Langsung ke konten utama

Akhlak Islam

KEHADIRAN Islam jelas-jelas merupakan kebaikan dan keselamatan bagi umat manusia. Pada masa awal Islam dan era Khulafaur Rasyidin, tak dipungkiri bahwa keluarga muslim telah mendapatkan kebahagiaan. Kuncinya, disebabkan ia memformat sesuai dengan manhaj yang lurus. Yaitu semua usaha kedua orang tua yang dicurahkan untuk mendidik anak-anaknya dalam naungan agama (Islam), melejitkan mereka untuk mencintai Allah dan bertakwa kepada-Nya, dan menanamkan akhlak mulia –akhlak Islam—dalam diri keluarga mereka.

Akhlak mulia ini merupakan cerminan keimanan dan amal saleh seseorang. Dan akhlak mulia juga merupakan ciri-ciri keunggulan manusia, disamping tentunya berupa keimanan yang utuh dan amal ibadah itu sendiri –baik yang khususiah maupun fardhu kifayah--.

Atas dasar itu, pantas saja Islam mengajarkan dalam landasan memilih pasangan hidup (baca: baik bagi pihak lelaki maupun wanita), berpedoman pada landasan kesalehan yang benar dan keterkaitan/ jalinan yang utuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi Saw bersabda, “Jika datang seorang pelamar yang bagus agamanya kepadamu, maka kawinkanlah dia. Karena jika tidak, akan terjadi fitnah di atas bumi dan banyak kerusakan.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi).


Batasan seperti itulah, kiranya yang patut menjadi dasar setiap muslim/muslimah dalam berusaha membangun sebuah ikatan keluarga sakinah.

Akhlak Pribadi Unggul

Keberadaan akhlak mulia bagi setiap pribadi unggul, adalah buah dari keimanan yang kental. Dan ini merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam kehidupan manusia. Untuk itu, sejak awal kita harus berusaha memburu keilmuan tentang itu sebagai bekal dalam membangun kehidupan berumah tangga.

Dalam hal ini, kita telah sepakat bahwa kemuliaan akhlak bangsa ini akan tumbuh dengan baik, bila individu-individu dalam keluarga itu telah memiliki akhlak mulia. Dan Rasulullah Saw adalah contoh utama pembentuk akhlak dalam kehidupan setiap muslim. Dalam sebuah hadits, Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).

Harapan demikian, insya Allah akan terwujud, manakala setiap diri kita meniatkan secara sungguh-sungguh lagi ikhlas mengharap ridha-Nya. Sehingga dari sini akan terbentuk sebuah tatanan yang terjalin dengan nilai-nilai akhlakul karimah. Dan melalui nilai-nilai ini dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat, maka akan lahirlah

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap