Langsung ke konten utama

Tentang Rindu Seorang Ibu.....

Ia tersenyum. Sebongkah kenangan hadir di pelupuk mata. Tawa riang seorang gadis kecil, isak tangis sang buah hati, dan kemanjaannya yang menggemaskan. Curahan kasihnya yang melimpah, telah membentuk anak kesayangannya itu menjadi gadis manja yang cerdas namun keras kepala. Terbayang saat hujan deras mengguyur bumi, ia berjalan sekian kilo untuk menjemput sang buah hati dari sekolahnya. 

Jalanan licin tak beraspal, bukan halangannya untuk membawakan sebuah payung untuk si putri kesayangan. Dan ketika sang buah hati datang dengan sebuah senyum dan ciuman di tangan, alangkah bahagia hatinya, terbanglah seketika segala penat yang sempat meraja di tubuhnya yang letih. Dan ia masih tersenyum, meski ketika hari demi hari, sang buah hati ternyata semakin manja. Ia tetap selalu rindu memandang wajah putri tercinta, meski di wajah itu tercoret garis cemberut, meski kata-kata ketus kerap terlontar dari mulut sang buah hati. Ia tahu, buah hatinya tak pendai menyimpan rasa seperti dirinya, hingga segala apa yang dirasa di dalam hati sang putri, begitu pulalah yang terlukis di wajahnya. Ia pun rindu, ketika gadis kecilnya pulang membawa setumpuk kelereng, atau membawa sekantung karet gelang. Ia tahu, putri kesayangannya main apa saja, dengan siapa saja. 


Dia tetap menyimpan rindu, ketika memarahi gadis kecilnya yang setiap hari main kelereng, main laying-layang, main kejar-kejaran, main pukul-pukulan bahkan dengan anak laki-laki tetangganya, atau dengan anak laki-laki sepupu-sepupunya. Anak perempuan ko kasar mainnya sih neng? yang lembut atuh geulis? begitu selalu nasihatnya. Ah? bidadari kecilnya itu tak seperti anak kebanyakan, ia terlalu aktif. Ia selalu ingin tahu, ia selalu ingin mencoba. Terbayang bagaimana gesitnya gadis kecil kesayangannya itu memanjat pohon. Teringat bagaimana saat gadis kecil itu masih dalam kandungannya, suaminya tercinta begitu mendambakan anak itu lahir laki-laki. Dan ternyata anak itu perempuan. Anak perempuan yang tidak suka bermain boneka, anak perempuan yang tidak berwatak perempuan, anak perempuan yang sama sekali tidak lembut, tidak gemulai, tidak penurut seperti seharusnya. Dan ia tetap rindu anak perempuannya itu, gadis kecil manja dan keras kepala, yang menjadi kesayangannya. 

Gadis itu kini telah dewasa. Ia tak lagi senang bermain kelereng, tak lagi bermain dengan anak laki-laki, tak lagi senang memanjat pohon. Tetapi bidadari kecilnya itu, tak lagi dimilikinya. Gadis itu jauh dari sisinya. Anak manja kesayangannya, tak bisa ia pandangi wajahnya setiap hari. Bahkan cemberut dan pembangkangannya yang sering membuatnya jengkel pun, kali ini menjelma menjadi kenangan yang begitu indah. Ia rindu semuanya. Bahkan jika si putri manja itu datang sambil cemberut atau menangis pun, ia tetap rindu. Justru? saat sang buah hati menyadari kerinduannya, ia tak bisa menikmatinya. Sang Pemilik Jiwa telah memanggilnya ?pulang?. Sang buat hati, pulang membawa setumpuk penyesalan. Dan betapa saat ini, setelah sekian tahun, rasa kehilangan itu tak sedikit pun berkurang. Ia tahu, arti rindu itu? ***Ciumlah tangannya, selagi kau masih bisa menyalaminyaPulanglah padanya, selagi kau masih bisa menjumpainyaTersenyumlah padanya, selagi matanya yang sarat kasih masih bisa memandang wajahmuDan ungkapkanlah cintamu, selagi ia masih ada.Pulanglah?. Sebelum kesempatan itu hilang. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap