu biasa saja, tetapi tidak semua orang suka dengan pernyataan dan pertanyaan seperti itu. Sama halnya kamu mengecap mereka. Jangan menilai fisik, rupa, penampakannya. Kalaupun kamu merasa ada yang beda, berubah, diamlah. Tidak semua orang mau dinilai, begitupun dengan kamu.

3. Tim Bombardir. Datang bertamu dengan mengetuk sebanyak-banyaknya, sekeras-kerasnya atau langsung masuk rumah tanpa permisi, nyelonong semua kamar sampai dapur. Sudah kek disatroni densus 88. Saat bertamu, kita tidak berhak memasuki semua area di rumah orang lain, bahkan keluarga sekalipun. Apalagi kalau hanya teman biasa atau sekedar kenalan. Rumah orang lain bukan fasilitas umum yang leluasa kamu satroni dari segala sisi. Tiap rumah punya titik privasi. Yang menjadi titik publik hanyalah ruang tamu. Kecuali jika kamu diajak oleh tuan rumah masuk ke ruang lain. Itupun harus dengan etika untuk tidak masuk seenaknya, mengomentari, ataupun mengubah tatanan yang ada.

4. Tim Pengamat. Masuk rumah orang, mata langsung jelajatan, melihat warna cat, kain gorden, properti, aksesoris, jenis kue dan minuman yang dihidangkan, melihat seisi rumah satu persatu dengan teliti tanpa berkedip. Baik sih kalau balik dari rumah orang tidak membuat konferensi pers menilai rumah yang telah didatangi. Masuklah rumah orang dalam kondisi buta, dan keluarlah dalam kondisi tuli. Maksudnya adalah ketika masuk, tak perlu jelajatan mengamati, menilai, dan membuat keismpulan dengan apa yang dilihat oleh orang lain. Bahkan saat mengetuk rumah, jangan pernah mengintip di balik jendela, pintu, ataupun kain gorden. Semua itu adalah privasi yang punya rumah. Bisa jadi mereka di dalam belum dalam kondisi siap menerima tamu. Dan ketika selesai bertamu, apapun yang didengar dalam rumah tersebut, cerita, kisah, percakapan, atau mungkin pertengkaran yang (mungkin) ada dan terlihat, lupakanlah. Jangan membawanya keluar. Cukup diam dan tidak meneruskan ke orang lain yang ditemui di jalan atau di tempat lain.

5. Tim gosip. Niatnya datang bertamu alias silaturrahim, saling maaf-memaafkan, tapi isi cerita justru menceritakan aib orang lain alias gosip. Akhirnya mengganti satu dosa dengan dosa lain. Saking asyiknya bertamu, mengalirlah banyak cerita. Dimulai dari cerita tentang mereka kemudian berakhir dengan menceritakan tentang orang lain. Ada yang mendengarkan dengan ikut serta menimpali, tetapi ada pula yang sudah menghindar berusaha mengalihkan pembicaraan, tetapi sang tamu tidak juga mengerti. Malah mengganti tema gosip dari satu orang ke orang yang lain. Kamu datang jadi tamu  atau jadi host infotainment sih?

Ayolah... Bertamu juga punya adab. Bahkan sedekat apapun kamu dengan orang itu. Jika bertamu, ketuklah sambil mengucap salam. Jika sampai ketukan ke-3 tidak ada jawaban, pulanglah. Meski kamu tahu ada tuan rumah di dalamnya, mungkin mereka sedang tidak ingin diganggu atau menerima tamu. Kalaupun dibukakan pintu, masuklah tanpa mengitari semua isi rumah. Berbicaralah yang bermanfaat dan tidak melupakan tujuan yaitu silaturrahim dan bermaafan. Makanlah dan minumlah apa yang dihidangkan tanpa memikir-mikir rasanya. Dan saat melangkahkan kaki keluar rumah, lupakan apapun yang kamu lihat dan kamu dengar di rumah itu. Karena tujuan kita bukan menjadi detektif atas apa yang ada di rumah orang lain.

*Taqabbalallahu minna waminkum. Taqabbal yaa karim. Selamat hari raya Idul Fitri for all. Semoga segala amal ibadah kita diterima oleh Allah subhanahu wata'ala. 
*Jika mungkin yaya punya salah, kepada siapapun yang sempat membaca ini, mohon dimaafkan. Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar