Langsung ke konten utama

Kaca mata & Cermin


Melihat orang lain ? terkadang kita selalu melihat dari kacamata kita sendiri, hingga kita berani mengambil kesimpulan untuk mengomentari orang lain bahkan mencap orang lain. namun adakah kita menyadari bahwa setiap pandangan manusia itu relatif, dan yang mesti kita perhatikan adalah pepatah yang mengatakan “semut di dasar laut tampak, gajah dipelupuk mata tak tampak” memang mudah rasanya untuk mengomentari orang lain apalagi untuk mencari kekurangannya.


Ada dua orang yang sedang berdiri berjejer, yang di depan memegang cermin, sedang yang satu berada di belakang . sang pemegang cermin diminta untuk memperhatikan orang yang ada di belakangnya dari cermin kemudian mengomentari orang yang ada dibelakangnya dari balik cermin, mulai dari rambut, alis, warna kulit, paras, dll. Nah, ketika diminta untuk mengomentari dirinya sendiri melalui cermin yang dipegangnya, maka kata-kata yang tadinya lancar keluar dari bibirnya ketika mengomentari orang lain tidak ada lagi. Berganti dengan kalimat yang terpatah-patah dan sulit diucapkan.kata-kata kita nyerocos ketika mengomentari orang lain, tapi ketika berbalik pada diri kita ada rasa enggan dan malu melihat dan mengungkap aib kita, sekan begitu sulit mencari kekurangan kita.

Itulah salah satu games yang mungkin sudah sering kita lakukan untuk menguji seberapa jauh kita mengenali diri kita dan mengakui diri kita. So, jangan selalu bangga dengan hasil kacamata kita tanpa mau melihat kaca mata nurani orang lain. Bercerminlah.........sebab dari cermin kita bisa melihat pantulan diri dengan utuh, dan yakinlah cermin tak pernah berbohong, dan katanya tak ada yang lebih tulus dari cermin....

Komentar

  1. karena kita begitu mudah melihat kesalahan orang, sedang kesalahan sendiri... duh,... susah untuk dicari....

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap